5

808 110 4
                                    

Baca lebih dulu bisa di Karya Karsa aku ya part-nya sudah lebih banyak, link ada di bio atau bisa dicari username katatiwi. Terima kasih supportnya.

Enjoy!

---

Sudah lima kali sejak dari bangun tidur, Vanka masih berada di dalam toilet untuk mengeluarkan seluruh isi perutnya yahg kini terasa sangat panas. Menekannya dengan kuat tanpa tahu harus melakukan apa.

Pintu kamarnya terbuka. "Honey, are you in there?"

"Yes, mom."

"Is everything okay?"

"Huum. Perutku sedikit sakit."

"Butuh sesuatu?"

Vanka memutar otak. "Aku butuh obat diare. Sepertinya aku salah makan."

Terdengar gasrak grusuk dari luar kamar mandi. Vanka bisa mendengar ibunya menyuruh seseorang untuk segera mencari obat dan membawakannya segera. Dengan tertatih, Vanka lantas mendorong pintu kamar mandi.

Ia keluar lantas membiarkan ibunya mendekat dan memeriksa tubuhnya. Menyentuh pipi dan dahinya berkali-kali.

"Makanan apa yang kamu makan semalam?"

Vanka menggeleng pelan. Tidak ingin menyebutkan adegan ia makan mie di pinggir jalan karena ibunya akan histeris nantinya.

"Kayaknya gak ada aneh. Semua yang dimeja makan juga gak ada yang aneh."

"Apa perut kamu lagi sensitif aja? Mau datang bulan?"

Ditanya begitu membuat Vanka hanya mengedikkan bahu. Biarlah mamanya membuat spekulasi sendiri daripada mengetahui apa yang ia lalukan kemarin.

Ponselnya berdering dari ujung nakas membuat sang ibu bangkit berdiri untuk mengambilnya. Mengernyitkan dahi membaca nama yang tidak ia kenali sebelumnya. Vanka langsung mengulurkan tangan menerimanya, menahan senyum ketika membaca nama yang muncul.

"Bumi siapa?"

Vanka memilih mengabaikan pesan itu. Menaruh ponselnya disamping paha.

"Dosen ekonomi makro."

Dahi Adena langsung berlipat. "Buat apa kirim kamu pesan di hari minggu begini? Kamu ada kelas?"

"Sepertinya ngasih tahu referensi bacaan untuk pertemuan selanjutnya."

"Secara pribadi? Dia tahu kamu?"

Vanka mengangguk. "Ada yang salah?"

Adena langsung salah tingkah. "Aneh saja."

"Aku yang minta, mom. Aku tertarik dengan tesis yang dia bahas. Aku berencana mengambil topik yang sama nantinya."

Wajah Adena langsung sumringah. Terlalu bersemangat hingga tampak berlebihan.

"Oh mama dukung kalo begitu. Kamu bisa bilang butuh apa aja, nanti akan mama siapkan. Kalo kamu butuh akses menemuinya di luar kampus, kita bisa atur--"

"Mom, stop."

Adena kembali terdiam. Bertepatan dengan itu asisten rumah tangga yang biasa mengurus Vanka masuk dengan segelas air dan obat ditangannya.

"Obatnya, bu."

Tangan Adena bergerak cepat. Ia mengambil benda-benda itu dari sang ART lalu mengulurkan pada Vanka yang siap menegaknya langsung.

Setelah selesai minum obat, Adena langsung membantu Vanka untuk berbaring. Menutupi bagian bawah tubuhnya dengan selimut. Mengecup dahi anak bungsunya dengan lembut.

Imperfect Princess [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang