26. Big Brother is the real Devil🌑

8.4K 376 19
                                    

Violetta sudah berkeringat dingin, saat mengetahui kedatangan Damian di mansion-nya. Violetta tahu maksud dari kedatangan Damian.

Damian dapat melihat raut ketakutan di wajah gadisnya itu, membuatnya tersenyum miring.

"Ada, urusan apa kakak datang kesini" Darrel menahan mati-matian agar tidak memukul kakaknya, bahkan tangan sudah terkepal kuat namun sebisa mungkin ia tahan karena ada orang tua Violetta, jadi ia harus mengontrol emosinya.

Damian melirik adiknya yang sedang menahan amarah. "Oh... Aku hanya berkunjung, apa salah jika aku datang kesini" Ucapnya. Laurent yang merasa suhu atmosfer yang tidak mengenakan berusaha mencairkan suasana.

"Nak, Damian. Kenapa cuman berdiri depan pintu ayo masuk" Suasana yang tadinya mencengkam perlahan melunak karena Laurent yang mencairkan suasana.

"Baik, Ibu" Damian memasang senyumnya dan melangkahkan kakinya masuk kedalam, Darrel menatap was-was kakaknya itu.

"Jarang-jarang loh, adik kakak mau berkunjung tanpa harus ada orang tua" Kekeh Laurent yang membuat ke dua pria itu tersenyum canggung sambil menggaruk belakang leher mereka yang tidak gatal.

"Sudah, jangan membuat mereka merasa canggung" Tegur Davi pada istrinya. Akhirnya mereka memulai obrolan santai mereka seperti biasa sesekali Damian ikut nimbrung.

Damian melirik Violetta yang terlihat begitu gelisah, itu terlihat dari raut wajahnya yang tidak mengenakan. Damian tersenyum miring melihat raut wajah Violetta yang terlihat ketakutan itu, sungguh menggemaskan batinnya.

"Oh, ya. Maaf jika pertanyaan ku ini menyinggung perasaan anda, ada keperluan apa nak Damian datang kesini? " Tanya Davi berusaha sesopan mungkin agar tidak menyinggung perasaan Damian.

"Ah.... Akhirnya" Pertanyaan yang Damian tunggu-tunggu akhirnya keluar juga. Damian melirik sejenak Violetta dan kembali melirik tuan besar Cessar.

"Kedatangan ku disini adalah, untuk memutuskan pernikahan ku dengan Violetta"

🌑Damian🌑

Semua yang ada di ruang keluarga kaget mendengar jawaban Damian.

"Apa maksudmu!" Darrel berdiri dari duduknya dengan setengah berteriak menatap tajam sang kakak.

Merasa suhu atmosfer terasa berat akhirnya Laurent angkat suara. "Ah.... Mungkin nak Damian hanya bercanda, tidak perlu dianggap se----"

"Itu benar!" Potong Damian cepat membuat Laurent mengatupkan kembali mulutnya

"Apa yang aku katakan benar. Aku ingin menikahi Violetta" Ujar Damian menatap satu persatu keluarga Cessar.

"APA YANG KAU KATAKAN, BERHENTILAH BERHALUSINASI UNTUK MENIKAHI ADIKKU!!" teriak Kenzo marah menatap tajam Damian, sejak dari dulu ia tidak menyukai Damian karena pria itu dulu sering menyakiti adikknya.

Damian menatap datar Kenzo yang sedang terlihat marah. "Apa yang aku katakan itu benar, aku akan menikahi Violetta" Ujar Damian.

"Kau!" Darrel langsung menarik kerah baju Damian karena sudah tahan lagi menahan emosinya.

"Jangan bermimpi untuk mendapatkan Violetta. Karena dia milikku sekarang" Bisik Darrel penuh penekanan sedangkan sang empu tidak terpengaruh sama sekali dengan perkataan adiknya ia terlihat santai sambil menatap datar sang adik.

Darrel tersentak saat ada seseorang yang menarik ujung bajunya. "Darrel, sudah... Jangan membuat keributan" Ucap Violetta dengan suara yang begitu pelan.

Darrel perlahan melunak sedikit menatap sang tunangan dengan tatapan lembutnya. "Maaf" Ujarnya menggenggam jemari mungil Violetta.

"Violetta, bawa Darrel ke kamarmu dan tenangkan dia" Akhirnya Davi angkat bicara menengahi pertikaian antara Kakak-beradik itu.

"Baik Ayah, ayo Darrel" Violetta menarik lengan Darrel menuju kamarnya yang berada di lantai dua, belum sempat 5 langkah tiba-tiba saja Damian berucap.

"Violetta, sedang mengandung benih ku"

Deg

🌑Damian🌑

Setelah kejadian dimana Damian mengungkapkan alasannya ingin menikah Violetta, disini lah mereka sekarang di kamar Violetta.

Mereka menatap seorang gadis yang sedang menunduk meminta sebuah penjelasan. "Bisa katakan semuanya, apa yang dia maksud" Ujar Ayah Violetta dengan pandangan menghunus putrinya.

Soal Damian, pria itu di usir dari rumah setelah Kenzo selalu kakak Violetta marah besar dan memanggil bodyguard untuk menyeret Damian keluar mansion.

"Violetta ayo katakan, Ayah menunggu mu" Violetta meremas bajunya, apa ini saatnya aku harus memberitahu kan mereka batinnya.

Violetta merasakan usapan lembut di tangannya dan menolehkan sedikit kepalanya, dan dapat ia lihat wajah Ibunya yang sedang tersenyum.

"Jangan takut, Ibu disini sayang" Ujar Laurent menenangkan Violetta.

Violetta memejamkan matanya dan menarik nafasnya dalam lalu menghembuskan-nya.

"Ayah..... Semua terjadi saat aku keluar untuk membeli pernak-pernik untuk busana ku" Semua orang mendengar jelas apa yang Violetta cerita mulai dari dia keluar sampai ia di culik oleh suruhan Damian.

Laurent menutup mulutnya tidak percaya begitu halnya dengan Davi, Kenzo, dan Darrel ketiga pria itu mengepalkan tangan mereka begitu erat.

"Hiks..... Ayah.. Maafkan aku..... Maafkan aku" Violetta tidak bisa lagi menahan tangisannya begitu ia menceritakan semua, Laurent langsung memeluk putrinya begitu erat berusaha menenangkannya. "Shhh.... Sudah sayang, jangan takut" Laurent mengusap punggung putrinya dan beralih menatap suaminya yang berusaha mengatur emosinya.

"Brengsek, bajingan sialan itu" Umpat Kenzo.

Darrel kemudian melangkah kakinya keluar dari kamar Violetta, semua orang yang melihat kepergian Darrel, mengerutkan kening mereka bingung.

"DARREL KAU INGIN KEMANA!!" teriak Davi saat melihat punggung tegap Darrel yang perlahan menghilang.

"Sudah pasti, dia akan membunuh kakaknya" Ujar Kenzo enteng dan membuat Violetta dan Laurent menegang.

"Kenzo!! Jaga ucapanmu" Tegur Laurent.

Kenzo kemudian beralih menatap adiknya yang masih berada di pelukan Ibunya. "Jangan takut, kakak akan membalaskan perbuatan Damian kepada mu... Itu janji kakak!" Tegas Kenzo.

Sedangkan di sisi lain. Darrel melajukan kkendaraan-nya dengan kecepatan tinggi tanpa memedulikan umpatan orang lain ujuannya kali ini adalah mansion kedua orang tuanya, karena firasatnya mengatakan kalo Damian berada disana.

Dengan tangan terkepal sambil memegang stir, Darrel tidak henti-hentinya mengeluarkan segala umpatan di mulutnya

"Damian..... Aku akan membunuhmu" Ujarnya dengan mata menghunus tajam, bagi Darrel terhadap Damian adalah Iblis yang menjelma menjadi kakaknya.

Bersambung!!

Maaf kelamaan upnya, jujur mikirin part ini susah bener bahkan gue harus balik lagi baca chapter lalunya biar ada chemistry-nya bahkan gue ubah sedikit chapter lalunya biar chapter kedepannya gak belibet lagi.... Maaf yang sudah menunggu gara" Gue kalian harus menunggu lama.

Damian (The End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang