44. epilog (end)

769 45 2
                                    

Saat Jivan hendak membukanya, ia tersenyum. Ia juga menangis karena membuka surat itu.

Nama : Jidan Permata
Diagnosa : Leukemia
Hasil : +

Jivan lantas membuka kertas yang ternodai darah terakhir Jidan sebelum ia masuk ke dalam danau, ia memutar kertas itu untuk membaca halaman belakang.

Hai Kak, saat kau membuka surat ini pasti aku sudah tidak ada di sisimu. Aku sudah bertemu bunda, ayah, dan nenek di sini. Jangan terlalu terpuruk, ya? Aku sudah di jemput oleh bunda seperti apa yang kalian inginkan. Dan satu lagi, jangan pernah menyalahkan diri kalian sendiri atas kepergian ku. Semua ini sudah takdir, takdir hanya menjalani perintah dari maha pencipta.

Apa kalian sudah di Kanada? Padahal saat itu aku sangat ingin pergi kesana. Tapi Tuhan menjemputku lebih awal, aku juga tidak bisa menyalahkan Tuhan karena dari dulu aku terus meminta ingin bertemu bunda. Dan sekarang semua itu terwujud, aku sangat bahagia.

Aku juga tak bisa merayakan kelulusan bersama teman temanku, terutama dengan Calvino. Padahal aku sudah berjanji padanya, aku memang bukan orang yang harus di percaya ternyata. Seharusnya aku tidak berjanji saat itu, andai saja aku bisa mengulang waktu. Aku akan jujur pada kalian.

Maafkan aku, ya? Aku bukan tidak ingin memberi tahu tentang penyakit ku pada kalian. Aku hanya tidak ingin membuat kalian khawatir hanya karena penyakit ku.

Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, semoga kalian terus bahagia sampai pada waktunya kita bertemu.

Jidan Permata
16 Febuari 2023

Selesai membaca surat yang Jidan tinggalkan untuk mereka, ia langsung menutup surat itu dengan tangisan yang tak tahu menahu bagaimana cara menghentikannya. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini ia keluarkan semua.

Jivan benar benar menyesal atas apa yang ia perbuat sebelum Jidan pergi, ia selalu menaruh rasa benci pada sang adik. Jika saja waktu bisa ia putar kembali, ia tidak akan membuang sia sia waktu yang Tuhan berikan untuk merasakan semua momen momen indah dengan adik bungsunya.

Jivan berjalan menuju kasur yang dahulu menjadi tempat istirahat Jidan. Dan kini kasur itu sedikit berdebu.

"Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, kepergian mu menyisakan suka di dalam hatiku."

"Aku akan tetap menyesali kepergian mu walau itu sudah tidak berarti sama sekali. Mungkin aku masih butuh waktu beberapa saat untuk benar benar mengikhlaskan kepergianmu."

Ia kembali ke kamarnya untuk mengemasi semua barang barang untuk pergi ke Kanada besok, mereka tidak mau berlama lama dengan rumah yang penuh dengan kenangan buruk yang mungkin takkan mereka lupakan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
aku juga ingin bahagia [ terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang