Setelah perkataan panjang antara Ello dan juga Zain, sekarang mereka sama-sama terdiam dengan posisi saling menatap satu sama lain. Baik Ello maupun Zain tak ada yang mau memulai pembicaraan karena perdebatan tadi sudah cukup membuat mereka saling canggung satu sama lainnya.
Zain tengah sibuk memikirkan semua perlakukannya selama ini pada pemuda yang sekarang tengah menatapnya dengan kedua mata bulat yang terlihat sangat menggemaskan. Awal pertemuan mereka ia sudah merasakan perasaan aneh pada pemuda itu, sehingga ia merasa harus menjaga pemuda itu dengan baik, tapi karena pekerjaan mau tak mau ia harus meninggalkan pemuda itu dengan perasaan campur aduk antara ingin pergi atau tidak. Sanpai akhirnya ia memilih untuk pergi dengan pikiran terus mengarah pada pemuda itu, setiap saatnya ia selalu mengingat Ello, entah saat bekerja, makan siang, saat akan tidur, semua tentang pemuda itu selalu ia pikirkan.
Sampai saat tahu jika pemuda yang sudah Reza sakiti merupakan pemuda yang selalu membuatnya berpikir dengan keras, ia merasa marah, ia merasa tak terima jika pemuda itu bisa mendapatkan semua ini, sehingga bisa hamil seperti sekarang. Ia marah pada ibunya sendiri karena sudah melakukan ini semua, karena perasaannya yang selalu ingin menjaga Ello dengan baik.
Ia bahkan rela menggantikan adiknya itu untuk mempertanggung jawabkan semuanya agar bisa menjaga Ello dengan baik, ia selalu ingin semua hal tentang pemuda itu berjalan dengan baik, dirinya ingin pemuda itu hidup dengan tenang bersamanya tanpa gangguan sedikitpun, Zain ingin pemuda itu mendapatkan semua hal yang dulu belum pernah Ello dapatkan sebelumnya. Sekarang ia menyadari satu hal dengan semua yang ia lakukan selama ini.
Ia jatuh cinta.
Ia jatuh cinta pada Ello sejak pertama kali mereka bertemu, dirinya mencintai pemuda itu saat tatapan mereka bertemu untuk pertama kali nya waktu itu. Sekarang ia baru menyadari itu semua jika semua yang ia lakukan karena dirinya mencintai pemuda itu, ia ingin orang yang ia cintai merasa tenang dan juga nyaman sehingga bisa melakukan hal yang Ello sebut berlebihan tadi.
Sekarang saat ia menyadari semuanya, Zain merasa jika itu semua tak seharusnya ada karena sekarang mereka melakukan ini semua demi anak yang ada didalam kandungan Ello tak lebih, pemuda itu melakukan semua ini demi anak yang dia kandung. Sedangkan dirinya melakukan semua ini karena ia mencintai pemuda itu, bukan karena ingin menjaga anak yang ada didalam kandungan pemuda itu sepenuhnya.
Zain merasa jika perasaan ini tak seharusnya ada, dan tak seharusnya ia tunjukan secara terang-terangan seperti tadi sehingga membuat Ello merasa aneh atau bahkan tak nyaman dengan semua perlakukan yang dirinya berikan. Mungkin dengan perlahan-lahan ia akan menghilangkan rasa cinta ini pada Ello karena sudah pasti pemuda itu tak akan menyukai semua ini.
Berbeda halnya dengan Zain yang baru menyadari perasaannya untuk Ello. Pemuda itu sendiri malah berpikir hal yang berbeda, ia merasa jika semua perlakukan yang sekarang Zain berikan hanya untuk anak yang ada didalam kandungannya saja tak lebih, karena semua perkataan pria itu tadi membuat ia mulai berpikir jika semua hal yang Zain lakukan hanya untuk anaknya, bukan hal yang lain sehingga membuatnya merasa tak nyaman karena itu semua.
Ello mulai mengalihkan tatapan miliknya dari Zain, sebelum menatap kearah bik Surti yang baru saja datang sekarang, wanita paruh baya itu terlihat berdiri didepan pintu dengan tatapan mengarah kearah lain. Karena sekarang pintu kamar ini terbuka jadi bik Surti bisa melihat apa yang tengah mereka lakukan, untungnya wanita paruh baya itu tak melihat mereka berdua berkata hal tadi karena itu tak akan baik untuk mereka kedepannya nanti.
"Bi Surti."ujar Ello dengan berjalan mendekat kearah wanita paruh baya itu membuat Zain langsung membalik tubuhnya untuk melihat apa yang terjadi.
Tadi ia memang ingin dimasakan sesuatu untuk makan siang, mungkin sekarang bik surti datang untuk memberitahu jika makanan yang ia inginkan tadi sudah siap. Zain merasa jika bik Surti tak mungkin mendengar semua perkataan mereka tadi, karena jika itu sampai terjadi tak mungkin reaksi yang wanita paruh baya itu tunjukan bisa setenang ini.
"Tadi Tuan Zain ingin saya masakan sesuatu, maka dari itu sekarang karena makanannya sudah siap saya ingin memberitahu itu."ujar bik Surti dengan tersenyum lembut menatap kearah istri Tuannya yang terlihat sangat lucu, tak salah Tuannya itu menikahi pemuda itu karena memang pemuda itu sangat menggemaskan.
"El, kamu ikut bersama bik Surti untuk makan siang lebih dulu, karena aku ingin membersihkan diri serta berganti pakaian lebih dulu karena nanti akan pergi ke kantor sebentar. Kamu duluan saja karena ini sudah lewat jam makan siang."ujar Zain sebelum berlalu masuk kedalam ruang ganti serta kamar mandi menjadi satu, ia memang berniat mengantar Ello serta berganti pakaian saja karena ada hal cukup penting yang harus di urus di kantor.
Ello menganguk saat mendengar itu semua, ia mulai berjalan keluar mengikuti langkah bik Surti yang sejak tadi hanya diam, mungkin wanita paruh baya itu masih kurang nyaman dengan dirinya karena ia orang baru disini. Ia akan melakukan pendekatan karena mulai dari ini ia akan tinggal disini bersama dengan bik Surti karena Zain pasti akan sibuk bekerja, sekarang saja pria itu sudah akan pergi ke kantor.
"Bibi udah lama kerja disini?"tanya Ello yang mulai pembicaraan dengan wanita paruh baya yang sekarang menatap kearahnya dengan senyuman lembut.
"Saya kerja disini sudah dua puluh tahun lebih. Sejak Tuan Zain berusia delapan tahun saya sudah mulai kerja disini, sampai sekarang saat umur saya sudah mau lima puluh tahun."ucap bik Surti dengan jawaban seadanya karena memang ia mulai bekerja disini sejak Zain berumur delapan tahun, karena Tuan mudanya itu sering ditinggal dirumah karena orang tuanya pergi keluar dengan membawa Reza bersama dengan mereka, ayah dari Zain memintanya untuk bekerja disini sebagai penjaga dan juga teman Zain karena waktu kecil Zain anak yang sangat pendiam dan jarang berbicara.
Ello menganguk, pasti bik Surti tahu banyak tentang semua hal yang Zain inginkan dan juga tak inginkan, karena waktu dua puluh tahun itu tak sebentar.
"Usiaku baru dua tahun saat bibi bekerja disini."ucap Ello yang sekarang mulai mengambil tempat duduk disalah satu kursi yang ada dimeja makan atas permintaan bi Surti.
"Saya masih tak menyangka jika ada seseorang yang bisa mengambil hati Tuan Zain, karena dia itu sangat pendiam dan juga dingin kalau diluar. Jadi rasanya cukup mengejutkan saat tahu dia sudah menikah dan akan mempunyai anak sekarang, tapi itu semua membuat saya merasa senang karena akhirnya ada orang yang tepat untuk Tuan Zain."
Ello terdiam saat mendengar semua itu, hal yang bik Surti katakan berbanding terbalik dengan apa yang sudah Zain lakukan untuknya. Pria itu lebih banyak berbicara dengannya atau hanya sekedar basa-basi saja, apa mungkin hal yang Zain lakukan selama bersamanya itu memang sifat asli pria itu?
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Responsibility {TERBIT}
RomanceZain Alucas, terkenal dengan sifat tak tersentuhnya. Ia memiliki seorang adik yang sangat nakal, sehingga membuat seseorang dalam masalah besar karena ulah adiknya itu. Karena kejadian itu semua, ibu Zain memutuskan untuk mengirim adik nya keluar ne...