Ello duduk dengan kaku diatas ranjang rumah sakit saat melihat seorang dokter mulai masuk kedalam ruangan yang sekarang ia tempati. Kedua mata bulat itu mengarah pada pria yang tadi mengantarnya datang kesini, pria itu tengah menelpon seseorang, sepertinya pria itu tengah menghubungi tempat kerjanya karena ini sudah mulai beranjak siang sedangkan pria itu masih berada disini.
Ia tak meminta semua ini karena tahu pasti pria itu mempunyai kesibukan sendiri, namun pria itu masih bersikeras untuk mengantarnya kerumah sakit karena takut lukanya infeksi, ia juga takut dengan semua itu namun untuk merepotkan pria itu ia merasa sungkan.
Ello tersentak saat merasakan seseorang menyentuh kakinya, ia langsung menatap kearah bawah dimana ada seorang dokter tengah memeriksa lukanya sekarang, ia terdiam melihat itu semua sebelum merasakan sakit yang cukup membuat kedua matanya berkaca-kaca, sepertinya dokter itu tengah membersihkan lukanya sekarang, tangannya secara refleks menggenggam tangan seseorang sebelum menatap kearah samping dimana ada pria yang tadi tengah sibuk dengan telponnya tengah menatap kearahnya.
"Tahan sebentar, itu semua dilakukan agar lukamu tak infeksi,"ujar Zain dengan menatap kearah pemuda yang tengah menatap kearahnya juga.
Menunggu beberapa saat sebelum dokter yang tengah mengobati Ello tadi beranjak, menatap kearah Zain dengan senyuman ramah sebelum beralih menatap kearah Ello juga.
"Lukanya cukup besar, mungkin karena terkena bagian depan mobil yang tadi menabrak kamu. Mungkin seminggu lagi lukanya akan sembuh, selagi menunggu luka itu sembuh kamu harus dirawat disini dulu agar kami bisa melakukan pemeriksaan secara rutin nantinya."ujar dokter wanita itu, ia tahu dari petugas yang ada tentang apa yang terjadi pada pemuda yang barusan ia obatin.
Ello menunduk saat mendengar itu semua, ternyata lukanya memang cukup serius namun ia tak ingin dirawat dirumah sakit karena harus kuliah dan juga bekerja nantinya.
"Apa tak bisa dirawat dirumah saja? Aku akan merawatnya sendiri nanti,"ujar Ello dengan menatap kearah dokter itu, ia ingin sekali merawat lukanya ini dirumah saja agar bisa kuliah dan juga bekerja nantinya, lagi pula ia harus bekerja untuk membayar apa yang sudah pria itu keluarkan untuknya karena dirinya tahu itu bukan uang yang sedikit.
Zain menatap kearah dokter itu, memberi isyarat agar dokter itu segera beranjak dari sini karena ia yang akan memberi pemuda itu pengertian, karena sudah pasti jika dokter melarang berarti itu sama sekali tak bisa dilanggar, karena takutnya luka pemuda itu semakin serius nantinya.
Ello menatap dokter itu yang mulai beranjak sekarang tanpa memberitahu dirinya apa ia boleh dirawat dirumah saja ataukah harus dirumah sakit.
"Dokter itu tak ingin kau dirawat dirumah saja karena lukamu tak bisa dikatakan ringan. Takutnya nanti kalau kamu memaksa merawat sendiri dirumah, maka lukamu akan semakin serius dan dokter itu tak ingin itu semua sampai terjadi."ujar Zain dengan tatapan mengarah pada pemuda yang sekarang mulai menatap kearahnya.
"Aku tak bisa jika harus berdiam diri dirumah sakit saja, karena harus kuliah dan juga bekerja. Bagaimana dengan beasiswaku jika sampai aku tak masuk kuliah selama seminggu kedepan?"
Ello menunduk, ia tak ingin mengatakan itu semua pada pria yang sudah membantunya itu karena tak ingin sampai pria itu berpikir hal aneh namun jika tak mengatakan semuanya bukankah pria itu akan merasa penasaran kenapa ia memaksa untuk dirawat dirumah saja?
Zain terdiam mendengar itu semua, ia mengira pemuda itu hanya tak ingin berada dirumah sakit karena takut merasa bosan tinggal dirumah sakit, namun nyatanya semua yang ia pikirkan lagi dan lagi salah. Pemuda itu tak ingin sampai kuliahnya tertinggal dan tak ingin sampai pekerjaannya berantakan karena berada dirumah sakit.
"Biarkan saya yang akan berbicara pada pihak tempat kamu berkuliah besok. Untuk sekarang kamu hanya perlu fokus pada kesehatanmu saja,"ujar Zain sebelum berjalan lebih dekat lagi pada pemuda yang sekarang masih menatap kearahnya itu.
"Siapa namamu?"tanya Zain dengan tatapan terkunci pada pemuda yang menurutnya cukup manis itu.
Ello mengerjab beberapa kali saat mendapatkan pertanyaan itu, ia baru sadar jika mereka belum memperkenalkan nama satu sama lain sejak tadi, padahal pria itu sudah mau menolongnya tadi.
"Ello Maza,"ujar Ello dengan menatap pria yang sekarang tengah berdiri didepannya.
"Zain Alucas,"balas Zain dengan memperkenalkan namanya juga.
Ternyata nama pemuda itu juga cukup manis, sama seperti pemilik namanya. Sekarang ia tak perlu memikirkan siapa nama pemuda itu lagi karena sekarang ia sudah tahu siapa nama pemuda yang sudah ia tolong tadi, Ello Maza, nama yang manis.
"Bagaimana? Kau mau dirawat dirumah sakit untuk beberapa hari kedepan?"ulang Zain karena tadi ia tak mendapatkan jawaban apapun dari pertanyaan yang ia berikan, membuat Ello langsung mendongak keatas sehingga tatapan mereka bertemu sekarang.
Ia merasa aneh saat menatap kedua mata pria yang ada dihadapan dirinya sekarang, kedua mata ini seperti tak asing karena ia cukup sering melihat ini semua tapi dimana? Ia ingat betul dengan kedua mata ini namun siapa yang memiliki bentuk mata yang sama seperti Zain?
"Em ... iya aku akan tetap berada dirumah sakit agar lukaku segera sembuh. Tak ada pilihan lain kan?"ujar Ello dengan menatap kearah lain, ia merasa aneh saat menatap kedua mata pria itu karena mengingatkan dirinya pada satu hal namun ia lupa hal apa itu.
Zain menganguk, pemuda itu cukup mudah untuk diberitahu. Ia pikir butuh waktu lumayan banyak untuk membuat pemuda itu mengerti, ternyata tidak.
"Baiklah, kau istirahat sekarang. Saya akan keluar sebentar untuk berbicara pada dokter, kau mengerti?"ujar Zain dengan membantu Ello naik keatas ranjang rumah sakit sekarang. Pemuda itu hanya diam saat ia melakukan itu semua membuat ia langsung saja beranjak setelah mengatakam itu semua
Meninggalkan Ello sendirian, pemuda itu menunduk menatap kearah lukanya sekarang. Ia tak mengira ada seseorang yang masih peduli dengan dirinya setelah sebelumnya ia hanya percaya jika hanya Reza pria yang baik di dunia ini karena mau bersama dengannya, tapi setelah Reza mengatakan semua itu ia merasa mungkin memang tak ada yang peduli dengan hidupnya tapi sekarang?
Ia mendapat begitu banyak bantuan pria yang baru ia temui tadi. Ia bisa merasakan jika memang pria itu baik, namun entah kenapa ia merasa ragu karena dulu ia juga yakin jika Reza orang yang baik, tapi nyatanya itu semua salah. Mungkin kah tebakannya juga salah?
"Aku tak bisa melihat bagaimana baiknya seseorang hanya karena tatapannya, karena dulu aku juga merasakan hal yang sama tapi nyatanya?"gumam Ello dengan pelan.
Mungkin untuk beberapa hari kedepan ia akan menyembuhkan lukanya dulu sebelum menemui Reza nantinya, ia ingin bertemu dengan pria itu dengan kondisi sehat agar tak terlihat memprihatinkan. Ia tak ingin di tatap iba.
Bersambung..
Votmen
KAMU SEDANG MEMBACA
Responsibility {TERBIT}
RomansaZain Alucas, terkenal dengan sifat tak tersentuhnya. Ia memiliki seorang adik yang sangat nakal, sehingga membuat seseorang dalam masalah besar karena ulah adiknya itu. Karena kejadian itu semua, ibu Zain memutuskan untuk mengirim adik nya keluar ne...