Zain keluar dari dalam mobil miliknya saat melihat beberapa kendaraan yang ada didepan berhenti mendadak, ia merasa penasaran apa yang membuat itu semua terjadi? Bahkan sekarang banyak orang-orang yang mulai berjalan mendekat kearah sana, membuat ia semakin mempercepat langkah kakinya agar bisa melihat apa yang tengah terjadi disana.
Tatapan Zain mengarah pada seorang pemuda yang terlihat terduduk didepan salah satu mobil dengan tubuh yang terlihat bergetar dengan sangat hebat. Mungkin karena terlalu takut karena bagitu banyak orang yang berdatangan sekarang.
"Permisi,"ujar Zain dengan berjalan mendekat kearah pemuda itu, menyentuh bahu itu dengan pelan membuat tubuh itu tersentak sebelum menepis tangan milik Zain yang ada di bahunya.
"Ada apa ini?"tanya Zain dengan tatapan mengarah pada seorang pria paruh yang tengah menahan rasa kesalnya.
"Pemuda ini menyebrang sembarangan tadi! Andai saya tak menghentikan mobil dengan mendadak mungkin dia sudah mati karena tertabrak."
Zain menatap kearah pemuda yang terlihat masih di posisinya tadi tanpa bergerak sedikitpun, ia yakin pasti ada hal yang serius terjadi sehingga membuat semua ini bisa terjadi, namun untuk menghakimi pemuda itu sekarang sepertinya bukan waktu yang tepat karena kondisi pemuda itu sedang tak baik-baik saja.
"Saya meminta maaf atas apa yang telah pemuda itu terbuat tadi. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk kalian semua merasa marah atau emosi dengan apa yang sudah pemuda itu lakukan tadi, kalian bisa melihat sendiri bagaimana kondisi pemuda itu sekarang kan? Saya harap kalian bisa mengerti dengan ini semua sebagai orang yang lebih tua."ujar Zain sebelum berjongkok dihadapan pemuda itu sekarang.
Ia memang sibuk sekarang, tapi untuk membiarkan pemuda itu disini sepertinya itu bukan pilihan yang tepat, karena bisa saja orang-orang yang merasa kesal akan menghakimi pemuda itu nantinya. Ia akan mengamankan pemuda itu terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor nantinya.
"Kemari. Kau tak boleh tetap duduk disini karena ini jalanan khusus untuk pengendara,"ujar Zain dengan mengulurkan tangannya, ia merasa jika pemuda itu merupakan pemuda yang memiliki kebutuhan yang khusus mungkin? Karena melihat bagaimana tingkah pemuda itu sekarang.
*****
Kedua mata bulat yang terlihat sembab itu terbuka, tatapan itu mengarah pada jam yang ada didalam kamar miliknya.
Sekarang sudah jam enam pagi, dengan pelan Ello mulai mendudukan dirinya sebelum meringis saat merasakan tubuhnya masih sakit karena kejadian semalam. Ia terdiam beberapa saat untuk memikirkan apa ia harus datang ke kampus hari ini atau meminta izin tak masuk saja untuk hari ini?
Ia merasa tak ada tugas hari ini, jadi jika ia tak datang ke kampus sepertinya itu tak masalah, namun ia ingin meluruskan satu hal sekarang mau tak mau ia harus datang ke kampus hari ini.
Bertemu dengan Reza dan menanyakan semua yang terjadi semalam, ia butuh bukti jika perkataan pria itu semalam memang benar atau pun hanya bualan saja karena efek mabuk. Ia berharap itu hanya bualan karena efek mabuk saja, walaupun rasanya itu semua nyata, setiap ucapan Reza semalam terasa sangat nyata membuatnya merasa sesak setiap kali mengingat semua itu.
Ia hanya ingin kepastian, walaupun nanti apapun jawaban yang Reza berikan dirinya akan tetap menyerah dengan semuanya. Ia tak ingin kejadian seperti itu terulang lagi, ia tak ingin di lecehkan lagi jika ia kembali bersama dengan Reza jika memang pria itu baik.
Ello memang mencintai Reza, bahkan sangat mencintai pria itu namun untuk menyerahkan dirinya begitu saja pada pria itu demi cinta, ia tak sebodoh itu karena belum tentu mereka akan selalu bersama nanti, ia akan memberikan hal yang paling berharga didalam dirinya hanya untuk pria yang akan menjadi suaminya nanti. Tapi itu semua sudah menghilang didalam hidupnya, ia tak tahu apa yang harus ia berikan nantinya saat mempunyai hubungan serius dengan seseorang.
Ia merasa tak ada hal yang harus diharapkan lagi dengan Reza, karena perlakukan pria itu saja sudah membuatnya menyerah. Ia takut jika semuanya masih berjalan seperti biasa maka dirinya akan dijadikan pemuas napsu pria itu saja karena untuk menolak ataupun memberontak saja ia tak bisa karena kalah kuat, maka dari itu hari ini ia akan memperjelas semuanya.
Ello beranjak dari tempat duduknya, ia ingin langsung membersihkan dirinya sekarang karena ini sudah mulai siang. Ia harus sampai ke kampus sebelum masuk agar bisa berbicara secara langsung dengan Reza nantinya.
Setelah berganti pakaiannya, Ello langsung keluar dari dalam kos miliknya itu segera berjalan kearah kampus yang cukup dekat dari sini, mungkin hanya membutuhkan waktu 30 menit berjalan, ia akan langsung sampai.
Ia harus meluruskan semuanya, walaupun rasanya sangat sulit karena sekarang ia merasa pusing. Ello masih tetap berjalan dengan tujuan ia akan bertemu dengan Reza dan mempertanyakan semua yang terjadi selama ini, menanyakan apa yang pria itu inginkan darinya jika bukan cintanya? Ia mengira cintanya yang sangat besar untuk Reza saja itu sudah sangat cukup, namun nyatanya itu semua salah.
Ello terdiam saat ingat semua itu sehingga tak sadar ada mobil yang melintas di samping.
Tin!
Tin!
Ello tak mendengar semua itu, pikirannya hanya penuh dengan Reza dan juga semua perlakukan pria itu selama ini, ia terlalu syok mendengar semua fakta yang ada semalam sehingga sekarang sangat sulit untuknya menerima semua ini, ia terlalu takut dengan fakta yang ada.
Bugh!
Ello terjatuh membuat ia langsung menutup kedua matanya dengan rasa sakit yang mulai terasa di kakinya sekarang, ia takut dengan apa yang terjadi sekarang.
"Apa kau tak bisa melihat hah! Ini jalanan, kenapa kau berdiam diri dijalanan seperti tadi?"
Ello membuka kedua matanya saat mendengar suara yang membentak dirinya sekarang, kedua mata bulat itu mengarah pada pria paruh baya yang sekarang tengah marah padanya, sebelum menatap beberapa orang yang mulai berdatangan sekarang.
"Kau mendengar saya? Kenapa kau berhenti dan berdiam diri seperti itu dijalan tadi? Apa kau tak bisa mendengar?"
Ello menunduk saat mendengar suara bentakan itu, ia takut akan bentakan. Ia benci bentakan, cukup Reza yang membentak dirinya tadi malam, tidak untuk sekarang.
"Permisi,"
Terdengar suara seseorang pria, selain pria paruh baya itu yang masih terus membentak dirinya, membuat Ello memakin menunduk.
"Ada apa ini?"
"Pemuda ini menyebrang sembarangan tadi! Andai saya tak menghentikan mobil dengan mendadak mungkin dia sudah mati karena tertabrak."
Kedua mata bulat Ello mulai memerah saat mendengar semua perkataan itu, ia sama sekali tak sadar telah berdiri di tengah jalan tadi.
"Saya meminta maaf atas apa yang telah pemuda itu terbuat tadi. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk kalian semua merasa marah atau emosi dengan apa yang sidah pemuda itu lakukan tadi, kalian bisa melihat sendiri bagaimana kondisi pemuda itu sekarang kan? Saya harap kalian bisa mengerti dengan ini semua sebagai orang yang lebih tua."
"Kemari. Kau tak boleh tetap duduk disini karena ini jalanan khusus untuk pengendara,"
Terlihat tangan seorang pria yang sepertinya baru datang tadi terulur, membuat Ello langsung menatap tangan itu didalam diam.
Bersambung...
Votmen...
KAMU SEDANG MEMBACA
Responsibility {TERBIT}
RomanceZain Alucas, terkenal dengan sifat tak tersentuhnya. Ia memiliki seorang adik yang sangat nakal, sehingga membuat seseorang dalam masalah besar karena ulah adiknya itu. Karena kejadian itu semua, ibu Zain memutuskan untuk mengirim adik nya keluar ne...