11

14 1 0
                                    

"Materi yang akan kalian pelajari di kelas saya saat ini, adalah bagaimana menjadi seorang butler yang sempurna dan tidak ada celahnya. Dan pengarahan pertama, adalah basic penyajian umum."

Ruangan itu diisi oleh 3 orang peserta, dan 1 mentor yang berdiri di depan papan tulis.

Mr. Danis tengah memulai pembelajarannya saat ini, dia menerangkan lebih lanjut seputar pelayanan sempurna dan juga taat dengan etika.

Louise dan ketiga orang lainnya duduk di kursi seraya mendengarkan dengan seksama setiap yang dilakukan dan diucapkan oleh Mr. Danis di depan.

Tangannya memegang sebuah buku catatan kecil serta pulpen untuk menulis materi. Keduanya adalah hal yang dibagikan kepada semua orang, saat pembelajaran hendak dimulai.

"Meski nanti kalian mungkin akan bekerja dengan alat bantu, namun di beberapa kesempatan seperti perjamuan, acara amal, serta pesta kecil-kecilan yang akan diadakan, kalian harus bisa membawa nampan dengan beberapa gelas dan minuman untuk disajikan kepada para tamu."

"Saya akan menunjukan kepada anda sekalian caranya. Mohon perhatikan dengan seksama, dan dengarkan penjelasan saya."

Louise membenarkan letak kacamatanya, dia melihat demonstrasi dari Mr. Danis yang kini tengah berjalan seraya membawa nampan berisi banyak gelas dengan air.

Selain itu, dia juga dengan leluasa memberikan materi seraya membawa lebih dari 5 gelas berisi air di atas nampannya.
Itu membuat mereka kagum.
Menjaga keseimbangan antara berat tubuh, otot lengan, serta kekuatan mental, adalah hal yang tidak mudah dilakukan.

Satu keraguan dalam hati, bisa membuat semuanya berantakan.

PRANG!

Dan itu terjadi pada salah satu rekannya yang kini terjatuh seraya membuat gelas-gelas di nampannya pecah.

Wanita berambut hitam yang disanggul itu, menatap khawatir pada hasil perbuatannya. Dia berkaca-kaca seraya meminta maaf.

"Maafkan saya, maafkan saya." Ujarnya dengan panik seraya mengulurkan tangan, hendak merapikan bekas kekacauan.

Namun Mr. Danis menahannya, dan berkata: "Tidak langsung bisa, tidak mengapa. Berdiri dulu nona."

Wanita itu dibantu oleh Mr. Danis untuk berdiri dan mengusap air matanya dengan tangan.

"Ini adalah gelas-gelas yang memang disediakan untuk pelatihan. Tidak mengapa, kembalilah ke tempat anda." Meski raut wajahnya datar dan cuek, namun nada bicaranya halus dan menenangkan.

Wanita itu mengangguk, dan kembali duduk dengan perasaan bersalah.

"Selanjutnya." Ujar Mr. Danis.

Wanita itu duduk di kursi sebelah kanannya, dan Louise melihat dia masih terisak kecil dan mengelap wajahnya dengan tangan.

Dia mengeluarkan sapu tangan di sakunya, lalu mengulurkan benda itu ke hadapan wanita di sebelahnya.

"Nona pakailah ini untuk menyeka air mata anda. Riasan anda akan rusak jika mengelapnya dengan sembarangan seperti itu." Ujar Louise pengertian.

Wanita itu mengambilnya,
"Terima kasih, tuan Michaelis." Dia membaca name tag di seragam Louise.
Dan menyeka air matanya dengan sapu tangan putih bersih itu.

Louise: "Tidak perlu canggung, pakailah sesuka anda."
Dia kembali melihat pada demonstrasi rekannya yang lain.

Diantara tiga orang peserta pelatihan bagian penyajian ini, hanya Louise seorang yang merupakan pria.
Dia memahami bagaimana sulitnya untuk berjalan dengan sepatu hak, dan rok untuk seorang wanita.

HOUSE OF NOBLE: The Orchid's Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang