29

4.6K 376 5
                                    

📍 Street, 23:12 -

"CK! You're late!"

Sebuah kalimat yang meluncur dari mulut Mark disertai rasa kesal.

Haechan menyengir lebar sambil mengelus lembut punggung tangan Mark.

"Terlambatnya cuma dua jam doang. Enggak apa-apa lah nunggu dua jam," ucap Haechan santai.

Mata sang dominan membulat lebar.

"Cuma?! You say cuma?!" protes Mark.

"I-"

Haechan mengecup singkat bibir tebal Mark, membuat pemuda itu langsung tak melanjutkan ucapannya.

"Nah! Bibirnya diperkosa langsung kicep, kan! Emang lo sukanya di ewe paksa," malas Haechan.

Mark mendengkus saat mendengar jawaban Haechan.

"Lo buat apa di dalam, sih? Lama banget," heran Mark.

Haechan seketika mengerucutkan bibirnya sambil memeluk lengan Mark.

"Renjun sama Jaemin lama banget di sana. Kalau masalah yang cuma ada di Base Renjun doang, gak masalah buat gue. Tapi, ini Jaemin, Anjir! Tuh anak matanya di mana-mana. Bahkan, di luar Base pun dia kadang tahu kelakuan anak-anak Cakrabuana," jelas Haechan meringis.

Mark terkekeh pelan saat mendengarkan ucapan Haechan, lalu dengan lembut dia mencium kening sang kekasih.

Iya! Mereka sudah menjalin hubungan. Untuk cari aman beberapa saat ini, mereka backstreet terlebih dahulu. Kalau sudah merasa aman untuk mengumumkan hubungan mereka, mereka akan melakukannya dengan senang hati. Tapi, Wala dan Buana saat ini seperti lampu lalu lintas barisan tengah. Lampu kuning, hati-hati jangan sampai ketahuan. Mengingat kalau hubungan geng mereka masih tidak berjalan dengan baik.

"Hari ini kita mau jalan-jalan ke mana?!" tanya Haechan senang.

"Huh! Jalan-jalan di jam sebelas malam?! Are you crazy?!" protes Mark tak habis pikir pada kekasihnya itu.

"Lo yang kelamaan jemput gue, sih!" kesal Haechan.

Mark memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Huh! Dia yang buat gue nunggu hampir 3 jam, terus di sini gue yang disalahin karena enggak jemput dia?! Apa harus gue masuk Base dia dulu, habis itu pulang dalam keadaan babak belur? Bukannya nanti keluar jalan, malah berakhir di rumah sakit," batin Mark kesal.

"Emang mau jalan-jalan di mana, sih? Nggak ada tempat romantis di jam segini, Haechan," ucap Mark menahan rasa gemasnya untuk membunuh pemimpin Cakrabuana itu.

Haechan tersenyum lebar.

"Nggak ada tempat romantis lain selain di apartemen lo," jawab Haechan.

Mark tersenyum kecil saat mendengarkan jawaban Haechan. Dia sangat bersyukur dengan pujaan hatinya itu, selalu apa adanya dan selalu jujur tentang apa yang dia rasakan.

"Kita bisa cuddle di sana. Bahkan ngewe pun bisa di sana juga!" seru Haechan.

Mark menghela nafas panjang. Dia lupa kalau kekasihnya sekarang ini adalah Haechan, sosok pemimpin Cakrabuana yang mulutnya penuh dosa.

Mark tak merespon ucapan Haechan dan memilih untuk melajukan mobilnya ke apartemennya sendiri.

Di dalam mobil yang hanya ditumpangi oleh mereka berdua, Haechan kadang-kadang dengan mesra dan romantis mencium punggung tangan Mark yang tidak menyetir. Atau kadang-kadang dengan biadab anak itu duduk santai di atas pangkuan Mark yang tengah menyetir.

Seperti saat ini, Mark berusaha meminta pada sang kekasih untuk turun dari pangkuannya.

"Turun, Haechan," perintah sang dominan jengah.

Haechan menggeleng pelan menolak perintah pria kesayangannya itu.

"Gue nggak tahu kenapa alay banget semenjak pacaran sama lo, Mark."

"Nggak tahu sebabnya gue terus rindu sama lo. Padahal kalau dipikir-pikir, lo sering banget kok datang ke apartemen gue atau bahkan ngajak gue ke apartemen lo."

"Tapi, jujur. Gue nggak bisa bohong kalau emang gue rindu setiap saat, Mark."

Mark tersentuh saat mendengarkan penuturan jujur dari Haechan. Memang seringkali anak itu mengatakan hal berulang seperti apa yang baru saja dia katakan. Tapi, Mark tidak pernah bosan untuk merasa terharu atau bahkan tersentuh.

Mark mencium kening sang pujaan hati, walaupun matanya masih fokus menatap jalanan yang ada di depan.

Haechan menyandarkan pipinya pada pundak kanan Mark, lalu seluruh wajahnya dia tutup pada ceruk leher sang dominan.

"Tidur aja. Nanti gue bangunin kalau udah sampai," ucap Mark.

Haechan mengangguk pelan dan mulai menutup matanya, lalu tak lama dia benar-benar tertidur dengan posisi yang masih duduk di pangkuan sang kekasih.

Mark tersenyum kecil sambil menghirup aroma vanila yang menyegarkan dari rambut si manis.

"God... Aku berharap agar aku bisa terus seperti ini dengan Cantikku. There is nothing happier than being with Haechan," batin Mark penuh pengharapan di dalam hatinya.

Setetes air mata menetes mengenai rambut Haechan. Iya, Mark menangis saking senangnya dan saking bahagianya dia memiliki sosok pria manis yang tengah tertidur di atas pangkuannya itu.

Mark tak bisa membendung air matanya dan memilih untuk menangis dalam diam.

Katakanlah dia alay karena menangis hanya karena hal seperti ini, tetapi Mark akui kalau memang dia sangat bahagia.

Tak lama menempuh perjalanan, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan mereka.

Mark berbohong kalau dia akan membangunkan Haechan, tetapi dia malah mengangkat tubuh mungil itu masuk ke apartemennya.

Mark kembali keluar memasukkan mobilnya ke garasi, lalu dengan segera dia masuk ke apartemennya untuk menghampiri Haechan yang tengah tertidur di atas kasurnya.

Mark memiringkan badannya sambil menatap teduh wajah si manis.

"Gue benar-benar bersyukur karena Tuhan mempertemukan gue sama sosok manis kayak lo, Haechan. Gue sayang banget sama lo, Haechan."

"We don't know what will happen in the future. Tapi, tolong selalu percaya sama gue apapun situasi dan kondisinya."

"Jujur, satu minggu setelah kita jadian, ada perasaan enggak enak yang gue nggak tahu itu apa, Haechan."

"Gue takut ... Gue takut tentang apa yang sekarang ada di dalam otak gue, Chan."

"Apapun tebakan gue dan apapun yang ditebak oleh otak gue-"

"Itu selalu benar..."

Mark bersuara begitu lirih di belakang sana, bahkan pria itu masih merasakan detakan tak kasat mata yang menyakitkan itu.

"Gue berharap nggak ada bencana yang besar di dalam hubungan kita, Haechan. Gue benar-benar udah jatuh banget sama lo," ucap Mark pelan.

Tiba-tiba mata Haechan terbuka lebar, membuat Mark kaget bukan main.

Haechan terkekeh melihat wajah bodoh kekasihnya itu, lalu dengan mesra dia menempelkan keningnya dan juga ujung hidungnya dengan Mark.

"Gue bakalan selalu percaya sama lo, Mark," ucap Haechan lembut.

Mark tersenyum kecil dan berakhirlah ciuman panas mereka berdua. Jangan berharap mereka hanya berciuman saja, tetapi lihatlah pemimpin kantong hormon itu, mereka berdua malah melanjutkan ciuman mereka ke arah seks.

Iya. Mereka seks.

- 🦅🦅🦅 -

Dua Cakra | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang