29. Broken🌑

5.9K 324 22
                                    

Gue up
Selamat membaca!!!


Darrel menatap test pack tersebut dengan lurus, semua orang yang melihat ke terdiaman Darrel hanya diam saja tidak ingin membuka suara, mereka tau betapa sakitnya jika seorang yang ia cintai justru di hamili oleh orang lain.

Violetta menunduk, meremas jemarinya kuat, berusaha menghilangkan rasa sesak di dadanya.

"Hahahahaha..... " Mereka semua menatap Darrel bingung, kenapa pria itu seketika tertawa.

"Ini..... Kau pasti bercanda kan, Violetta... Hahaha" Ujar Darrel di sela tawanya, Violetta yang melihat tunangannya, ingin sekali ia memegang tangannya memberikan ia ketenangan melalui kata-katanya, tapi entah kenapa terasa begitu sulit tangannya bahkan seolah mati rasa. Mulutnya tidak dapat ia buka seperti memakan paku dan menelannya.

"Darrel, nak" Laurent yang hendak menghampiri pemuda tersebut mengurungkan niatnya saat pemuda itu mengangkat tangannya.

"Ibu tidak perlu merasa kasihan kepada ku" Ucapnya menatap Laurent dengan pandangan keputus-asaan, ia beralih menatap sang tunangan.

"Bahkan ia sama sekali tidak ada niatan mengatakan segalanya" Ujarnya kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kamar Violetta. Davi yang melihat kepergian Darrel segera menyusul ia menyempatkan memberitahu istrinya untuk menenangkan Violetta.

Laurent memang kedua bahu putrinya dan menuntunnya ke arah tempat tidur.

"Tenang sayang... Semua akan baik-baik saja" Ucap Laurent memberikan kekuatan kepada putrinya. Sedangkan Violetta, gadis itu hanya memandang lurus lantai kamarnya.

"Semua sudah berakhir.... " Gumam Violetta yang masih di dengar Laurent.

"Darrel membenciku, dia tidak akan pernah mau menemui ku sekarang. Dia sudah tidak mencintaiku lagi..." Ujarnya lirih. Laurent langsung memeluk putrinya begitu erat, dia tidak ingin melihat putrinya terlihat lemah.

Kenzo yang menyaksikan kejadian itu semua mengepalkan tangannya begitu erat. "Semua ini karena bajingan sialan itu" Batinnya dengan kilatan penuh amarah.

🌑Damian🌑

Allen melangkah kakinya begitu cepat menuju unit apartemen Bianca. Sesampainya ia di depan unit apartemennya, tanpa menunggu ia langsung memasukkan sandi pintu dan langsung masuk.

"KABAR BURUK!!" Bianca terperanjat kaget begitu dengan suara bariton Allen.

"Kau mengagetkan ku, dan kenapa dengan dirimu seperti di kejar penagih utang saja" Ucap Bianca kembali pada kegiatannya.

"Ada kabar buruk Bianca" Seolah tuli akan sindiran Bianca barusan Allen langsung mengambil tempat duduk. Bianca mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca kemudian menatap Allen dengan alis terangkat sebelah.

"Emang kabar buruk apa? jika soal Ayah. Aku tidak peduli" Ujarnya.

"Tidak ini lebih buruk lagi" Ujarnya dengan wajah serius.

"Kalo begitu cepat katakan. Membuang waktu-ku saja" Kesalnya.

"Violetta...... Dia hamil, dan pelaku yang membuatnya adalah tak lain mantan tunangan mu sendiri"

Deg

Seketika badan Bianca menjadi tegang, bukan. Bukan karena mantan tunangannya tapi karena sahabat dan apa barusan ia dengar sahabatnya hamil.

"A-apa yang kau katakan itu benar... " Bianca berdiri dari duduk, ia harus menemui sahabatnya itu sekarang.

"Aku mengatakan sebenarnya, bawahan ku yang memberitahukan ku, kalo Violetta hamil dan pelakunya adalah Damian sendiri" Ujarnya.

Bianca menutup mulutnya saking terkejutnya, ia harus pergi sekarang untuk menemui sahabatnya.

"Aku pergi!" Bianca langsung menyambar kunci mobil dan keluar dari apartemennya mengabaikan teriakan Allen

"Astaga gadis itu" Allen mengacak rambutnya kasar.

🌑Damian🌑

Darrel mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengabaikan segala umpatan para pengendara dan pejalan kaki.

Tanpa tujuan dan arah Darrel tetap melajukan mobilnya, ia butuh tempat pelampiasan sekarang.

Darrel mencengkram stir kemudi, mengingat segala hal romantis yang telah ia lalu bersama Violetta.

Hatinya merasa sesak begitu tau kabar bahwa tunangannya sedang hamil, apa lagi pelaku utamanya adalah kakaknya sendiri.

Darrel menginjak pedal rem, begitu bayangan masa lalu terlintas kembali. Ia melihat Damian dan Violetta yang sedang berdiri di  atas Altar.

"Kenapa...... Kenapa Tuhan tidak begitu adil padaku" Lirihnya menjatuhkan kepalanya di kemudi menumpahkan segala kesedihannya.

"Di kehidupan pertama aku rela mengalah demi wanita yang ku cintai, sekarang. Di kehidupan kedua kakak-ku justru ingin merebutnya kembali, hiks...kenapa" Darrel tidak dapat menahannya lagi, hatinya benar-benar begitu hancur, untuk kedua kalinya ia gagal mendapatkan pujaan hatinya.

"Violetta ku.... Hiks... Aku berharap di kehidupan kedua ini aku bisa bersanding dengannya dan membangun keluarga yang harmonis... Tapi apa.... Dia merebutnya kembali" Hancur sudah harapan Darrel, mimpi Darrel untuk bisa bersama Violetta, benar kata orang, pemeran utama akan selalu menang berbanding terbalik dengan pemeran kedua yang hanya bisa mengalah, juga orang-orang beranggapan kalo pemeran kedua hanya sebagai tokoh tambahan saja dalam cerita atau pendukung cerita dimana pemeran kedua selalu mengalah demi masa depan yang indah antara pemeran utama pria dan pemeran utama perempuan, mereka tidak melihat isi hatinya yang dimana mereka selalu berjuang agar bisa mendapatkan hati sang tokoh utama perempuan. Namun tetap saja sang tokoh utama pria lah yang menang.

"Aku kalah... " Lirihnya.

Bersambung!!

Nah loh, kasian abang Darrel jadi sadboy :(

Besok up lagi ya

Damian (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang