12

10 1 0
                                    

Bukan hal yang mengesankan bagi Isidor, untuk kembali ke negara asalnya.
Dia memandang keluar jendela mobil, seraya menaikan kecepatan laju kendaraannya di jalan, seraya bersandar bosan pada kursi.

Saat tiba di depan gerbang rumahnya, dia menghela napas jengah. Dan menyiapkan mental nya saat masuk ke dalam rumah.

Hari sudah menunjukkan pukul 15.32 sore. Sesuai perkataannya di pagi hari, dia pulang sore hari untuk menemani neneknya dengan acara afternoon tea nya.

Dia keluar dan menyerahkan kunci mobil kepada pelayan, lalu masuk ke dalam rumah. Terlihat masih ada beberapa pelayan, yang secara langsung mengarahkan para peserta dengan tertib di aula.

Dia lagi-lagi menghela napas.
Haruskah dia masuk melalui pintu belakang?

Saat kakinya hendak mundur, dia merasa menabrak seseorang di belakang dan langsung menghindar.
"Wah! Maa—"

Dia hendak meminta maaf, namun saat melihat mata hitam milik wanita itu, dia langsung menjadi burung kecil di hadapan elang botak.

Suasana di sekitarnya menjadi kaku, dan itu juga menarik perhatian orang-orang di sana, tak terkecuali para peserta pelatihan. Lagi.

Isidor tergagap dan berusaha tersenyum tenang, menyapa: "Se-selamat sore, Bu."

Wanita itu ibunya, namun Isidor bahkan menatapnya takut-takut seolah dia adalah bos besar. Nyatanya memang seperti itu.

Penampilan wanita itu menyiratkan dia baru pulang dari perusahaan, dan Isidor tanpa sadar menelan ludahnya saat ibunya dengan datar menatapnya.

Ibunya ingin dia membantu, namun dia kabur tadi pagi. Bahkan tanpa menyentuh makanannya.
Dia habis kali ini.

"Ap-apa yang dipikirkan olehnya?" Dia bertanya-tanya dalam hati.

Seluruh imajinasi mengerikan; omelan, pukulan & cubitan, hingga mungkin ancaman penyitaan aset-asetnya, sudah melayang di pikiran Isidor saat ini.

Dia menatap ibunya, dan secara tidak tahu malu mendekat untuk membujuknya.
"Bu, selamat datang~ ibu pasti lelah.
Biar saya yang bawakan tas—"

Namun wanita itu melangkahkan kakinya, dan meninggalkan Isidor dalam kecanggungan dan rasa heran dalam benaknya.

Mengapa dia tidak dimarahi?
Dan ... Mengapa ibunya mengabaikannya?

Pikiran itu sudah sejak 10 menit lalu melayang dipikirannya, bahkan saat dia berbaring di kasurnya saat ini.
Dia tidak jadi menemani neneknya untuk afternoon tea, karena ternyata neneknya sedang ada kegiatan bersama teman-teman sebayanya.

Isidor tahu betul watak ibunya.
Wanita itu mungkin terlihat cuek, namun dia penuh omelan dan juga cubitan saat tidak puas dengan hasil yang Isidor dapatkan.

Biasanya bila dia kabur ke rumah temannya tanpa memberitahu ibunya, ibunya akan menjadi wanita penuh dengan kata umpatan dan juga suara teriakan sampai ke bawah.

Namun mengapa ... Kali ini dia diam saja?

Apa dia sudah menyerah dengan Isidor dan memutuskan untuk tidak mempedulikannya?

Tidak! Tidak!
Dia menggelengkan kepalanya keras.
Wajahnya menjadi lesu dan matanya turun.
"Namun bagaimana jika itu benar?"

Sejak dulu sikap Isidor sangat diluar kendali keluarganya, hanya kakek dan ibunya yang bisa menanganinya.
Namun kebanyakan ibunya yang pasti mengurus semua kekacauannya.

Isidor terbiasa dengan 'satu-satunya' sehingga dia tidak terbiasa menjadi yang ke berapa.

Dia duduk di tepi kasur dan menghela napas. "Ini buruk." Gumamnya.

HOUSE OF NOBLE: The Orchid's Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang