3

32 4 0
                                    

Rasa mual terus terasa pada Isidor. Dirinya kini terkulai lesu di kursi penumpang mobil, sejak turun dari pesawat dan masuk ke mobil jemputan.

Jet lag yang dialaminya semakin menjadi-jadi, dan itu sangat merepotkan bagi Alisen. Beruntungnya, meski dengan tidak ikhlas, Alisen membelikan dia beberapa obat dan juga memberikan pijatan sebelum masuk ke mobil.

"Cepat oleskan, atau kita tidak akan segera pulang."

Oh ya ampun.

Mengingat ekspresi wajah tidak suka pria itu, membuat Isidor kembali mual. Dia menutup mulutnya.

"Apa? Anda masih merasa mual?"
Alisen yang duduk di kursi depan bersama sopir, melihat ke belakang dari kaca mobil.

Isidor mengibaskan tangannya, dan menggeleng cepat. "Tidak, tidak apa-apa."

Tidak ingin terlibat lebih jauh dengan Alisen, Isidor akhirnya memakai headset nya dan menonton beberapa video online.

Perjalanan dari bandara Heathrow ke kediaman keluarganya memakan waktu beberapa menit, dan itu cukup untuk Isidor tidur selama di perjalanan.
Namun dia sudah terus-terusan tidur di pesawat tadi, dan menjadi tidak bisa tertidur.

Bosan dengan segala hal, dia memainkan game di ponselnya dengan setengah hati. Dan mendapatkan ide untuk memanggil Alisen karena lapar.

"Alisen apa ada makanan?"
Pintanya kepada pria itu.

Alisen yang tengah berkutat dengan ponselnya, melirik kepada Isidor.
"Di dalam tas anda ada roti sobek, dan juga dorayaki. Makanlah jika anda lapar."

Isidor tidak menyadarinya, dia ingat jika tidak memasukan apa-apa ke dalamnya. Sepertinya Alisen membelikannya ketika dia membeli minyak angin.

Alisen juga memberikan dia minuman yang masih baru.
"Gelasnya ada di kompatibel. Anda tidak minum wine, jadi saya meminta untuk disediakan air putih."

"Mmm ... Terima kasih."

Membuka kompatibel tambahan di seat control, gelas kecil terlihat. Dia menuangkan isi air dan meminumnya.

Namun makan juga tidak mengindahkan kebosanannya, dia memanggil Alisen lagi.

"Alisen aku bosan, ceritakan sesuatu yang menarik."

Sayangnya Alisen adalah orang yang hidupnya dipenuhi oleh kebosanan juga. Isidor tahu itu, namun dia terhasut oleh kebosanannya.

Setelah mengucapkan permintaannya, yang dikatakan oleh Alisen adalah—

"Tidak mau. Jika bosan, mainkan saja game di ponsel."

—Penolakan spontan.

Alisen bahkan tidak repot-repot mengalihkan pandangannya dari ponsel, dan terus terpaku pada hal yang dilakukannya.

Hal itu membuat Isidor mendecakkan lidahnya di dalam mulut. Sungguh tidak asik sekali.
Yah, dia seharusnya tidak aneh-aneh.

"Tuan muda mengapa anda tidak membaca web novel saja? Putri saya sangat menyukai itu akhir-akhir ini, dan itu membuat dirinya menjadi lebih baik."

Mendengar saran dari sopirnya, Isidor merasa sedikit tertarik.
"Apa itu aplikasi di ponsel?" Tanyanya.

Sopirnya mengangguk,
"Iya. Ada banyak cerita menarik di sana. Dan anda ingin mendengar cerita, bukan?"

"Maka itu pilihan yang bagus." Ucap sopirnya.

Sopirnya itu adalah seorang pria tua yang berada di usia pertengahan 40 an. Dia jauh dari keluarganya, dan ini adalah hari pertama dia bertemu kembali dengan Isidor setelah 5 tahun lamanya.

HOUSE OF NOBLE: The Orchid's Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang