4. eomma?

833 149 20
                                    

Entah di mana Jidan berada sekarang ia melihat wanita cantik nan jelita sedang duduk di bangku taman namun Jidan tidak tahu di mana taman itu

"Bunda, apakah itu kau?" tanya Jidan sambil berteriak.

Wanita itu menoleh lalu ia berdiri dan menghampiri Jidan yang sedang berdiri sendiri di sana. Wanita itu tersenyum sangat manis. Ia menghampiri Jidan sambil tersenyum.

"Jidan?" tanya wanita itu untuk memastikan

Jidan lalu berlari menuju wanita itu dan memeluknya. Wanita itu sontak terkejut namun ia membalas pelukan Jidan. Wanita itu memeluk Jidan dengan erat.

Wanita itu juga terkejut kalau putra bungsunya sudah besar waktu terakhir ia melihatnya umur Jidan masih enam tahun bahkan dulu Jidan belum bersekolah.

"Kau sudah besar ya" ujar wanita itu. Wanita itu bernama Hana sungguh nama yang indah bukan?

"Kau juga tumbuh dengan baik paras mu juga tampan" sahut wanita itu sambil membelai rambut hitam Jidan.

"Karena kau juga cantik dan ayah juga tampan" jawab Jidan.

Wanita itu tersenyum akibat tingkah sang anak. Ia sangat senang bisa bertemu dengan putra bungsunya itu rasanya wanita itu ingin lama sekali berbicara banyak hal dengan putranya.

"Bunda" panggil Jidan.

"Hmmm, ada apa Jidan?" tanya wanita itu.

"Kenapa kau meninggalkan ku?" Jidan kembali bertanya.

Wanita itu tersenyum dan melepaskan pelukan Jisung. Wanita itu juga bingung harus menjawab apa? Akhirnya wanita itu menjawab pertanyaan Jidan.

"Karena aku tahu kau kuat"

"Kau kuat karena anak ku"

"Anak ku tidak ada yang lemah"

"Mereka kuat seperti ayah"

"Jangan sedih Jidan"

Jawab wanita itu sambil tersenyum. Ia berusaha untuk memastikan Jidan kalau ia adalah anak yang kuat seperti ayah nya.

"Tapi aku tak sekuat yang kau pikirkan, bunda"

Jidan merasa ia tidak sekuat yang ibunya pikirkan ia lemah ia juga lelah. Ia sudah lelah tidak ada yang menyayangi nya ia selalu sendiri. Tak pernah ada yang menemani nya bahkan memberikan semangat saja tidak ada.

"Aku berbeda dari kakak kakakku"

Ia selalu membandingkan dengan kakak kakak nya ia selalu berfikir ia itu lemah ia tidak kuat melewati nya sendirian ia juga butuh teman.

Hana tersenyum sambil mengelus pundak Jidan. Untuk meyakinkan bahwa Jidan juga sama seperti ketiga kakaknya karena mereka lahir di rahim yang sama.

"Kau tidak berbeda dengan ketiga kakak mu Jidan"

"Kau sama sama kuat"

"Jangan menyerah Jidan"

"Jangan sampai terjatuh Jidan"

"Jangan pedulikan orang yang membenci mu"

"Kau mengerti?"

Jidan mengangguk iya. Ia tidak ingin ibunya khawatir dengan nya. Tapi hati kecilnya ingin sekali ikut dengan Hana ia ingin bahagia bersama Hana di atas sana.

"Tapi kenapa kau tega?"

"Bundaa, aku ingin selalu bersamamu"

"Apakah aku bisa menyusul mu?"

Tanya Jisung pada wanita itu. Namun Hana ragu ia tidak ingin putra bungsunya mengalami hal yang sama sepertinya walau terpaksa Hana mengangguk.

"Pasti kau akan menyusul ku tapi tidak sekarang"

aku juga ingin bahagia [ terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang