024 || Hilang & Tak Tumbuh

26 17 3
                                    

—Halo semuaa! Selamat berkelana menikmati perjalanan Kasih & Arshena>>>🎀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Halo semuaa! Selamat berkelana menikmati perjalanan Kasih & Arshena>>>🎀

Happy Reading!✨



"Cinta itu salah satu bagian dari kehidupan, kalau kehilangan cinta maka hilang juga lah setengah dari kehidupan kita."

–Sari Rinjani

***

"Aku pamit dulu!" Sari meraih tas ranselnya yang ia letakkan di atas meja guru, semua orang di dalam ruangan itu menatap punggung Sari yang kian menjauh dari pandangan.

Dengan tergopoh-gopoh gadis itu berlari meninggalkan ruang rapat menuju gerbang sekolah dan segera mungkin memesan ojek online dari ponselnya, Tuhan tolong jaga Kasih di mana dia berada.

Sari mengangguk sederhana ketika seorang pria paruh baya berhenti di depannya dengan sebuah motor tua. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Sari senantiasa berdoa di dalam hati, meminta tuhan untuk menjaga adik satu-satunya saat ini.

Suasana rumah sakit sore itu benar-benar sepi pengunjung, Sari merogoh kocek dan memberikan secarik uang dua puluh ribu kepada bapak ojek. "Terima kasih banyak Pak," ucapnya kemudian berlari masuk kedalam rumah sakit.

Gadis itu membuka ruangan dengan angka 19 di pintu dan langsung mendapati kedua orang tuanya di dalam tengah duduk tepat di sebelah tubuh Kasih yang terkapar lemas di atas ranjang.

Sari berlari sedikit, ia memeluk tubuh Nina yang kala itu terasa dingin, tubuhnya gemetar takut hal yang buruk akan terjadi kepada anak bungsunya. "Gimana keadaan Kasih Yah?" tanya Sari seraya memegang palang pinggir ranjang dan berdiri di samping Hilman.

"Kasih tidak apa-apa sayang, di hanya butuh istirahat karena tubuhnya belum pulih sempurna. Padahal sudah diperingatkan oleh Bunda untuk tidak masuk sekolah dulu hari ini." jawab Hilman datar.

Kali ini hening menyerang ruangan 19 selama lebih dari lima menit, Sari berdeham dingin dan mulai membuka obrolan dengan meluncurkan pertanyaan singkat. "Gimana minggu depan Ayah, jadi?" Hilman mengangguk menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh Sari.

"Jadi, doakan saja adikmu ini."

"Pasti! Sari akan selalu do'akan Kasih di manapun Sari berada." lanjut Sari menyunggingkan senyum manis miliknya.

***

Pagi hari seorang Sari kali ini dimulai dari ruangan bernomor 19 rumah sakit tempat adiknya di rawat, sebelum adzan subuh berkumandang dirinya harus segera bersiap untuk kembali ke rumah dan bersiap berangkat sekolah.

"Cepat sembuh ya Kasih, i love you." Gadis yang berpakaian serba ada itu mencium kening adiknya seraya menyunggingkan senyum tipis, tak lupa juga ia menyalimi Nina—Bundanya yang baru selesai melaksanakan salat tahajjud.

ARSHENAMERTA [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang