11. you're mine Violetta🌑

17K 694 17
                                    

Gue up
Selamat membaca!!

"Maafkan aku Darrel" Darrel sudah di pindahkan ke atas ranjangnya, jujur Violetta sangat merasah bersalah atas apa yang ia perbuat.

"Tidak perlu merasa bersalah, aku tidak apa-apa" Darrel menyentuh pipi gadisnya agar berhenti menyalahkan dirinya, Darrel sama sekali tidak menyukai itu.

"Kau serius memaafkan aku" Tanya Violetta dengan mata yang siap mengeluarkan air mata. Darrel yang melihatnya merasa gemas dan ingin sekali ia mencubit pipi gadisnya karena ekspresi-nya yang begitu lucu.

"Iya, aku sudah memaafkan mu, berhenti menangis, sayang" Karena tidak tahan akhirnya Darrel menarik Violetta agar masuk ke dalam pelukannya, dan memeluk tunangannya dengan begitu erat sesekali ia menghirup aroma tubuh tunangannya.

"Ekhem" Tiba-tiba saja seseorang berdehem keras membuat pasangan itu menoleh, tubuh Violetta seketika menjadi kaku, memori kejadian kemarin tiba-tiba saja terlintas kembali di otaknya.

Damian, pria itu berdiri di depan pintu dengan bucket bunga di tangannya bahkan ia menatap Violetta dengan begitu intens.

"Kakak, sejak kapan kakak disitu? Ayo masuklah" Darrel mempersilahkan kakaknya masuk, Damian seketika menatap Adiknya dan berdehem pelan.

"Baru saja, bagaimana keadaan mu sekarang? " Ujar Damian yang menjawab pertanyaan adiknya sesekali ia membahas soal kondisi adiknya.

"Aku sudah baik-baik saja, besok aku sudah kembali beraktivitas lagi" Damian mengangguk mengerti dengan senyum kecil yang tersamarkan.

"Eh, kau datang nak?" Amanda yang memasuki kamar putranya di kejutkan dengan kedatangan Damian, putra pertamanya. Begitu halnya dengan Laurent yang kaget.

Damian mengangguk tanda balas ucapan ibunya. "Tentu saja aku datang Ibu, lagi pula aku hanya ingin melihat kondisi Adikku saja" ujarnya dengan pandangan yang menatap Violetta, membuat gadis itu seketika merasa was-was.

"Dan juga aku ingin memberi tahu kan sesuatu" Amanda yang mendengarnya mengernyit bingung. "Emang apa yang ingin kau beritahukan, dan juga kenapa kau memegang bucket bunga?" Tanya Amanda.

"Ibu, hari ini aku ingin memberitahukan kalian yang ada disini" Pandangan menyapu seluruh isi kamar membuat mereka penasaran kecuali Violetta.

"Hari ini, adalah hari jadiku dengan Violetta"

🌑Damian🌑

Bianca menatap dirinya di pantulan cermin, menelisik tampilannya dari atas sampai bawah.

"Sempurna, sekarang aku harus menemuinya" Bianca mengambil tasnya yang berada di atas meja rias dan segera keluar dari kamarnya memasuki lift dan menuju lantai satu, sesampainya di lantai satu Bianca mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, syukur saja karena kedua orang tua Bianca tidak ada di rumah mereka sedang ada urusan di luar Bianca segera keluar dari rumah dan menuju salah satu sopir pribadinya.

"Pak, tolong antar aku ke cafe dekat kampus ya" Sang sopir mengangguk mengerti dan segera Bianca masuk ke dalam mobil menuju ke tempat yang tunjukkan.

Sesampainya Bianca di cafe, segera ia meminta sopirnya untuk kembali dengan alasan dia akan pulang telat.

Saat melihat sopir pribadinya sudah pergi, Bianca segera masuk ke dalam cafe, Bianca mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru isi dan ia melihat siluet seorang pria yang ia kenal Dengan semangat Bianca langsung menghampiri pria tersebut.

"Allen" Panggil Bianca membuat pria yang bernama Allen itu menoleh dan tersenyum melihat siapa yang menghampirinya.

"Bianca" Allen berdiri dari kursinya dan menerima pelukan dari gadis tersebut, tanpa mereka sadari seseorang telah memata-matai Bianca saat gadis itu keluar rumah.

Pria itu langsung mengeluarkan ponselnya dan membidik kameranya ke arah dua sepasang beda jenis itu.

🌑Damian🌑

Semua yang berada dalam kamar terdiam saat mendengar pernyataan Damian barusan.

"Apa maksud mu barusan nak" Tanya Amanda, sedangkan Darrel mengepalkan tangannya berusaha menahan emosinya agar tidak meninju wajah Kakaknya.

"Iya, ibu. Aku dan Violetta sedang merayakan hari jadi kita, hari dimana persahabatan kita terbentuk" tuturnya membuat semuanya menghela nafas lega begitu pula dengan Violetta tapi gadis itu tetap saja akan tidak mempercayai semua omongan pria tersebut, dia akan membicarakan dengan Damian secara empat mata nanti.

"Kau ini, membuat Ibu kaget saja" Amanda memukul lengan Damian dengan cukup keras tapi sang empu tidak merasakan sakit apapun.
"Damian, bisa kita bicara empat mata" Seketika seluruh mata tertuju ke arah Violetta.

"Apa maksud mu Violetta" Bukan Damian yang menjawab tapi Darrel tunangannya.

"Tentu saja Violetta, apapun untuk mu" Seketika Darrel menatap Kakaknya dengan pandangan bingung, seakan dia merasakan sesuatu terhadap Kakaknya terhadap bagaimana dia memandang tunangannya seperti itu.

Seketika Violetta berjalan keluar dari kamar kemudian di susul Damian di belakangnya.

"Ibu hentikan mereka" Darrel yang hendak ingin bangun justru mengurungkan niatnya saat melihat tatapan tajam Ibunya yang mengisyaratkan 'bangun, aku jadikan kau sate manusia' itu yang ia katakan membuat Darrel mendengus sebal.

Violetta membawa Damian ke halaman belakang, gadis itu menatap tajam Damian, tapi sang empu sama sekali tidak terpengaruh.

"Katakan apa rencana mu!?" Tanya to the point membuat Damian seketika tertawa.

"Astaga Violetta, ku pikir kau gadis polos tapi tidak juga, ya. tapi aku menyukai sifat kepekaan mu itu" Ujarnya berusah menyentuh tengkuk Violetta namun di tepis kasar langsung oleh sang empu.

"Jawab pertanyaan ku Damian" Violetta masih bersabar menanti jawaban pria di depannya.

"Kau tau sendiri kan tujuan ku" Damian mencondongkan badannya ke depannya dan menatap manik hazel indah itu.

"Kalo aku akan merebut dirimu dengan cara apapun walau harus menggunakan cara kotor, because you're mine Violetta" Bisik Damian membuat Violetta membeku di tempatnya.

Damian mengatakan tangannya dan menyentuh bibir Violetta yang sangat lembut itu, saat hendak Damian ingin menyatukan bibir mereka namun Violetta segera tersadar dan menepis tangan pria itu.

"Dalam mimpi mu Damian" Segera Violetta melangkahkan kakinya pergi dia tidak ingin memperpanjang masalah dengan Damian.

Damian yang melihat gadis-nya pergi hanya mampu terkekeh pelan.

"Sungguh lucu" Gumamnya, sehingga suara notifikasi dari ponselnya berbunyi tanda pesan masuk.
Damian merogoh saku celananya dan membukanya, seutas seringai muncul di bibirnya, dimana terlihat beberapa Foto Bianca bersama sahabatnya Allen.

"Dasar jalang sialan" Geramnya. "Kayaknya aku harus sedikit bermain dengan si sialan itu"

Bersambung!!

Hari minggu aku up lagi see you next chapter!!

Damian (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang