part 25

680 25 0
                                    

Qiana menatap sendu sebuah bingkai foto yang menggambarkan dua gadis berseragam putih abu abu yang tengah tersenyum sambil mencubit pipi satu sama lain.

Sejak pemakaman Safira selesai,Hafiz membawa nya pulang karena Qiana yang tadi sempat pingsan akibat kelelahan.

Qiana lagi lagi mengusap air matanya sambil terkekeh."Bener kata lo tadi,gue bakal rindu sama lo."

Pintu kamar terbuka,Hafiz berjalan ke arah Qiana dengan mampan yang berisi makanan di tangannya.

"Sayang."

Qiana mendongak menatap Hafiz yang kini ikut duduk di sisi ranjang.

"Makan dulu ya."

Qiana menggeleng lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami yang hanya di baluti oleh kaos polos.

Hafiz mengusap kepala Qiana."Pasti kalau Safira ada disini,dia bakalan ngomelin kamu karena gak mau makan."

"Iya,dia suka ngoceh gak jelas kalau aku gak makan atau makanan aku gak abis."cerca Qiana.

"Makanya ayo makan dulu biar Safira gak sedih kalau kamu sakit gara gara gak makan."

Qiana meneggakkan badannya,melihat itu Hafiz langsung menyuapi Qiana dengan nasi yang tadi ia bawa.

-o0o-

Di dalam bangunan yang minim pencahayaan berdiri seorang gadis dan dua laki laki.

Tawa gadis itu menggelegar di dalam bangunan itu seakan memperlihatkan kebahagiaanya ke seluruh dunia.

"Kerja bagus."ucapnya menyeringai.

"Gua cukup bahagia atas kematiannya..karena dengan begitu sebagian dari dendam gua bisa terbalas."ia mendudukkan dirinya di atas tumpukan karung lalu menyilangkan kakinya sombong."But,itu masih sebagian dari dendam gua,masih ada setengah dendam untuk gadis ini."

Ia mengeluarkan satu lembar foto lalu melemparkannya kepada dua laki laki itu.salah satu daru mereka membulatkan matanya kala melihat siapa gadis di foto itu.

"I-ini?."

Gadis itu terkekeh remeh."Kenapa lo?,masih suka sama tu cewe?."

Laki laki itu menggeleng cepat."Nggak!."

"Sekarang pergi dan lakukan tugas kalian sebaik mungkin,dan kalian boleh kembali kalau tugas kalian sudah berhasil!."

-o0o-

"Mami..."

Qiana menatap iba mama Safira yang kini tengah duduk di kursi teras dengan pandangan kosong.

Qiana melangkahkan kakinya lalu duduk di samping mami."Mami..."

Mami menolehkan kepalanya,tatapan binar terpatri di matanya."Safira."ujar  mami memeluk tubuh Qiana seakan akan yang ada di dekapannya ini adalah anaknya.

"Mami,ini Qiana..."lirih Qiana melerai pelukannya.

Air mata mami jatuh begitu saja,dengan cepat Qiana menghapus air mata itu."Mami jangan nangis terus ih,nanti Fira marah sama aku karna udah biarin mami nangis."

Mami menggeleng tersenyum tipis,sangat tipis hingga nyaris tak terlihat.

Setelah di rasa mami sudah lebih tenang,Qiana mendekatkan kursinya lebih dekat kepada mami.

MY HUSBAND GUS BAD BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang