020 || Pembuka Ceritaku Untukmu

40 23 0
                                    

—Halo semua, malam! Selamat berkelanamenikmati perjalanan Kasih & Arshena>>>⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Halo semua, malam! Selamat berkelanamenikmati perjalanan Kasih & Arshena>>>⭐


Happy Reading!!✨



"Bahkan kata-kata diksi yang dianggap paling indah pun tak akan bisa melebihi indahnya parasmu wahai pemuda bermata senja."

–Kasih Bunga Rinjani

***

Suara nyanyian burung kakatua membuat suasana halaman belakang yang semula kosong menjadi sedikit bersuara merdu, gadis berjilbab merah muda itu duduk di sebuah kursi tepat pada tengah hamparan rumput halus dan beberapa batang bunga matahari yang ditanam di pot-pot besar.

Kasih membuka link pendaftaran yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia, ia menekan tombol berbentuk pesawat di ponselnya setelah selesai mengisi format pendaftaran, gadis itu membuka laptop dan langsung menuliskan beberapa kata untuk pembukaan cerita yang ingin ia tulis, tak lupa dirinya membaca basmallah demi mengawali kegiatannya.

Jari-jari lentiknya ikut menari di keyboard laptop, satu kata di rangkai hingga menjadi kalimat, sesekali gadis itu meregangkan otot-otot tubuhnya agar rileks, secangkir coklat panas dan sepiring kue kering-pun telah tersedia di sebelah kiri laptop abu-abu itu sebagai pelengkap masa menulisnya.

"Sibuk sekali sepertinya," Sari berjalan mendekat kearah adik perempuannya, ia ikut duduk di sebuah kursi besi di belakang punggung laptopnya Kasih. "Kau sudah ada ide ya untuk menulis itu?" lanjut Sari bertanya seraya menggigit sepotong kue kering yang disediakan oleh Kasih untuk dirinya sendiri.

"Ah, kau berisik sekali Kak, aku jadi tak bisa berpikir, padahal satu menit lalu sudah terbayang aku akan mengetik apa disini." ujar Kasih menghela napas berat.

"Aku kan hanya bertanya," Gadis berjilbab ungu muda itu sekali lagi mengambil sekeping kue kering milik adiknya dan langsung bangun dari kursinya meninggalkan Kasih sendiri di halaman belakang rumah.

Ponsel gadis berjilbab berwarna merah muda itu bergetar, pertanda pesan masuk membuat langsung menoleh cepat kearah sumber, Kasih meraih ponsel genggam miliknya yang tergeletak tepat di depan mata, "Cepat ya ternyata daftarnya," gumam Kasih membaca isi pesan yang disampaikan oleh admin lomba.

Suara riuh para tetangga membuat Kasih gagal fokus ketika mengetikkan beberapa rangkaian kata di sana, sudah terhitung lima belas menit waktu yang dipakai Kasih untuk menuangkan idenya.

Gadis itu mengangkat kedua tangannya bak para master chef di tv yang telah selesai memasak, ia menghela napas lega sekaligus menerbitkan senyum disertai susunan giginya yang gingsul. "Sip udah ada beberapa kata yang aku tahu dan sudah aku rangkai untuk melengkapi awal dari cerita pendek ini."

ARSHENAMERTA [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang