33. They meet Again 🌑

6.6K 309 11
                                    

Gue up
Selamat membaca!!!

Selena dan Jack memutuskan untuk kembali karena waktu menunjukkan pukul sore. Sebenarnya Selena tidak ingin meninggalkan sahabatnya yang sedang mengalami keterpurukan, tapi Jack dengan segala ancamannya mau tidak mau Selena terpaksa menurutinya.

Di sisi lain, Violetta. Gadis itu mengurung dirinya dalam kamar, setelah kunjungan Selena barusan, Violetta tidak mengeluarkan sepa kata apapun yang hanya bisa ia lakukan hanya mengangguk dan menggeleng.

Violetta menatap lurus ke arah depan, pandangannya kosong seperti tidak memiliki tujuan, hidupnya benar-benar hancur sekarang. Bahkan sekedar ingin keluar saja Violetta takut. Takut jika akan di culik lagi dan di lecehkan.

Violetta meringkuk kedua kakinya begitu rapat, saat bayang-bayang kejadian terputar kembali, nafasnya memburu, dan sesak.

Violetta memegang dadanya yang terasa sesak, berusaha mengontrolnya. Di rasa sudah membaik tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka.

Violetta segera membalikkan badannya guna melihat pelaku yang membuka pintunya, dan orang yang membuka pintunya adalah Kenzo sendiri.

"Hei Violetta, tenang oke..." Kenzo terperanjat saat melihat ekspresi adiknya terhadapnya, Kenzo perlahan mendekat ke arah kasur Violetta dan duduk di pinggirannya.

"Tidurlah, ini sudah malam" Ucap Kenzo mengusap surai adiknya, memberikan ketenangan sendiri buat sang empu.

Violetta yang masih terdiam tidak menjawab sepa kata apapun, tetapi ia melakukan apa yang di suruh kakaknya tersebut

Kenzo tersenyum tipis, sekali lagi ia mengusap pucuk kepala adiknya.

"Tidur yang nyenyak, ya.... Semua akan baik-baik saja" Ujarnya kemudian berdiri melangkahkan kakinya menuju pintu kamar, sekali lagi ia mengecek keadaan Violetta.

Walau Violetta sudah tidur, tetapi gadis itu belum memejamkan matanya sama sekali membuat Kenzo menghela nafasnya. Kenzo membiarkannya karena ia tahu lambat laun adiknya itu akan tidur dengan sendirinya.

🌑Damian🌑


Seorang pria memasuki kamar yang bernuansa biru pastel tersebut. Setelah berhasil memanjat pohon dan mendarat sempurna di balkon, dengan begitu tenangnya dan tanpa menimbulkan suara ia melangkahkan kakinya menuju ranjang yang dimana terdapat seorang gadis yang begitu cintai.

Sesampainya ia di ranjang, pria itu lantas berjongkok dan melihat wajah gadisnya yang begitu cantik saat tidur.

Pria itu tersenyum tipis, ia mendaratkan sebuah kecupan di dahi pujaannya, cukup lama ia lakukan sampai ia menjauhkan wajahnya dan kembali menatap wajah gadisnya.

"Kau tetap sama sayang. Cantik, kau selalu cantik bahkan saat tidur, ahhh.... " Pria itu menelusuri setiap pahatan sempurna gadisnya, mulai dari rahangnya, hidung, dan terakhir benda kenyal yang membuat pria itu cukup lama menyentuhnya.

"Kenyal sekali..... Rasanya aku ingin memakan mu, Ahhhhh.....Violetta ku, kenapa kau begitu cantik sekali, hm"  Ujar pria tersebut, namun sekelebat ingatan masa lalunya menghantam isi kepalanya, dimana perbuatannya dulu yang sering menyiksa, memaki dan membentak itu semua teringat kembali. Seperti virus yang datang memasuki perangkatnya, sama halnya pria tersebut.

Ia menatap sendu gadisnya yang tertidur lelap. "Maafkan aku sayang...... Maafkan atas perbuatanku, tapi jika boleh jujur, aku sekarang mencintaimu. Maaf karena aku terlalu buta dan tidak pernah melihat mu" Ujarnya mengambil sehelai rambut gadis pujaannya untuk ia tempelkan ke bibirnya.

"Maaf karena aku memberikan mu luka, sekali lagi maaf.... Tapi setelah kita bersama nanti bukan luka yang akan aku berikan tetapi kebahagiaan, aku akan meratukan mu, dan menjagamu sebaik mungkin.... Sekali lagi maaf sayang" Ujarnya mengusap pipi sang pujaan.

Damian (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang