Yang ada di rumah lantas panik karena Jidan masih belum pulang, perasaan tiga orang kakak itu benar benar gelisah ia takut terjadi hal yang buruk pada Jidan.
"Apa kita harus menanyakan pada temannya? Aku sangat khawatir." usul Jivan.
Mereka berdua lantas mengangguk setuju, mereka bertiga langsung keluar dari rumahnya untuk bertanya pada teman Jidan kenapa Jidan pulang terlambat.
Baru saja mereka masih di ambang pintu, terlihat Calvino yang sedang berlari sambil nafas yang memburu. Ia berniat ingin meminta maaf pada Jidan karena ia sadar yang ia lakukan itu salah.
"Apa ada Jidan di rumah?" mereka bertiga bingung karena melihat Calvino dengan nafas yang susah di atur.
"Baru saja kami akan menanyakan nya padamu, apa kau melihat Jidan? Ia masih belum pulang kami sangat cemas."
Mendengar itu Calvino juga ikut panik, ia meninggalkan Jidan di taman. Calvino langsung menarik tangan Melvin agar cepat mengikutinya.
Melvin hanya menurut, ia juga sangat panik karena adiknya masih belum pulang.
"Cepat ke taman danau!"
Tanpa pikir panjang Melvin langsung menancapkan gas dengan terburu buru, mereka bertiga ikut panik karena Calvino panik.
Mereka berempat berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi.
Saat sampai di taman, mereka berempat sangat bingung karena banyak orang berkumpul mengelilingi danau. Mereka yang penasaran langsung berlari menuju kerumunan itu.Mereka berempat sedikit mendorong kerumunan itu sambil berucap 'permisi' betapa paniknya mereka kala sampai tepat di depan danau.
Tubuh mereka benar benar lemas kala melihat tubuh Jidan yang tergeletak tak sadarkan diri tepat di samping danau.
"JIDAN!!!" teriak Melvin.
Mereka berempat langsung menghampiri Jidan dengan raut wajah yang sangat panik dan juga air mata yang selalu setia mengalir di mata mereka.
"Jidan ayok bangun, ini kakak. Jidan ayok bangun..." sahut Melvin sambil menepuk nepuk pelan pipi Jidan.
"Ayok bangun, kakak sudah masak makanan kesukaan mu di rumah. Jika kau tak bangun Jilan akan menghabiskannya..."
"Jidan, aku minta maaf..."
"Jidan ayok bangun..."
Masih tak ada jawaban, mereka semakin panik. Tanpa pikir panjang Melvin langsung menggendong tubuh Jidan dan langsung membawanya ke rumah sakit. Wajah nya benar benar panik.
Mereka takut terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada Jidan. Mereka benar benar panik setengah mati, kenapa ini harus terjadi? Dunia benar benar kejam!
Melvin mengendarai mobilnya seperti kesetanan, di perjalanan ia juga terus meneteskan air matanya. Rasanya benar benar sesak ia bahkan sulit untuk sekedar bernafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
aku juga ingin bahagia [ terbit ]
Fiksi Remaja"Semua orang pantas mendapat kebahagiaan, lantas aku bagaimana dengan aku" Jidan permata. Seorang remaja yang ingin mendapatkan kebahagiaan dan kasih sayang seorang kakak. Apakah remaja itu bisa mendapatkan kembali kebahagiaan nya? Sebelum baca ja...