Benar apa kata Mark dan Haechan, Cakrawala dan Cakrabuana tak akan pernah bersatu. Tak akan.
Lihatlah sekarang, Jaemin dan Jeno bahkan tak berkomunikasi lagi.
Mark dan Haechan tak lagi saling tidur di atap yang sama. Ya, kadang Mark yang menginap di apartemen Haechan atau bahkan Haechan yang menginap di apartemen Mark.
Sekarang, Haechan tengah kumpul di Base Cakrabuana sambil menatap nanar ke arah depan.
Dia pikir, hubungannya dengan Mark akan berjalan dengan baik. Tapi, nyatanya tidak sama sekali.
"Haechan..."
Kepala Haechan menoleh saat Lee Know memanggil namanya dengan sedikit pelan.
"Ada yang nantang lo balapan di arena," ujar Lee Know.
Haechan mengangkat alisnya dengan tinggi.
"Winter yang nantang lo. Balapannya bukan sekedar taruhan duit. Tapi, balapannya taruhan tentang harga diri-" Lee Know menjeda ucapannya.
"Jangan terima ya?" lanjutnya.
Haechan terdiam beberapa saat, lalu mengangkat alis kanannya dengan cukup tinggi.
"Apa taruhannya?" tanya Haechan.
Lee Know menggeleng pelan.
"Winter gak mau bilang taruhannya apa sebelum lo setuju sama tantangannya," jelas Lee Know.
Haechan mengangguk singkat.
"Gue terima," jawab Haechan.
Lee Know menghela nafas panjang. Dia sudah tebak kalau pemimpinnya ini pasti akan menerima tawaran itu.
"Balapannya dimulai jam sembilan malam," ucap Lee Know.
Karena yakin Haechan mendengar apa yang dia ucapkan, Lee Know berjalan pergi menjauhi Haechan. Dia tahu kalau anak itu butuh waktu sendiri.
Haechan menghela napas panjang.
"Kenapa lo malah perlakuin gue kayak gitu, Mark? Gue sayang sama lo tulus banget, Mark," gumam Haechan sambil tersenyum tipis.
"..."
Haechan menggeleng pelan.
"Tujuan gue jadi pemimpin Buana kali ini biar Buana bisa damai sama Wala. Tapi, masa jabatan gue udah perlahan mau habis. Dan Wala sama Buana belum damai..." lirih Haechan.
Haechan menundukkan kepalanya sambil mengingat bagaimana Buana dan Wala beberapa waktu yang lalu tertawa riang bersama.
"Tapi, gue juga nggak terima kalau geng gue dituduh nggak-nggak sama Wala," lanjutnya.
Haechan berdiri dari duduknya dan memilih untuk ke arena jauh sebelum waktu perjanjian nya dengan sang lawan.
Di Base Buana bahkan kurang anggota Buana, itu karena mereka hari ini lebih memilih untuk berdiam diri di rumah setelah menghabiskan waktu mereka di Base hampir 24 jam lamanya.
Haechan mengitari pandangannya meneliti seluruh isi arena itu, lalu tak lama pandangannya jauh menatap ke salah satu mobil sport. Bukan, dia tidak fokus pada mobil mewah itu, melainkan dia yang fokus pada dua sosok yang tengah berciuman di atas kap mobil itu.
Rasa sakit dan sesak menghantui jantung Haechan, lalu matanya sedikit membulat saat pandangan matanya bersitatap dengan salah satu di antara pasangan sejoli itu.
Haechan bisa melihat dengan jelas tatapan datar milik Mark, lalu Haechan memilih tak perduli dan melanjutkan acara jalan-jalannya di arena.
"Aru manis," gumam Haechan pelan.
Haechan dengan segera berjalan ke arah penjual aru manis itu, lalu memesan satu arum manis dan selanjutnya dia memakannya di salah satu kursi yang tak jauh dari penjual aru manis itu.
"Haechan."
Saat hendak membuka mulutnya hanya sekedar untuk mencicipi Aru manis itu, seseorang tiba-tiba memanggil Haechan.
Haechan mengangkat pandangannya sambil tersenyum tipis.
"Udah selesai cium-ciumannya?" tanya Haechan sarkas pada Mark.
"Salah paham-"
"Kata orang yang kelihatan nikmati banget ciumannya," ledek Haechan memotong.
Haechan memilih untuk berdiri dan berniat pergi menjauhi Mark, tetapi pergelangan tangannya langsung dicekal lembut oleh Mark.
Mark menarik Haechan agar memunggungi dirinya, lalu setelah itu dia memeluk pemuda itu dari belakang.
"Maaf..." lirih Mark.
"At first I was confused and said something stupid to you. Jangan pergi..." lirihnya.
Haechan bergeming.
"Lepas," gumam Haechan.
Mark menggeleng.
"Udah. Cukup dalam seminggu ini kita nggak saling kontekan, Chan. Lo nyiksa gue, Anjing!" marah Mark.
Haechan terkekeh.
"Nyiksa kek mana?!" balas Haechan sambil mendorong Mark.
"Lo yang nyiksa gue di sini, Bangsat! Apaan tadi itu ciuman?! Hahaha! Gila?" balas Haechan.
"Nggak. Apa yang lo pikirin itu nggak sesuai sama apa yang lo lihat tadi. Perempuan itu salah satu penggemar gue yang sialnya ternyata malah obsesi sama gue. Dia bilang kalau dia penggemar gue semasa dia SMP sampai bahkan tamat SMA."
"Awalnya gue berterima kasih dan welcome sama dia. Tapi, setelah dia bilang kalau dia sayang dan nggak mau siapapun milikin gue, di sanalah gue udah sadar kalau dia obsesi sama gue."
"Tiba-tiba dia asal cium gue, pastinya gue nolak."
"Dia-"
"Jahat..." lirih Haechan memotong ucapan Mark.
Mark menarik Haechan menjauh dari arena. Mark membawa Haechan ke sebuah sungai yang tak jauh dari arena.
"Capek kayak gini ya?" tanya Mark.
"Ayo damai," lanjutnya.
"Damai?" ulang Haechan.
Haechan tertawa sumbang.
"Damai kayak mana lagi, Mark?! Lo aja nuduh Buana ngerusak motor kalian!" malas Haechan.
"Buana yang mulai, Chan. Kalian yang nuduh kita ngasih air botol diisi racun," ucap Mark tak mau kalah.
Haechan menatap Mark.
"LO SEBENARNYA SAYANG SAMA GUE GAK SIH MARK?! SULIT PERCAYA SAMA GUE?!" marah Haechan.
Mark tertawa kecewa.
"Kalau gue balikin apa yang lo bilang. Lo jawab apa?" tanya Mark.
Haechan terdiam, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Gue mau cabut," final Haechan.
Mark menahan pergelangan tangan Haechan, lagi.
"Alasan lo datang ke Base Wala tadi untuk apa?" tanya Mark.
"Gue mau dengar penjelasan lo tentang air botol itu. Tapi, lo malah ngusir gue dengan ancaman gue bakalan diperkosa sama teman lo," jawab Haechan sinis.
Mark memeluk Haechan erat.
"Tolong ... Percaya sama gue, Haechan. Beneran. Gue sama teman-teman gue gak ada sangkut pautnya," mohon Mark.
Haechan terdiam beberapa saat.
"Motor lo sama teman-teman Lo juga gak ada sangkut pautnya sama Buana, Mark..." lirih Haechan.
Mark menggeleng pelan sambil menenggelamkan seluruh wajahnya pada pundak Haechan.
"Gak tahu. Gue gak mau memperpanjang. Gue cuma mau biar kita kayak gini," ucap Mark.
Mark mengangkat pandangannya tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Haechan.
"Ayo backstreet di belakang anak-anak. Gue gak bisa buat kayak gini, Chan," mantap Mark tanpa ragu.
- 🦅🦅🦅 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cakra | MarkHyuck
Fanfiction"Diajak bercanda, kok malah jatuh cinta." -Lee Haechan. "Ingat aturan mainnya. Lo baper, lo kalah." -Mark Lee ------------------------------------------ Permusuhan antara SMA Cakrabuana dan SMA Cakrawala tak berakhir. Tak ada alasan logis mengapa du...