12

16 2 0
                                    

"Ayah."

Tuan James menengok ketika putrinya memanggil.

Nyonya Millicent terlihat gelisah, tidak seperti biasanya.
"Saya harap ayah berbicara kepada Tuan besar Heins mengenai ini. Ayah tahu sendiri, bukan? Heins bukan tempat yang mudah. Ada banyak sekali konflik internal di dalamnya, terutama persaingan antara pewaris.
Posisi dan keselamatan Isidor yang diincar oleh mereka di sini, akan aman jika dia pergi ke sana. Tapi, dia juga harus tetap baik-baik saja ketika di sana."

Tuan James: "Aku akan mencoba berbicara pada tuan Albert, aku akan berusaha."

Nyonya Millicent mengangguk.
"Tolong, ayah. Dia putra saya."

Tuan James menghela napas, dia menyentuh bahu putrinya.
"Aku tahu, dia juga cucuku bagaimanapun. Meski ayahnya adalah orang itu, aku tidak akan mengelak jika dia juga keturunanku."

Mendengar itu ekspresi nyonya Millicent menjadi sedikit rumit. Dia membuka mulutnya dan berkata dengan hati-hati, "Ini sudah lebih dari 20 tahun, apa ayah masih tidak bisa menerima Alejandro?"

Tuan James menarik tangannya, "Putriku Millicent. Pria itu adalah anak hasil perselingkuhan antara kakakku Martha dengan lelaki rendahan saat pernikahannya. Apa yang harus aku lakukan? Menerimanya berarti aku menistakan keluarga ipar ku."

"Tapi ayah, dia menjadi suamiku pada akhirnya dan juga ayah yang baik bagi Isidor. Ayah sudah menyinggung mereka sejak lama, ketika menerima dia sebagai menantu ayah." Ujar nyonya Millicent.

Tuan James merasa terhina dengan pernyataan itu, namun itu benar.
Ekspresi wajahnya menjadi jelek, dan dia menahan emosinya.

Tuan James: "Milli, meski kalian menikah. Jangan lupakan bagaimana dia menaiki tangga sosial."

Nyonya Millicent tertegun.
Tangannya tiba-tiba bergetar halus, dan dibalik bulu matanya yang berkibar, matanya terbelalak dan terguncang.

Suara tuan James kembali terdengar.
"Jangan lupakan bagaimana dia menjebak kamu, sehingga kamu melemparkan kotoran ke wajahku."
Dia menggunakan metafora untuk menyindir putrinya saat ini.

Nyonya Millicent menundukkan kepalanya.

"Aku tidak mengerti bagaimana kamu bisa sangat mencintai nya, padahal dia hanya memanfaatkan mu untuk menaikan derajatnya di mata sosial.
Fakta bahwa kalian adalah sepupu, dan kemudian aku yang harus memberi kalian izin untuk menikah ... Membuatku sangat ingin membunuhnya."

"Ayah, saya mohon jangan beritahu Isidor tentang hal ini! Dia ayah yang baik untuknya dan Isidor sangat menghormatinya!" Nyonya Millicent tiba-tiba berseru.
Dia memegang tangan ayahnya dan air mata mulai mengalir dari matanya.

Tuan James bergerak mengusap air mata putrinya, "Aku tahu. Aku tidak akan membiarkan dia tahu, jika ayahnya adalah seorang bajingan licik."

Nyonya Millicent menangis seraya memegangi tangan ayahnya.

"Padahal kamu sudah jelas-jelas bertunangan dengan Christopher Heinsenberg, tapi dia berani mendekatimu dan kamu! Hah..."
Tuan James menghela napasnya.

Dia merasa tidak sampai hati mengatakan hal selanjutnya, namun berakhir mengatakannya.
"Kamu terjatuh dalam perangkapnya, dan membatalkan pertunangan mu secara sepihak. Mengatakan jika kamu mencintai dia, dan akan menikahinya. Aku masih bisa mengingat bagaimana malu nya perasaanku saat itu."

"Tuan Albert sangat marah, namun beruntung putranya itu menenangkannya. Dan mengejutkannya Christopher Heins juga menerima pembatalan pertunangan itu. Dia bahkan datang ke pernikahan kalian, dan memberikan hadiah yang besar.
Dia juga ikut dalam proses pemakaman pria itu, karena pria itu adalah temannya. Dia benar-benar seorang pria yang berhati besar."

Nyonya Millicent berbisik,
"Itu karena dia tidak mencintaiku ayah. Saat itu hanya Alejandro yang benar-benar mencintaiku, dia—"

"Cukup." Tuan James melepaskan putrinya, dan berjalan menjauh.

"Jangan bicarakan pria itu lagi di depanku.
Dia sudah cukup membawa 2 skandal yang besar; kelahirannya dan juga pernikahanmu. Aku tidak akan membiarkan cucuku menjadi orang sepertinya."
Tuan James berkata dengan tegas.
Matanya tajam, dan dia meninggalkan ruangan tanpa putrinya.

Menyisakan nyonya Millicent yang berdiri dengan perasaan sedih di sana.

Bayangan dimana seorang pria dengan senyuman indah dan memanggil namanya hadir di ingatannya.

Dia berbisik lirih, "Alejandro..."

***

Malam yang terasa panjang akhirnya berakhir, dan berganti dengan sinar matahari.

Isidor terbangun dengan perasaan lesu, setelah 4 kali terbangun di malam hari. Dia tidak bisa tidur nyenyak dan berakhir memiliki kantung mata.

Setelah selesai membersihkan diri, dia mulai berpakaian secara rapi dan turun ke bawah.

Setiap hari minggu para pelayan diberikan jatah libur, dan kali ini yang memasak adalah nenek dan kakeknya.

Isidor duduk berhadapan dengan ibunya, dan melihat wanita itu juga berdandan rapi dengan mantila yang disampirkan ke bahunya.

"Ibu juga akan pergi ke gereja?" Tanya nya.

Nyonya Millicent yang tengah memainkan ponselnya, memberi respon "hmm."

Wanita itu kemudian meletakkan ponselnya di meja, "Seharusnya ibu yang bertanya seperti itu. Tumben kamu pergi ke gereja?"

Isidor: "Bu, jangan bicara seolah aku adalah umat yang durhaka kepada tuhan. Aku bahkan selalu pergi ke Köln saat di Jerman."

Meski untuk berwisata.

"Oh." Ibunya merespon singkat.

"Itu bagus, maka kamu bisa pergi bersama kami hari ini."
Ujar kakeknya seraya membawa hidangan untuk ditaruh di meja.

Isidor bergerak membantu. Dia melihat neneknya yang membawa makanan dan mengambilnya.
Lalu berkata: "Tidak bisa kakek, aku sudah berjanji dengan paman Harrison kalau aku akan pergi dengannya."

"Oh, begitu ya. Yasudah."

Makanan sudah siap, dan dihidangkan di meja. Mereka berempat mulai menyantap makanan.

Saat selesai, nyonya Millicent dan Isidor mencuci bekas makan mereka.
Ketika memakai sarung tangan cuci, dia mendengar ibunya mengatakan sesuatu.

"Isidor dimana pun, kapanpun, dan bagaimanapun, selalu meminta perlindungan pada tuhan. Jangan lupa untuk meminta doa untuk kesehatan orang-orang di rumah."

Isidor: "Iya bu."

Dan mereka membasuh piring dan gelas dalam diam.

Tak lama setelahnya, mereka selesai.
Nyonya Millicent mengambil kembali mantila yang digantungkan di gantungan.

Ketiga orang di sana mulai berangkat lebih dulu, dengan nyonya Millicent yang mengeluarkan dan mengendarai mobil.

"Isidor, pakailah mobil ini saat kamu pergi nanti." Nyonya Millicent melemparkan kunci mobil padanya.

Ini adalah kunci mobil Jeep Cherokee miliknya.

"Oke, ma. Kalian hati-hati di jalan."

"Sampaikan pesanku pada paman Harrison-mu itu, untuk jangan langsung pulang dan mampir ke sini dulu!"
Ujar ibunya seraya mengemudikan mobil.

"Oke!" Teriak Isidor saat mobil itu mulai berjalan.

Isidor memutar kunci mobil di jari tangannya. Dia tersenyum, "Oke, saatnya pergi."

****

HOUSE OF NOBLE
Symphony of Orchid
by yourtrevi
Chapter 12 (Act 2) : END
To Be Continued.

****

HOUSE OF NOBLE: The Orchid's Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang