Mendadak tubuh Ahmad kaku. Ia diam mematung. Lidahnya terasa kelu. Ia berusaha melihat ke arah tempat yang ditunjuk oleh gadis kecil itu. Telunjuknya mengarah ke kamar Indah. Saat hendak menoleh, bayangan Hawiyah pun menghilang.
"Mas, sedang apa?"
Ahmad segera berpaling, menoleh ke arah belakang. Di sana sudah berdiri Popon yang tengah heran, melihat gelagat Ahmad.
"Eh, Mas Popon. Tadinya, saya mau ke kamar mandi, tapi sepertinya Pak Heru belum selesai." Ucap Ahmad. Ia sendiri merasa terkejut dengan perubahan tubuhnya yang mendadak kembali seperti semula.
"Loh, Pak Heru sudah pulang to? Kapan!" Tanya Popon dengan nada bicara yang tinggi, seperti orang sedang membentak.
"Sudah dari tadi, Mas. Beliau pulang bareng saya, kebetulan tadi Mas, eh Pak Heru lewat jalan depan mushola. Jadi, bisa barengan pulangnya." Jawab Ahmad secara jelas.
Popon menatap tajam ke arah Ahmad. Alisnya saling terpaut satu sama lain. Kedua matanya sama sekali tak berkedip.
"Mas Ahmad sedang tidak bercanda kan sama saya," ucap Popon. Mimik wajahnya cukup serius.
"Buat apa saya bercanda, Mas. Memang benar tadi saya bertemu dengan beliau, dan pulang bersama. Dan sekarang, Pak Heru sedang berada di kamar mandi. Mungkin, mau membersihkan badan karena tadi basah kuyup terkena hujan," terang Ahmad.
Popon memegang dahi Ahmad. Tentu saja Ahmad merasa keheranan.
"Kenapa, Mas?" Tanya Ahmad.
"Kamu demam ya, Mas?" Popon berbalik tanya.
Ahmad menggeleng. "Tidak,"
"Mas, saya beritahu ya. Pak Heru itu, sekarang sedang berada di kantor camat. Pak Heru menginap di sana, besok baru pulang. Tadi beliau bilang ke saya seperti itu," ucap Popon dengan volume rendah.
Ahmad mengernyit, kemudian tersenyum.
"Mungkin saja, Pak Heru tidak jadi menginap Mas. Buktinya, tadi pulang bareng saya." Bantah Ahmad.
Popon berjalan melewati Ahmad sambil celingukan. Ia berjalan cepat menuju kamar mandi yang letaknya di ujung rumah. Tanpa diminta, Ahmad berjalan mengikuti Popon dari belakang.
Tok! Tok! Tok!
Popon mengetuk pintu kamar mandi tiga kali. Namun, hening. Tidak ada sahutan dari dalam.
Tok! Tok! Tok!
Popon mengulangi ketukannya. Nihil, masih tidak ada sahutan dari dalam. Yang terdengar justru hembusan napasnya yang memburu.
"Pak Heru?" Panggil Popon.
Sekali lagi hening. Popon mencoba membuka pintu kamar mandi, namun dicegah oleh Ahmad.
"Jangan, Mas. Bisa jadi Pak Heru sedang mandi. Dan tidak mendengar suara Mas Popon. Kita tunggu saja sampai beliau selesai,"
Popon mendengus kesal. Secara spontan ia mendobrak pintu kamar mandi dengan satu kaki.
"Apa yang Mas la--
"Lihat! Tidak ada orang di dalam!" Seru Popon menunjukkan kebenaran.
Ahmad tercengang melihat kamar mandi yang kosong. Sungguh tak masuk akal. Padahal jelas-jelas dia melihat dan mengobrol dengan Pak Heru.
"Percaya to," ucap Popon. "Saya bilang juga apa, Pak Heru menginap di kantor camat. Mas Ahmad salah lihat mungkin," imbuhnya.
"Ta-- pi ... tadi Pak Heru ..."
Ahmad dan Popon saling beradu pandang. Mereka terdiam sejenak.
"Saya ke kamar dulu, Mas." Pamit Popon sambil mengelus tengkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
JALAN PULANG
HorrorSetelah berada di desa Giung Agung, Ahmad merasa jika dirinya selalu berhalusinasi. Ia kerap melihat bayangan Hawiyah muncul di luar jendela. Saat hendak memastikan, bayangan Hawiyah mendadak hilang. Setelah kepergian Hawiyah, hidup Ahmad menjadi ta...