Pulang sekolah Calvino langsung pergi ke rumahnya, di sana ada ayahnya yang sedang sibuk dengan komputer nya. Namun saat Calvino masuk atensinya teralihkan.
Ia lantas menatap Calvino dengan wajah memerah.
"Kemana saja kau?" tanya ayahnya.
"Kenapa kau pulang terlambat? Kau seharusnya belajar agar prestasi mu tidak selalu di peringkat kedua"
"Ayah malu saat berkumpul dengan teman ayah, putra dan putri mereka bisa meraih peringkat satu setiap ujian, tapi kau?"
Calvino tak menjawab ia hanya bisa menundukkan kepalanya tak berani menatap sang ayah. Bukankah wajar anak seusianya bermain? Soal nilai? Bukankah sudah bagus jika Calvino sudah bisa menempati peringkat kedua?
"Maafkan aku" jawabnya ragu.
"MAAF,MAAF, DAN MAAF YANG HANYA BISA KAU UCAPKAN, KAPAN KAU AKAN MEMBANGGAKAN AYAHMU INI CALVINO?!!" bentaknya.
Calvino tak berani menjawab ia sedang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh, namun ia tidak bisa bertahan. Dan akhirnya air mata itu mengalir membasahi pipi putihnya.
"Bisakah berhenti membahas nilai? Aku lelah, yah..."
"Aku berbeda, walau aku sudah berusaha semaksimal mungkin namun hasilnya akan tetap sama" jawabnya dengan nada yang bergetar.
"Setiap kita makan bersama ayah selalu saja membahas itu, aku akan berusaha untuk ayah tapi mohon untuk kali ini saja. Jangan membahas itu lagi"
"Ayah bahkan tak punya waktu untuk menemani ku seperti dulu lagi"
Tak ada jawaban, sang ayah hanya bisa terdiam berusaha mencerna apa yang di ucapkan Calvino. Ia bahkan tak merasa bersalah dengan apa yang sedang di rasakan Calvino.
Saat berusaha mencerna ucapan sang anak, namun emosinya malah memuncak ia selalu mengungkit masa lalu.
Plak!
"Sopan kah kau berucap seperti itu kepada ayahmu sendiri"
Calvino tak menjawab, ia memegangi pipinya yang terasa kebas dan akhirnya berlari keluar rumah untuk mencari ketenangan.
Jidan yang tengah belajar lantas kepikiran dengan ucapan Calvino di belakang sekolah, ini salahnya kan? Jidan berfikir Calvino di marahi ayahnya adalah ulahnya.
"Apa dia baik baik saja?" gumamnya pelan.
Ia meletakkan pulpen nya di meja belajarnya. Ia masih memikirkan keadaan Calvino. Pikiran nya juga masih tentang Calvino.
KARENA KAU AKU SELALU DI MARAHI!
KARENA KAU AKU SELALU MENDAPATKAN PERINGKAT KE DUA!
DAN INI SEMUA KARENA KAU JIDAN!
Kata itu terus memenuhi pikiran Jidan, ia benar benar merasa bermasalah atas apa yang terjadi pada Calvino. Yang di katakan kakaknya benar bukan? Jidan selalu salah, ia bahkan tak pernah berbuat sesuatu yang baik.
Jidan selalu di salahkan atas apa yang terjadi, dan juga karena kematian kedua orang tuanya.
Pikiran itu selalu membuat kepala Jidan sakit, kata kata itu terus memenuhi pikirannya. Semakin di diamkan semakin sakit rasanya.
Ia langsung bangkit dari meja belajarnya dan menuruni tanggal dengan terburu buru untuk pergi ke taman.
Jivan dan Jilan yang melihat itu lantas kebingungan, namun tak peduli. Begitu juga dengan Jidan.
Ayo ikut aku ke taman, jika aku bersedih aku selalu memandangi danau yang ada di sana.
Kau tahu? Kenapa aku suka dengan tempat ini? Karena waktu aku berusia tujuh tahun aku sering bermain basket bersama ayahku.
![](https://img.wattpad.com/cover/351641394-288-k134876.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
aku juga ingin bahagia [ terbit ]
أدب المراهقين"Semua orang pantas mendapat kebahagiaan, lantas aku bagaimana dengan aku" Jidan permata. Seorang remaja yang ingin mendapatkan kebahagiaan dan kasih sayang seorang kakak. Apakah remaja itu bisa mendapatkan kembali kebahagiaan nya? Sebelum baca ja...