21. Time that will never be repeated

658 80 14
                                    

Pintu gudang terbuka kasar di sana menampakan Jidan yang sedang tertidur tanpa mengganti bajunya. Ia tidur dengan baju basah.

"BANGUN!"

Jidan tersentak ia segera bangun dan berdiri kantung matanya sudah besar dan wajahnya semakin pucat. Jidan tak berani menatap kakak sulunganya ia hanya bisa menunduk.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Jidan ia tersungkur karena tamparan Melvin cukup keras.

"SEJAK KAPAN KAU JADI PEMALAS?!!"

"CEPAT KAU BERESKAN RUMAH JANGAN ADA YANG TERLEWATKAN! JIKA ADA YANG TERLEWATKAN AKU TIDAK SEGAN MENGUSIR MU DARI RUMAH INI!"

Jidan hanya mengangguk ia tidak berani melawan mau bagaimana juga Melvin adalah kakaknya. Melvin sudah mau menyekolahkan nya.

Jidan lantas keluar dari gudang menuju kamarnya untuk mengganti bajunya ia menuju wastafel dan mencuci wajah tampangnya. Saat mencuci wajahnya.

Tes!

Hidung Jidan mengeluarkan banyak darah ia segera mengambil tisu dan menempelkan nya beberapa saat. Setelah tisu itu berubah menjadi warna merah semua Jidan membuangnya tapi darah di hidungnya masih terus keluar.

Jidan langsung mengambil obatnya di laci ia meminum sekitar sepuluh butir. Jidan tidak peduli apa resikonya.

"Penyakit sialan ini selalu mengganggu ku" gumam Jidan sedikit kesal.

"Tapi aku senang mempunyai penyakit ini. Aku punya alasan untuk pergi"

Setelah aman Jidan keluar dari kamarnya dan membereskan rumah nya mewah. Ia mulai menyapu, mengepel, dan yang lain. Jidan melakukan semuanya sendirian.

Jivan dan Jilan sedang tidak ada di rumah mereka sedang bermain dengan temannya.

"Aku baru selesai setengah dan aku belum membersihkan lantai dua"

"Aku lelah"

Jidan membersihkan semuanya sambil menahan rasa sakit di kepalanya. Namun perutnya juga terasa sangat mual Jidan langsung berlari menuju kamar mandi. Ia memuntahkan cairan bening karena ia belum makan apa apa dari kemarin.

Sesudah selesai membersihkan rumah mewah itu Jidan langsung menuju kamarnya. Dan merebahkan tubuhnya.

"Bunda..."

"Kau sedang apa sekarang? Jidan sangat merindukan bunda, apa bunda juga merinduka Jidan?"

"Apakah bunda sekarang sedang bersama ayah? Kalian bersenang senang tanpa Jidan"

"Bunda, menurut bunda sampai kapan Jidan akan bertahan? Jidan ingin cepat semua ini berakhir"

"Jidan ingin cepat bertemu bunda, tunggu Jidan ya"

Jidan meneteskan air matanya ia begitu merindukan sangat ibu.

Tangkap Jidan bunda.

Jangan lari nanti kau bisa jatuh.

Tangkap Jidan.

Jidan sangat merindukan momen itu. Di mana ia bisa tertawa lepas dan menangis di pelukan sangat ibu. Saat kecil Jidan mendapatkan semua itu.

Hahaha, lari kalian sangat lambat. Cepat tangkap Jidan ayah.

Kamu mau ayah tangkap? Tunggu ayah Jidan, ayah akan segera menangkapmu.

Hahaha.

"Mana tawaku yang dulu? Aku sangat bahagia saat itu, kenapa berakhir begitu saja?"

"Mana tawaku yang dulu? Aku sangat bahagia saat itu, kenapa berakhir begitu saja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
aku juga ingin bahagia [ terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang