Zain menatap kearah Reza yang baru saja menuruni tangga dengan pelan. Biasanya ia akan berada di kantor sekitar jam setengah sembilan pagi ini, namun karena ingin berbicara secara langsung dengan adiknya itu ia memutuskan untuk menunggu lebih dulu dirumah agar bisa berbicara berdua dengan adiknya itu. Ia tak ingin masalah ini semakin panjang, jika memang Reza tak menyukai pemuda itu maka dia bisa langsung melepaskannya, tapi jika adiknya itu mulai mencintai pemuda itu maka ia akan membiarkan semua itu terjadi tanpa larangan sedikitpun.
Ia hanya tak ingin adiknya itu salah mengambil jalan, karena itu semua bisa saja berdampak buruk bagi keluarga mereka nantinya, jadi dari pada masalahnya semakin membesar lebih baik ia mengambil tindakan lebih dulu bukan?
"Reza. Kemari,"ujar Zain saat melihat adiknya itu ingin langsung pergi tanpa bertemu dengannya.
Ia tahu pasti adiknya itu tak ingin bertemu dengannya setelah kejadian tadi malam, karena saat ia marah pasti waktu adiknya itu akan terbuang sangat banyak hanya untuk mendengarkan semua perkataannya. Ia tahu semua itu tapi jika ia tak segera memberi pengertian maka semakin sulit untuk mengendalikan semuanya nanti.
"Kenapa? Gue nggak punya banyak waktu buat dengerin semua amarah lo sekarang. Nanti malem aja kita bicara lagi berdua, gue nggak ingin ketinggalam jam pelajaran karena bicara sama lo."ujar Reza dengan perasaan malas, berurusan dengan kakaknya itu sama saja berurusan dengan dosen di tempat kuliahnya, sangat menjengkelkan.
"Kemari sebentar, aku juga tahu kau pasti banyak tugas hari ini jadi aku akan bicara dengan cepat nanti."tutur Zain dengan tatapan mengarah pada adiknya itu, membuat Reza mau tak mau berjalan mendekat sebelum mengambil tempat duduk disamping kakaknya itu.
"Katakan apa yang ingin lo bilang tadi sama gue,"ujar Reza yang tak ingin mendengar basa-basi sedikitpun ataupun hal semacamnya, ia tak ingin merusak paginya dengan mendengarkan semua ocehan kakaknya itu, ia sangat malas untuk itu semua demi apapun.
"Jauhi pemuda itu atau terima dia dengan baik,"ujar Zain dengan cepat seperti yang adiknya itu inginkan, lagi pula bukan hanya Reza yang sibuk karena ia juga sibuk sekarang namun karena ada kewajiban yang harus dirinya lakukan mau tak mau ia melakukan ini semua sebagai kepala rumah tangga di keluarga ini.
"Maksud lo? Jauhin dia? Lo pikir gue yang tergila-gila sama dia sehingga harus ngejauhin dia? Dan apa tadi? Terima dia dengan baik? Gue nggak salah dengerkan? Semalam gue udah bilang sama lo kalau gue nggak akan pernah bisa menerima dia karena dia cuman mainan gue aja. Semua jawaban ini sudah cukup bukan buat lo? Yang ingin ini semua terjadi itu dia, bukan gue karena dia yang mencintai gue bukan gue yang cinta sama dia. Gue punya selera sendiri untuk mencari pasangan, yang jelas bukan kayak dia."
Reza beranjak dari tempat duduknya, membuat Zain langsung mencekal pergelangan tangan adiknya itu cukup kuat sehingga membuat Reza meringis.
"Kau harus belajar bagaimana cara menghargai seseorang! Karena hidup ini tak selalu berputar dengan kemauan kita sendiri karena disini takdir yang melakukan semuanya. Sekuat apapun kamu menghindar jika memang dia orang yang tepat buat kamu, kamu bisa apa? Ingat ini baik-baik, setiap hal yang dilakukan di dunia ini mempunyai resikonya masing-masing yang harus di tanggung, begitupun dengan apa yang kamu lakukan sekarang. Sebagai seorang kakak sekaligus kepala keluarga, aku hanya bisa memberitahu ini semua agar kau tak jatuh terlalu dalam dengan pemikiranmu sendiri."
Setelah mengatakan itu semua, Zain segera beranjak dari sana karena sepertinya niat baiknya ingin berbicara baik-baik itu tak akan bisa karena yang berhadapan dengannya sekarang memiliki ego yang sangat tinggi, bahkan ibunya saja sulit untuk mengubah ego tinggi adiknya itu apa lagi dirinya yang tak terlalu dekat dengan adiknya itu.
****
Reza mengepalkan kedua tangannya saat melihat kakaknya itu pergi. Kenapa setelah ayah mereka pergi, kakaknya itu bersikap seakan-akan peduli dengan hidupnya? Karena sejak dulu mereka tak terlalu dekat, namun sekarang dengan mudahnya kakaknya itu bersikap seakan-akan dia peduli dengan hidupnya.
Ia tak pernah berpikir jika yang dirinya lakukan sekarang itu salah, karena yang memulai ini semua bukan dirinya tapi Ello. Pemuda itu yang mencintainya dengan berani, jadi urusan dia akan sakit hati dengan perlakukannya sekarang ia tak peduli karena selama sebulan mereka berhubungan ia sama sekali tak merasakan perasaan spesial apapun saat bersama dengan pemuda itu.
Ia hanya merasa kasihan jika cinta pemuda itu dulu tak ia tanggapi, pasti Ello akan merasa malu karena begitu banyak para gadis maupun para pemuda yang menyukai dirinya diluar sana, jika ia sampai menolak pemuda itu pasti dia akan merasa malu saat datang di kampus, maka dari itu ia menerima Ello dengan santai karena ingin membantu pemuda itu agar tak mendapatkan masalah di kampus.
Tapi ternyata kebaikannya itu tak berarti sama sekali, karena sekarang dengan terang-terangan kakaknya itu seakan-akan membela Ello yang sama sekali tak dia kenal, sedangkan dirinya yang adiknya sendiri malah di salahkan atas semua yang terjadi sekarang.
Kakaknya itu tak tahu apa-apa tentang dirinya dan juga Ello, tapi dia masih bersikap seakan-akan dia sudah mengenal Ello dengan jelas sampai melakukan ini semua. Kakaknya itu ingin ia membalas cinta yang Ello berikan atau meninggalkan pemuda itu sekarang agar tak terjadi hal yang buruk, ia sama sekali tak mengerti tentang itu semua.
Kakaknya itu memang penuh dengan tanda tanya besar, bersikap seakan-akan dia tahu semua yang terjadi, dan menasehati dirinya seakan-akan kakaknya itu pandai dalam hal cinta anak muda sekarang. Bahkan sampai sekarang ia tak pernah melihat kakaknya itu mempunyai hubungan dengan seseorang, lalu bagaimana ia bisa percaya dan juga mengikuti apa yang kakaknya itu katakan?
Bukankah jika ingin menasehati seseorang kita juga harus mempunyai pengalaman dengan itu semua kan? Tapi kakaknya itu sama sekali tak mempunyai pengalaman apapun tentang percintaan jadi untuk apa ia peduli? Mungkin karena tak pernah jatuh cinta atau di cintai seseorang, membuat kakaknya itu merasa iri kepadanya sehingga melakukan ini semua? Siapa yang tahu tentang itu semua bukan?
Reza tersenyum kecil saat sadar dengan semua yang ada didalam pikirannya sekarang, ia tak perlu terlalu memikirkan apa yang kakaknya itu katakan karena itu hanya sikap iri yang secara tak langsung kakaknya itu tunjukan karena melihat dirinya di cintai seseorang. Ia mengerti dengan semua itu sekarang.
Bersambung..
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Responsibility {TERBIT}
RomanceZain Alucas, terkenal dengan sifat tak tersentuhnya. Ia memiliki seorang adik yang sangat nakal, sehingga membuat seseorang dalam masalah besar karena ulah adiknya itu. Karena kejadian itu semua, ibu Zain memutuskan untuk mengirim adik nya keluar ne...