part 20

397 11 1
                                    

"Bangun,dek.mas rindu."Hafiz mencium lamat lamat dahi sang istri lalu berpindah mengecup tangan lembut Qiana.

Di ruangan ini hanya ada ia,karena keluarga Qiana berkenan untuk memberinya waktu untuk berdua dengan Qiana,meskipun dengan kondisi Qiana yang tak sadarkan diri.

"Mas mencintai kamu,dek.jangan hukum mas dengan cara seperti ini."lirih Hafiz tertunduk lesu menggenggam erat tangan sang istri.

Ia berpikir semua ini adalah hukuman untuknya karena telah menyakiti hati istrinya,tapi bisakah ia memilih jangan Qiana yang terbaring di brankar ini?.

Ia sungguh tak sanggup melihat istri kecilnya terbaring tak berdaya,ia merindukan tingkah konyol istrinya.

"Cepat bangun sayang.aku akan selalu menunggu kamu,apapun keputusan kamu nanti insyaAllah mas akan menerima."ucapnya tersenyum,senyum yang terlihat begitu menyayat hati.

Di balik pintu ada Rahmat yang sedari tadi menguping.ia tersenyum sama seperti yang di lakukan Hafiz,senyum yang terlihat begitu menyakitkan.

Tanpa sadar air mata Rahmat menetes dengan lancang.

"Semoga,semoga anakku bisa sadar...ya semoga."racaunya.

Melihat kondisi Rahmat Sakinah langsung menghampiri sang suami lalu mendekapnya menyalurkan kekuatan walaupun saat ini ia juga sangat terpukul dan rapuh.

"Hidup anak kita terancam..."lirih Rahmat terisak.

Sakinah mengangguk mengusap punggung lebar suaminya."Qiana kuat,dia pasti bisa melawan rasa sakitnya."

Di dalam sana sama seperti mertuanya,Hafiz menangis terisak membaringkan kepalanya di brangkar sambil mengusap pipi sang istri dengan lembut.

Pipi yang pucat itu tak seberisi seperti dahulu kala,perubahan fisik Qiana sangat menonjol..pipinya yang tirus dan sekujur tubuh yang pucat bagaikan tak ada aliran darah.sungguh melihat itu membuat Hafiz khawatir.

"Maafkan aku karena telah menyakiti dan mengecewakan kamu,sayang.tolong beri aku kesempatan lagi,tolong berikan aku kepercayaan lagi."katanya tulus.

"Tapi munkin kesempatan itu sudah tak akan kamu berikan lagi ya?...waktu itu kamu sudah memberi aku kesempatan tapi bodohnya aku menyianyiakan semuanya."lanjutnya dengan suara tercekat menahan tangisnya yang kian menyayat hati.

Pintu ruangan terbuka terlihat kedua mertua Hafiz yang berjalan ke arahnya.melihat itu Hafiz langsung beranjak dari duduknya hendak keluar ruangan namun di tahan oleh Rahmat.

Hafiz yang semua tertunduk langsung mendongak melihat Rahmat dengan ekspresi tanda tanya.

Rahmat tersenyum menepuk pundak sang menantu."Tetap disini,anak saya masih istri kamu."

Rahmat terkesiap,padahal tadi Rahmat sempat menentang kerasnya untuk menemui Qiana,namun kini berbanding terbalik.

"Be-benar p-pak."Hafiz terbata bata mengucapkan kata itu,rasanya ia masih sangat canggung untuk berhadapan dengan pria paruh baya di depannya ini.

Rahmat tersenyum mengangguk."Saya serius,dan apa ini?  kamu memanggil sayang dengan kata pak?."ucap Rahmat membuat Hafiz gelagapan menggaruk tengkuknya.

Rahmat terkekeh."Panggil saya Ayah,saya juga masih mertua mu."

Hati Hafiz menghangat bahkan setelah semua luka hati yang ia berikan untuk Qiana,mertuanya masih menganggap dan menerima nya.rasa bersalah Hafiz semakin menyeruak.

"Yasudah,saya dan Bunda mu malam ini pulang ke rumah,Farhan juga tadi siang sudah kembali bekerja.kamu tidak keberatan menjaga Qiana disini?."

Hafiz menganggum cepat."Tidak sama sekali Ayah,sudah tugas saya merawat dan menjaga istri saya."

Rahmat dan sakinah tersenyum hangat."Kalau begitu kami pulang ya,Nak.kalau ada apa apa telfon bunda atau Ayahmu."kata Sakinah lalu meninggalkan ruangan bersama Rahmat.

              
🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Pukul jam empat subuh Hafiz mengerjapkan matanya,hal yang pertama ia lihat ketika membuka mata adalah istrinya yang masih seperti semula terbaring tak sadarkan diri dengan alat alat medis yang tertempel di beberapa bagian tubuhnya.

Hafiz mengecup kening istrinya singkat lalu beranjak memasuk wc yang tersedia di ruangan ini,setelah mandi dan mengambil wudhu Hafiz menunaikan sholat dan di lanjut membaca Al-Qur'an.

Setelah selesai Hafiz kembali duduk di kursi samping brankar Qiana,menatap setiap inci di wajah Qiana.bibirnya tersenyum kala tersadar bahwa istrinya tetap cantik walaupun dalam keadaan seperti ini.

"Mas mau kamu cepat sadar,sayang.tapi mas takut jika nanti kamu sadar kamu ninggalin mas. "lirih Hafiz.

Lagi lagi air mata Hafiz menetes,ia takut Qiana akan meninggalkannya,ia takut Qiana tak memaafkannya.

"Tetap sama aku ya sayang?.aku harap waktu itu terakhir kali aku menyakiti kamu.aku mau kamu tetap bersama aku,setia bersamaku dan bahagia bersama.tapi kalaupun kamu tidak bisa,aku akan tetap mencintai kamu dan tidak akan ada yang lain lagi selain kamu."Hafiz menyerka air matanya lalu mengusap kepala istrinya.

"Jika kamu memutuskan untuk meninggalkan aku tak apa,setidak nya aku pernah memiliki kamu,seseorang dengan rasa yang begitu tulus."

"Semoga namamu yang tertulis di lauhul mahfudzku."lirih Hafiz.

Tiba tiba saja layar monitor bersuara nyaring memperlihatkan garis lurus di sana,Hafiz beranjak matanya membola kala melihat garis lurus itu.

"Tidak,jangan sekarang,Qi."rancau Hafiz mengguncangkan tubuh Qiana.

"DOKTER!."teriak Hafiz berlari ke ambang pintu.

Dokter datang serta suster yang berlarian.

"Qia!jangan sekarang,Qia.saya belum siap!."Hafiz menggenggam tangan dingin Qiana mengecup nya bertubi tubi,air matanya sudah luruh.

"Pak,tolong tunggu di luar kami akan melakukan penanganan!"

Hafiz menggeleng terisak memeluk tubuh istrinya.

Tanpa aba aba suster menarik Hafiz keluar ruangan dengan susah payah karena Hafiz yang terus berontak.

Tubuh Hafiz luruh kebawa lantai,tangisnya terdengar menyakitkan dengan isakan.ia memukul mukul pintu ruangan itu meminta untuk di bukakan namun tak ada seorang pun yang membukanya.

"Saya mohon jangan sekarang sayang."lirih Hafiz memukul mukul kepalanya yang terasa pening.

Dunia Hafiz terasa runtuh,ia tak bisa mengerti keadaan sekarang ini...ia hanya bisa menangis terisak menunggu ruangan itu terbuka sambil melafalkan doa untuk istrinya.

Setelah beberapa menit menunggu pintu ruangan terbuka,Hafiz dengan cepat berdiri meskipun tubuhnya terasa lemas.

Terlihat raut wajah sedih di muka sang dokter.

"Bagaimana keadaan istri saya,Dok!."

"Dokter!."

Panggil Hafiz ketika dokter tersebut hanya terdiam menunduk.

"Istri bapak..."

"Istri saya sudah sadar?istri saya sudah sembuh kan?!."rancau Hafiz mengguncang tubuh dokter tersebut meminta penjelasan.

MY HUSBAND GUS BAD BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang