17. First Kiss🌑

11.7K 533 4
                                    

Gue up
Selamat membaca!!


Darrel melajukan mobilnya menuju kediaman Cessar karena ia ingin menjemput tunangannya.

Saat sudah sampai di kediaman Cessar, Darrel menghentikan mobilnya dan melihat Violetta yang sedang duduk di gazebo dengan buku gambar di tangannya.

Darrel turun dari mobilnya dan menghampiri sang tunangan. "Letta-nya Darrel sedang apa" Violetta mendongak Kepala melihat siapa orang yang mengajaknya bicara

Begitu terkejut-nya Violetta melihat tunangannya sudah berada di hadapannya. "Darrel, kau kesini.... Dan tidak mengabari-ku" Violetta seketika berdiri dan langsung ber-sejajar dengan Darrel yang tinggi sehingga terpaksa Violetta harus mengangkat kepalanya guna melihat wajahnya.

Darrel seketika merasa gemas dengan tunangannya, dan langsung memegang ke dua pipinya. "Letta-nya Darrel sedang apa, hm" Tanya Darrel sekali lagi.

"Ah.... Aku sedang memikirkan desain pakaian yang ingin ku buat" Jawabannya yang teringat kembali tujuannya.

Darrel mengangguk mengerti dan melihat tunangannya yang kembali fokus pada sketsa gambarnya.

"Ohh ya, bisakah kau mengantarku ke butik, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di sana" Pintahnya sambil memelas.

Darrel terkekeh gemas melihat raut wajah tunangannya yang begitu lucu baginya. "Boleh... Tapi--" Darrel menunjuk pipi sebelah kanannya membuat Violetta tersenyum.

Tanpa pikir panjang, Violetta langsung mencium pipi kanan Darrel membuat sang empu tersenyum lebar, dan malah menunjuk pipi kirinya. "Sini lagi" Tunjuk-nya

Violetta yang hendak ingin mencium pipi kiri Darrel, justru membuatnya tercengang karena Darrel malah menempelkan bibirnya ke bibir Violetta. Membuat Violetta membeku di tempat.

Darrel yang melihat keterdiaman Violetta justru mengambil kesempatan, ia malah memperdalam ciumannya, melumatnya begitu pelan agar sang pujaan tidak merasa kesakitan, Darrel melakukan itu agar Violetta terbiasa dengan berciuman, karena Darrel tipikal orangnya kasar. Apapun yang ia lakukan ingin sekali menggunakan cara kasar termasuk melumat bibir manis Violetta, tapi ia tahan karena ini pengalaman pertama bagi Violetta jadi ia harus melakukan-nya dengan cara lembut.

Violetta yang tersadar segera memukul dada Darrel karena pasokan oksigennya menipis, Darrel menyudahi ciumannya dan menatap bibir sang pujaan yang memerah.

Shit, rasanya Darrel ingin melakukannya lagi, apa lagi bibir Violetta yang merah membuat gairah dalam tubuh Darrel sudah berada di atas ubun-ubun.

"EKHEM"

Suara deheman seseorang mengalihkan atensi mereka berdua, Darrel dan Violetta menoleh ke asal suara tersebut.

Betapa terkejut-nya Violetta melihat Damian yang berdiri sambil memasukkan ke-dua tangannya ke dalam saku celana. Berbanding terbalik dengan Violetta, Darrel justru tersenyum miring memamerkan deretan giginya.

"D--damian" Jujur saja, Violetta seperti wanita tukang selingkuh dan menikung tunangannya. Tunggu dulu bukannya tunangan-ku Darrel batinnya.

Violetta segera menepis semua itu berusaha berfikir positif berharap Damian tidak melihat kejadian barusan, tapi rasa malu lebih mendominan dari rasa percaya dirinya. Mau taroh dimana muka Violetta nanti.

"Halo Kakak" Sapa Darrel mengubah ekspresi wajahnya menjadi ramah, Damian menatap dingin Darrel, rasa ingin membunuh membuat Damian segera melakukan-nya tapi ia harus ingat kalo Darrel Adiknya.

Keparat, Damian mengepalkan tangannya berusaha mengontrol emosinya. Damian membuang nafasnya dan kembali menatap adiknya.

"Sedang apa kau disini?" Pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Damian, Darrel menaikan satu alisnya dan bertanya. "Harusnya aku yang bicara seperti itu, sedang apa kakak disini" Skatmat Damian tidak berkutip membuat Darrel tersenyum samar.

"Karena kakak tidak bisa menjawab tidak apa-apa, aku kesini karena aku ingin mengantar tunanganku pergi ke butiknya" Lanjutnya sambil menekan kata tunangan.

Damian lagi-lagi terdiam tidak dapat berbicara, suhu atmosfer berubah begitu saja membuat Violetta menyadari itu semua.

Violetta menarik lengan baju panjang Darrel membuat atensi Darrel teralihkan. "Iya, sweetie" Tanya Darrel membuat Violetta gugup untuk berbicara. "Antar aku ke butik sekarang" Ujarnya terdengar seperti bisikan.

Darrel memgangguk mengerti dan kembali menatap kakaknya. "Kami harus pergi dulu kakak, oh ya. Terimakasih beberapa hari ini kakak sudah mau mengantar Violetta ke kampusnya dan menjemputnya" Ujar Darrel membuat Violetta dan Damian menatapnya terkejut, kenapa bisa ia tahu batin mereka.

"Karena aku sudah sembuh, sekarang biar aku yang antar jemput Violetta, kakak urus saja Bia---maksudku tunangan kakak" Lanjutnya kemudian menarik tangan Violetta agar pergi dari sana.

Damian menundukkan kepalanya, merasa di rendahkan oleh adiknya sendiri, dengan tangan terkepal, Damian menjambak rambutnya, menendang angin guna melampiaskan amarahnya.

"Sialan kau Darrel. Aku tidak akan pernah membiarkan kau bersama dengan Violetta" Kilatan obsesi di matanya begitu kentara. Damian melangkahkan kakinya pergi dari pekarangan keluarga Cessar dan memasuki mobilnya.

🌑Damian🌑

Selama perjalanan Violetta hanya bisa diam, begitu pula Darrel yang sedang fokus menyetir.

Ingin membuka topic pembicaraan, tapi bayang-bayang kejadian di pekarangan masih terlintas di pikirannya. Violetta melirik Darrel yang sedang fokus menyetir, ia baru keingat kejadian tadi, dari mana Darrel tahu kalo Damian sering datang ke rumahnya apa pria itu mengawasinya.

Itu justru lebih bagus, agar Damian tidak semena-mena mendekatinya lagi, apa lagi Damian sudah memiliki tunangan.

"Kita, sudah sampai" Darrel menghentikan mobilnya di depan butik Violetta kemudian beralih menatap tunangan-nya yang sedang asik melamun.

"Violetta, hei. Sayang" Darrel menguncang pelan bahu Violetta membuat sang empu tersadar.

"Hah? Iya, kenapa" Violetta linglung, membuat Darrel mengernyitkan dahinya. "Kenapa kau melamun, hm. Apa sesuatu yang memengaruhi pikiran mu?" Tanya Darrel menyentuh pipi Violetta.

"Mm... Apa kau marah karena aku sering di antar jemput Damian?" Tanya Violetta to the point.

Darrel yang mendengarnya tertawa keras membuat Violetta bingung. "Astaga sayang, hahaha.... Untuk apa aku harus marah sama tunangan ku yang cantik, dan manis ini hm" Darrel mencubit pipi Violetta membuat sang empu berteriak kesakitan.

"Dengar, aku tidak marah atau cemburu, justru aku senang. Karena semenjak aku sakit kakak Damian yang membantu mengantar mu kuliah dan menjemput mu, jadi untuk apa aku marah" Darrel tidak mempermasalahkan Damian mengantar jemput Violetta tapi ia tidak suka Damian yang terlalu begitu dekat dengan Violetta apa lagi sampai menyentuh-nya itu yang tidak ia suka, karena baginya miliknya tidak boleh di miliki oleh orang lain atau sekedar menyentuh-nya.

"Benar kah" Tanya Violetta, membuat Darrel mengangguk. "Mulai sekarang, aku yang akan mengantar jemput kamu, kita bisa menghabiskan waktu bersama setiap saat, jadi jangan merasa bersalah ya. Tuan putri ku" Darrel menjewer hidung Violetta membuat sang empu tersenyum.

"Terimakasih pangeran" Violetta memeluk Darrel membuat sang empu membeku seketika, tapi tak ayal ia juga ikut membalas pelukan Violetta.

"Kalo begitu aku pergi dulu ya, jangan lupa sampai di kantor sarapan dulu" Saran Violetta sebelum keluar dari mobil. "Siap tuan putri" Darrel memperagakan orang yang sedang hormat.

"Dada, Darrel" Violetta turun dan berlari kecil ke butiknya.

Setelah kepergian Violetta, Darrel segera mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada kakaknya. Setelah pesan terkirim ia menaruh kembali ponselnya.

"Permainan akan di mulai kakak" Seringai-nya.

Bersambung!!

Udah double up, see you next time

Damian (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang