Gue up
Selamat membaca!!
"DAMIAN!!! DIMANA KAU! AYO KELUAR!!!" Darrel memasuki mansion orang tuanya dengan berteriak keras, dengan langkah lebarnya ia mendengarkan semua pandangannya mencari seseorang yang ia cari.
"Darrel sayang, ada apa?" Amanda baru saja turun dari lantai dua bersama suaminya Max, mereka berdua tidak sengaja mendengar suara Darrel yang baru saja berteriak.
Darrel menoleh saat mendapati kedua orang tuanya, dengan langkah lebar ia menghampiri mereka berdua.
"Dimana Damian" Tanya Darrel to the point. Amanda mengerutkan alisnya bingung begitu juga dengan Max.
"Kenapa kau mencarinya, nak?" Tanya Max kepada putranya.
"Ayah tidak perlu pertanyaan balik kepada ku, cepat jawab pertanyaan ku dimana Damian!!" Emosi Darrel.
Amanda tersentak saat mendengar Darrel putra bungsunya yang berbicara seperti itu. "Darrel! Jaga nada suara mu! Dia Ayahmu, seharusnya kau tidak menaikan nada suara mu kepada orang yang lebih tua!" Tegur Amanda dengan tatapan tajam kepadaputranya.
Darrel memijit pelipisnya pusing. "Cukup jawab saja pertanyaan ku" Sebisa mungkin Darrel mengontrol emosinya.
"Tak perlu menanyakan keberadaan ku kepada mereka, aku sudah disini" Darrel langsung membalikan badannya, dan seketika matanya kembali menajam dengan urat leher yang begitu terlihat jelas sedangkan sang empu hanya memasang ekspresi datar sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Dengan langkah lebar, ia menghampiri Damian dengan penuh amarah. Saat sudah sampai di depannya Darrel langsung menarik kerah bajunya. "Kau... Bajingan sialan" Ucap Darrel dengan suara penuh penekan di setiap intonasinya.
Perlahan suhu atmosfer berubah menjadi menegangkan. Amanda menatap ke dua putranya yang sama-sama melayangkan tatapan tajam.
"Ada apa ini" Batinnya mulai merasah gelisah.
Hendak ingin menghampiri ke dua putranya, namun lagi-lagi ia harus menutup mulutnya kaget, saat melihat Darrel memukul Damian tepat di rahangnya.
"DARREL!!" Amanda berteriak menghampiri ke dua putranya, ia langsung menghampiri Damian membantu anaknya untuk berdiri.
"Dia pantas mendapat itu" Ujar Darrel penuh amarah menatap tajam Damian.
"Apa kau gila! Dia kakak mu, kenapa kau memukulnya!!" Amanda berteriak menatap tajam putra bungsunya.
"Dia pantas mendapatkan itu" Desisnya.
"Sudah cukup" Akhirnya Max selaku kepala rumah angkat suara, ia menghampiri putra bungsunya dan menariknya secara kasar agar menatapnya.
"Apa yang ada di pikiranmu, sampai kau memukul kakak mu sendiri" Tanya Max yang menatap langsung mata putranya. Sedangkan Amanda membantu putranya untuk berdiri di bantu beberapa pelayan lainnya
Darrel mengepalkan tangannya berusaha mengendalikan emosinya, tapi semakin ia tahan emosinya semakin menjadi.
Ia kemudian beralih menatap Damian, yang sama menatapnya juga, namun tatapan kali itu terlihat seperti mengejeknya, dan itu membuat Darrel tidak bisa lagi mengendalikan emosinya.
"Apa Ayah ingin tahu" Ucap Darrel pelan dan di tunggu oleh Max. "Iya, katakan ada apa? Tanya Max.
"Putra Ayah itu" Tunjuk Darrel, dan Max mengikuti arah tunjuk putranya begitu halnya Amanda yang melihat arah tunjuknya.
Max mengernyit bingung saat melihat Darrel menunjuk Damian. "Kenapa dengan Kakak mu, ada apa dengannya sampai menunjuknya" Max meminta penjelasan karena ia sama sekali tidak mengerti situasi apa yang telah dua putranya lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian (The End)
Ciencia Ficción"maafkan aku Violetta" Tentang Damian yang begitu menyesal atas segalanya yang dia lakukan kepada istrinya. Menyesal telah mengabaikannya, menyesal telah menyiksanya, dan menyesal telah berhubunga gelap dengan seorang wanita yang tak lain adalah Bi...
