Part 22 - Tears

38.4K 2.1K 11
                                    


Sudah hampir lebih dari sepuluh taxi yang berlalu lalang disekitar jalanan, tapi tidak ada satupun angkutan yang ingin diberhentikan oleh emma.
Saat menuju rumah jerry tadi , sudah jelas kalau dia tidak membawa mobil.

Setelah ia dan elsa berhasil keluar dari gerbang rumahnya jerry, mereka berdua masih berjalan disepanjang jalanan tanpa mengetahui arah dan tujuannya...

Butiran demi butrian air mata mulai meluncur deras diwajah mulus wanita cantik itu. Seperti sudah tidak bisa menahan tangisannya lagi, emma meluapkan rasa kehancuran dan kesedihannya sekarang..

Memberikan leluasa kepada angin yang bertiup cukup kencang disore hampir menjang malam ini sampai memasuki bagian dalam tubuhnya. Jika saja bisa, ia ingin angin-angin ini berhembus sampai kehatinya..

Hatinya begitu sakit menerima kenyataan kalau jerry , pria yang sudah ia percayai akan menjadi future husband-nya berani berbohong kepadanya. Mematahkan rasa kepercayaan emma kepadanya dengan sangat mudah tanpa perasaan..

Bahkan, janji dan tutur kata yang selama ini pria itu ucapkan bagaikan daunan kering yang berguguran tiada artinya..
Semua ini begitu terasa menyakitkan.

Ingin sekali rasanya ia pergi ke negeri dongeng yang memiliki kaca ajaib untuk membawanya kedunia lain.

Rasa cinta, kasih sayang , segala ucapan, tawa , senyum , bahkan ciuman mereka kemarin masih terngiang ngiang didalam kepala emma . Terus diputar berulang ulang kali bagaikan kaset rusak.

Pria itu, bukan hanya membohongi emma...
Tapi pria yang telah disayangi elsa dengan tulus itu bahkan sudah bertunangan!

Bagaimana mungkin dengan tega, pria yang sudah bertunangan dengan orang lain memberi harapan palsu kepada sosok wanita tak berdaya yang berstatus single parent seperti emma.

Mereka para pria memang tidak mengerti apa yang para wanita rasakan.
Mereka hanya datang, sekedar singgah, lalu pergi dan menghancurkan.
Sekarang , emma merasakan semua hal itu seperti dikemas menjadi satu..

Ingin sekali rasanya ia berteriak kencang , memaki dengan lantang dan menangis dengan suara yang bisa didengar oleh seluruh umat di penjuru dunia ini.
Hatinya bagaikan ditusuk dengan pisau yang tajam , di gali ditempat yang paling dalam sampai mencucurkan darah.

Sangat sakit....
sangat sangat sakit.....

"Mommy, aku capek jalan terus........"

suara elsa muncul disela kebisuan emma. Gadis kecilnya itu menarik narik baju emma agar ibunya memperhatikan wajah lesu anaknya yang sudah berjalan hampir berkilo kilometer jauhnya..

"Ayo kita duduk sweetheart...." desis emma pada putrinya ini dengan suara lemah. Ia menarik tangan putrinya dan membawa mereka ke ujung jalan , dimana hanya ada torotar disepanjang jalan.
ia memerintahkan putrinya duduk disana bersama sama

"Mommy, kenapa kita tidak pulang saja ...."
elsa bergumam lagi. Bokong nya sudah mendarat di atas trotoar jalanan. Ia mendorong kedua kakiknya lurus kedepan..

Tanpa menjawab perkataan yang dilontarkan gadis kecilnya ini berulang kali, emma hanya memilih untuk tetap diam membisu seperti patung. Bahkan, ketika ingin mengeluarkan suara saja tenggorokannya terasa sakit.

Ia menarik kepala elsa yang duduk tepat disebelahnya mendekat kerah tubuh emma. Dan membelai rambut mulus gadis kecilnya itu dengan perasaan sayang.

Air mata kembali meluncur deras diwajahnya sampai membasahi rambut cokelatnya elsa..
Suara isakan yang tidak dapat ditahan juga keluar dari mulut nya emma..

Dear, Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang