36. Haikal's past

512 48 4
                                    

"Aku juga dulu memiliki seorang adik lelaki, tapi aku di pisahkan olehnya sembilan belas tahun yang lalu."

Flashback...

Seorang wanita kini tengah berusaha melahirkan seorang anak lelaki, tak ada suami menemaninya. Ia berusaha sendiri untuk melahirkan putranya, senyuman tulus akhirnya terukir di wajahnya kala mendengar tangis seorang bayi.

"Selamat datang ke dunia," sahut wanita itu.

Ia benar benar terharu mendengar tangis putra keduanya, ia benar benar bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama....

Setelah seminggu melahirkan wanita itu benar benar kebingungan ia tak punya uang untuk membeli peralatan bayi dan juga susu.

Wanita itu menatap ke anak pertamanya yang masih berusia lima tahun, ia lantas mengusap pipi anak itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Temui adikmu setelah kau sukses, ya?"

"Memangnya adik mau di bawa kemana, bu?" tanya Haikal.

Betul sekali, lelaki yang masih berusia lima tahun ialah Haikal.

"Ibu akan memberikan Halil ke orang yang tepat, ibu yakin pasti ada orang baik yang ingin mengurus Halil dan membuatnya menjadi orang paling bahagia."

Wanita itu lantas meletakkan Halil di depan rumah yang tampak macam istana, rumah itu benar benar mewah. Wanita itu berharap agar Halil bisa mendapatkan kasih sayang yang lebih darinya.

"Maafkan ibu ya, nak? Kakak mu akan menemui mu setelah dia menjadi orang yang sukses."

Setelah seminggu meletakkan Halil di depan rumah itu, wanita itu pergi untuk selamanya dan tak akan pernah kembali.

Saat wanita itu di makamkan Haikal lantas bertanya pada salah satu warga yang membantu pemakaman itu.

"Paman, kapan ibu akan sembuh?"

"Kenapa ibu di kubur? Apa ibu berbuat salah pada kalian?"

"Aku mohon jangan lakukan itu, ibu hanya tertidur sebentar. Haikal yakin ibu akan bangun..."

Haikal memohon sambil menangis ia masih berusia lima tahun, Haikal belum mengerti apa arti kehilangan.

Sang nenek lantas berjongkok menyamakan tingginya dengan Haikal, ia mengusap air mata Haikal dengan lembut walau dia juga tengah menangis.

"Tenang saja kita pasti akan bertemu ibu di surga nanti, Haikal jangan nangis, ya?"

"Benarkah? Aku tidak sabar untuk menyusul ibu nanti," jawabnya.

"Tapi jangan terlalu cepat menyusul ibumu, ya?"

"Tapi kenapa, nek?"

"Bila sudah besar kau pasti tahu apa yang di maksud dengan apa yang nenek ucapkan,"

Saat ini Haikal berusia kelas satu SMA, ia tinggal sendiri kali ini karena sang nenek sudah pergi setahun yang lalu tepatnya saat ia kelas tiga SMP.

"Kenapa nenek ikut pergi? Aku tinggal sendiri sekarang,"

"Aku harus belajar agar bisa mencari adikku,"

Setelah lulus SMA Haikal menjalin bisnis menjadi bos di toko kue impian ia juga berhasil membangun cabang di mana mana.

Flashback of...

Jidan yang mendengar cerita dari Haikal lantas memeluknya dengan erat, ia yakin mencoba menguatkan Haikal dengan caranya sendiri. Tak menyangka Haikal yang terlihat begitu ceria ternyata menyimpan banyak luka.

aku juga ingin bahagia [ terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang