23. Problem

564 79 8
                                    

Bel istirahat berbunyi.

Entah kenapa tiba tiba badan Reyhan panas ia lantas boleh pulang lebih awal. Jidan hanya bisa diam di kelas karena kedua temannya tidak ada di sini sekarang.

Pintu kelas Jidan tiba tiba terbuka kasar. Di sana menampakan Zaki dan Gery. Mereka berdua langsung menghampiri meja Jidan dan tiba tiba menarik kerahnya.

"Kau ingat? Urusan kita belum selesai, Jidan!" gumamnya sambil tersenyum miring.

"Datang ke belakang sekolah atau kau tidak akan tenang sekolah di sini" gumamnya di telinga Jidan.

Jidan lantas langsung mengangguk cepat dan berjalan menuju belakang sekolah. Teman teman kelasnya merasa tidak peduli bahkan mereka pura pura tidak melihat dan sibuk dengan kesibukan nya masing masing.

Jidan berjalan sambil menunduk untuk menuju belakang sekolah. Perasaannya sudah tidak enak. Ia tidak tahu apa yang akan di lakukan Gery dan Zaki padanya.

"Semoga aku baik baik saja"

Jidan melangkahkan kakinya dengan ragu. Tapi apa boleh buat? Ia hanya bisa pasrah ia sudah tidak peduli apa yang akan terjadi pada tubuhnya.

Setelah sampai di belakang sekolah yang sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sampai di belakang sekolah yang sepi. Terlihat ada Zaki dan Gery yang menatap Jidan dengan tatapan mengejek. Jidan hanya bisa diam.

"A-ada apa?" tanya nya ragu.

"Hmmm, aku sedang ingin berolahraga. Apakah kau mau membantuku?"

Jidan tau maksud dengan kata membantu, namun ia berusaha untuk tenang.

Zaki yang melihat tingkah Jidan lantas tersenyum miring.

"Ada apa? Kau takut? Hahaha... Kau ini lucu sekali" ejek Gery sambil meneput nepuk pundak Jidan.

"Hey, beri tahu aku berapa kau membayar guru di sini?"

"Aku tak heran jika kau bisa mendapat nilai bagus, aku tahu karena keluarga mh adalah orang kaya raya"

Jidan hanya bisa menunduk tak peduli apa yang di ucapkan oleh Gery dan Zaki. Ia hanya bisa diam tak berani melawan.

"Ta-tapi aku, tapi aku berusaha untuk mendapat nilai yang bagus" jawab Jidan sambil menunduk dan suara pelan.

"Hahaha... Kau ini lucu sekali, mana mungkin kau berusaha. Kau pasti membayar guru di sini agar nilai mu bagus"

Jidan tak peduli apa yang di ucapkan kedua orang itu. Ia masih menunduk dan tak berniat membalas ucapan mereka.

"Kau punya mulu? Sebaiknya kau gunakan itu untuk berbicara, SIALAN!" ucapnya sambil menonjol perut Jidan dengan keras.

Jidan lantas tersungkur sambil memegangi perutnya yang sakit akibat pukulan Gery yang cukup keras.

"Apakah kau sekarang bisu? Atau kau tuli? Sepertinya keduanya, kau memang tidak punya sopan santun" sahutnya sambil menarik kerah baju Jidan dengan kasar.

aku juga ingin bahagia [ terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang