7

17 1 0
                                    

PRANG!

Orang di dekat pintu menguatkan hatinya. Dia hampir terkena lemparan vas dari pria di sana.

Matanya melihat takut-takut kepada sosok pria yang kini tengah memegangi kepalanya, dan juga terlihat kacau.
Dia terlihat menatap jijik kepadanya, dan berteriak, "KELUAR!"

Wanita itu buru-buru memberi salam, dan langsung keluar dari ruangan seraya merapikan penampilannya.
Matanya berair dan tidak sengaja berpapasan dengan pelayan—yang menatapnya dengan tatapan tajam.

Wanita itu kembali gelisah.

Pelayan pria itu membuka mulutnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Ujarnya dingin.

Wanita itu dengan terbata menjawab, "Sa-saya diperintahkan untuk me-melayani... Tuan muda Christopher." Dia menunduk dalam dan bergetar ketakutan.

Air wajah pelayan di depannya sudah sangat buruk, dia mengerutkan kening dan menatap tajam.
"Siapa yang menyuruh mu?"

Wanita itu menjawab takut-takut.
"Nyo-nyonya Olivia."
Suaranya sangat kecil, sehingga hampir terdengar seperti desisan. Namun karena saat itu tengah larut malam, dan tidak ada siapa-siapa pelayan itu bisa mendengarnya.

Ekspresi pelayan itu semakin datar.
"Apa kau pelayannya?"

Mendengar pertanyaan itu, mata wanita itu langsung membesar. Dia langsung bersimpuh di tanah, dan memegang erat celana panjang pelayan di depannya.

Air matanya mengalir deras dan berkata dengan terisak-isak.
"Tolong! Tolong maafkan saya! Saya akan keluar dari sini besok! Saya akan berhenti! MOHON AMPUNI NYAWA SAYA!"

Sosok pelayan itu hanya menatap dengan dingin. Lalu melangkah, mengabaikan wanita di sana.

Wanita itu melihat pelayan itu masuk ke kamar yang tadi masuki, memanfaatkan situasi dia langsung berlari cepat dengan jantung yang berdebar kencang.
Ketika hendak menuruni tangga, dia kembali berpapasan dengan seorang pelayan perempuan berkacamata.

Dia terlihat terkejut melihatnya.
Namun langsung menghampiri dengan rasa khawatir yang jelas.
Dia bertanya, "Apa yang terjadi denganmu?"

Wanita itu tidak mengenal pelayan perempuan itu; karena banyak sekali orang di manor ini. Namun dia merespon; menggelengkan kepalanya dan terlihat memerah karena menangis.

Pelayan itu bersimpati kepadanya, maka wanita itu berpikir mungkin saja dia bisa membantunya keluar dari sini.

"Aku—aku telah diperlakukan buruk oleh tuan muda Christopher. Aku harus pergi, jika tidak dia akan mengejar ku."
Bohongnya. Dia berusaha untuk melakukan setidaknya 'sedikit' dari apa yang ditugaskan kepadanya.

Membuat reputasi Christopher buruk.

Pelayan itu terkejut. "Apa? Kalau begitu ini buruk."

"Dapat." Batin wanita itu kegirangan.
Tidak disangka pelayan di depannya benar-benar bodoh dan polos.

Wanita itu mengangguk dengan ribut.
"Benar. Karena itu tolong aku! Aku ingin keluar dari sini—bantu aku kabur!"

Dia ingin keluar dari sini, namun tidak ingin memberitahu majikannya. Dia telah gagal dalam melakukan tugasnya, dia tidak boleh mati di tangan majikannya.

Dia ingin hidup!

Pelayan itu mengerti. "Aku akan membantumu. Aku kenal dengan seseorang yang bisa membantu mu keluar." Ujarnya.

Wanita itu terlihat berbinar haru.
Dia tidak salah.

Pelayan itu memegang tangannya.
"Cepat kembali ke kamarmu dan bereskan barang-barang mu." Ujarnya.

HOUSE OF NOBLE: The Orchid's Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang