[Cerita ini diikutsertakan dalam event pensi volume 2]
Amerta itu artinya abadi.. Sama seperti nama Arshena yang menjadi abadi karena dicintai oleh gadis bernama Kasih Bunga Rinjani sang penulis.
Cerita ini di tulis untuk seorang pemuda yang memilik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—Halo! Selamat berkelana menikmati perjalanan Kasih & Arshena>>>🌷
Happy Reading!✨
• • •
"Cinta sejati itu adalah cinta yang akan selalu menerimamu bagaimana pun keadaan yang kamu alami."
–Sari Rinjani
***
Sinar lampu berwarna putih menyorot lurus ke ranjang rumah sakit membuat gadis berjilbab hitam yang tidur di atasnya itu mulai mengerjapkan mata perlahan, dengan napas tak teratur dirinya mencoba menetralkan pandangan setelah tidur cukup lama.
"Hai Kasih, kau di rumah sakit lagi kali ini. Bagaimana keadaanmu setelah tidur cukup lama?" Secercah senyuman yang dipancarkan oleh Nina membuat Kasih ikut membentangkan bibirnya.
"Halo Bunda, sejak kapan Kasih terbaring dan tidur di sini?" Kasih mengangkat tangannya dan menatap selang infus yang berada di tangan kanan.
"Sejak kemarin, Thalita yang mengantarkan mu kesini. Oh ya kata dokter Arya kau diperbolehkan untuk pulang hari ini, karena keadaanmu saat ini tidak terlalu buruk, kau hanya butuh istirahat agar lancar." Kasih mengangguk paham menanggapi pernyataan Bundanya.
Tak lama setelah itu dokter Arya masuk kedalam ruangan tempat Kasih beristirahat, dirinya berjalan mendekat dan menyunggingkan senyum hangat dengan sepasang lesung pipi di wajah, "Suster, tolong lepas selang infusnya ya," ucap dokter Arya memberikan perintah kepada kedua perawat yang berdiri di belakangnya.
Kedua perawat itu langsung menjalankan perintah dari sang dokter, dengan cepat mereka melepas pelan selang infus Kasih dan memeriksa fungsi mesin yang berada di samping ranjang dan memeriksa keadaan tubuh pasiennya.
"Hai Kasih, bagaimana keadaanmu sekarang, sudah enakkan bukan?" sapa Arya setelah berhenti tepat di sebelah Kasih yang masih terbaring khidmat sembari membiarkan tubuhnya diperiksa oleh kedua perawat.
Gadis itu mengangguk sederhana, ia bangkit dari posisi tidur dan turun dari ranjang menuju kursi roda, "Kasih sudah boleh pulang ya dok?" tanya Kasih menoleh kearah Arya yang sekarang tengah berdiri tepat di belakangnya.
Arya mengangguk menanggapinya, "Sudah, istirahat ya, Kasih harus simpan energi Kasih selama seminggu ini, Okey!" Senyuman Arya, dua perawat, dan juga Bundanya itu membuat suasana hati Kasih serasa cukup bersemangat.
Usai Nina menandatangani surat yang ditujukan untuknya ia langsung membawa Kasih keluar dari ruangan menuju parkiran, tak lupa dirinya berpamitan dengan dokter Arya serta perawatnya sebelum pergi.
"Bunda, cerpen Kasih sudah dikirim ke emailnya kan ya?" tanya Kasih menoleh ke belakang menatap Nina.
Perempuan itu tersenyum kecil dan menjawab pertanyaan Kasih dengan antusias,"Sudah, sejak beberapa minggu lalu. Kak Sari yang mengirimnya,"