Part 1

19.1K 673 20
                                    

Seorang pria sekitaran umur 28 tahun menatap datar kearah adik nya yang baru saja masuk kedalam rumah.

Tatapan itu terlihat sangat tak bersahabat sama sekali, karena sekarang sudah pukul satu dini hari tapi adik nya yang sangat luar biasa nakal nya itu baru saja pulang kerumah.

Ia akan selalu memperhatikan semua yang adik nya itu lakukan, apa lagi selama beberapa hari ini ia mendapat kabar dari ibunya jika adiknya itu sering pulang malam, oleh karena itu sekarang ia menunggu sampai adiknya pulang untuk bertanya. Mempunyai seorang adik laki-laki bukan menjadi alasan sehingga ia lalai terhadap adiknya itu, karena laki-laki juga butuh didikan bukan langsung di bebaskan begitu saja saat dia sudah dewasa, karena jalan yang mereka ambil belum tentu baik, maka dari itu sebagai kepala rumah tangga ia harus memperhatikan itu semua.

Adiknya dan juga ibunya sekarang tanggung jawab nya, setelah ayahnya pergi untuk selama-lamanya itu semua menjadi tanggung jawabnya. Menerima semua tanggung jawab ini sama sekali tak mudah, karena kesibukan di tempat kerja membuatnya jarang pulang kerumah, namun karena sudah beberapa hari berturut-turut ibunya memberi kabar jika adiknya sering pulang malam dan juga membangkang saat di beri nasehat, oleh karena itu ia harus turun tangan untuk memberi pengertian pada adik nya itu secara langsung.

Walaupun mereka hanya berbeda empat tahun namun jika adik nya salah dalam memilih jalan, maka ia sebagai kakak harus memberi pengertian.

"Dari mana saja?"ujar Zain, lebih tepatnya Zain Alucas dengan menatap adik nya dengan tatapan sulit untuk di artikan.

Decakan kasar terdengar dari pemuda yang baru saja masuk kedalam rumah itu, siapa sangka ia akan bertemu dengan kakak nya saat pulang dari luar karena selama beberapa hari ini ia pulang larut dan tak ada yang mencegah nya karena kakaknya itu tengah sibuk berada di kantor, namun sekarang sepertinya kesialan sedang berada di posisi nya sehingga saat pulang ia langsung bertemu dengan kakak nya itu.

"Dari luar, lo nggak liat kalo gue baru aja datang dari luar?"tanya Reza dengan menatap kakak nya itu, ia sedikit tak menyukai kakak nya itu, karena selalu saja ikut campur dengan semua masalahnya sejak ayah mereka sudah tiada, ia lebih memilih tak memiliki seorang kakak jika seperti ini jadi nya.

"Duduk. Ada hal yang harus kita bicarakan,"tutur Zain tanpa merasa marah sedikitpun dengan tanggapan yang adik nya itu berikan, karena sekarang bukan saat nya ia merasa marah.

"Lo nggak tau kalo ini udah larut? Gue mau tidur, ngantuk." Reza kembali melangkah, karena ia terlalu malas berurusan dengan kakak nya itu karena itu hanya akan membuatnya merasa kesal dan juga marah.

"Kau tahu jika ini sudah malam namun kenapa baru pulang sekarang? Kau lebih memilih untuk langsung tidur dan kehilangan setengah uang bulananmu atau mendengarkan aku bicara?"seru Zain, ia tak sesabar itu untuk menghadapi adik nya itu jika seperti ini jadi nya.

Reza menatap kearah lain, selalu saja hal seperti itu yang dijadikan kakaknya itu agar ia menuruti semua yang dia katakan, sedangkan ia sendiri tak bisa mengelak karena memang butuh semua uang bulanan itu untuk bersenang-senang dengan teman dan juga kekasih nya.

Dengan berat hati, Reza mengambil tempat duduk disamping kakaknya itu dengan tatapan mengarah kearah lain, ia akan menyiapkan semuanya jika nanti kakaknya itu akan marah, hal seperti ini sudah sering terjadi jika ia ketahuan pulang larut oleh kakak nya itu.

"Selama beberapa hari ini kau selalu pulang malam kan?"tanya Zain dengan tatapan terkunci pada wajah adiknya itu, ia ingin tahu semuanya dan memastikan jika semua yang ia ketahui bukan sepenuhnya benar.

"Iya."

"Aku tahu bahwa jam kuliahmu sudah berakhir sekitar jam 3 sore tadi, jadi tak mungkin kau pulang malam karena mengerjakan tugas, karena tugas ada tak setiap hari. Kau juga tentu tahu bagaimana kakakmu ini bukan? Jadi kau ingin mengatakan semuanya dengan jujur tanpa tersisa atau aku yang mengatakan semuanya tapi kau tak di perbolehkan memakai mobil lagi saat ingin pergi kemana-mana."

Zain mengatakan itu semua bukan tanpa alasan, karena ada beberapa orang yang melihat adik nya itu pergi ke club malam bersama dengan teman-temannya selama beberapa malam ini. Ia ingin tahu alasan kenapa adiknya itu sampai sering datang kesana selain ingin minum-minum saja.

Reza mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat, kenapa kakaknya itu selalu tahu tentang semua hal yang ia lakukan? Sedangkan ia sendiri sama sekali tak tahu tentang semua hal yang kakaknya itu lakukan di tempat kerja nya.

"Gue pergi ke club bareng temen-temen gue. Lo pasti pas seumuran gue dulu juga ngelakuin hal yang sama jadi jangan ngerasa kalo yang gue lakuin sekarang ini salah."

Zain menghempuskan napas berat miliknya, entah kenapa saat ia berbicara pada adiknya itu pasti akan sangat susah memberinya pengertian, sedangkan dulu saat ayah mereka masih ada Reza sangat penutut jika di beritahu namun sekarang adiknya itu berubah sangat jauh dari dulu.

"Aku sama sekali tak masalah jika kau bersenang-senang dengan teman-temanmu karena itu hakmu, itu kebebasanmu namun yang menjadi masalah sekarang kenapa kau harus melibatkan seorang pemuda dalam hal yang kau sebut bersenang-senang itu? Kau datang ke club bukan hanya bersama dengan teman-temanmu saja, tapi bersama seorang pemuda juga yang tak aku ketahui sama sekali."

Zain menarik bahu adik nya itu cukup kasar agar mau menatap kearahnya, ia ingin mendengar semuanya bukan hanya perkataan yang tadi adiknya itu katakan saja.

"Gue juga bersenang-senang dengan mainan baru gue,"ujar Reza pada akhirnya, tak ada alasan lagi untuk ia hanya diam saja sekarang, kakaknya itu pasti tahu semuanya sekarang.

"Mainan?"tanya Zain dengan menekan  perkataannya kembali, mainan apa yang adik nya itu maksud?

"Iya mainan. Gue dapat mainan baru yang secara terang-terangan bilang kalau dia suka sama gue, sedangkan gue nggak punya perasaan apapun buat dia, tapi beberapa teman gue bilang kalau gue harus memanfaatkan kesempatan bagus ini karena jarang ada cowok yang secara terang-terangan bilang kalau dia suka kita kan? Lagi pula dia manis, jadi tak ada salahnya gue mainin kan? Dia nya juga nerima-nerima aja apa yang gue lakuin, lo nggak perlu khawatir dengan semua itu sekarang. Lo urusin kerjaan lo aja di kantor, pasti numpuk kan?"ujar Reza sebelum beranjak dari sana, meninggalkan Zain sendirian sekarang.

Lanjut? Gimana?

Responsibility {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang