7

730 109 8
                                    

Baca lebih dulu bisa di Karya Karsa aku ya part-nya sudah lebih banyak, link ada di bio atau bisa dicari username katatiwi. Terima kasih supportnya.

Enjoy!

---

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika ia akan melakukan hal semacam ini. Seumur hidup menjadi seorang Devanka Hara Gautama, tidak sekalipun ia merasa bahwa hidupnya akan terasa damai hanya karena duduk di sudut kafe manatap seorang laki-laki yang sibuk kesana kemari melayani pembeli dan membuatkan kopi sesuai pesanan.

Vanka memang sering kabur dari keluarganya, tapi kabur itu hanya dalam artian  ia ingin liburan bebas tanpa pengawasan. Biasanya juga hanya ia lakukan bersama sepupunya atau dengan sahabat. Seumur hidup terkurung menjadi tuan putri dengan segala sesuatu yang sudah tersedia membuat Vanka tidak memiliki banyak teman. Hanya segelintir orang-orang yang itu juga sudah disaring oleh keluarganya.

Ia terbiasa mengikuti apapun titah orang tua, mengambil langkah yang sudah dipilihkan lalu melanggeng maju tanpa hambatan. Tidak pernah ada kesulitan. Semua sudah serba ada. Satu-satunya yang paling menyusahkan adalah dirinya menjadi incaran dimana-mana. Sikap protektif dan posesif seluruh anggota keluarga semata-mata hanya karena dirinya jadi bagian paling rentan dan paling gampang diculik oleh musuh bisnis keluarga.

Tidak terhitung sejak kecil sudah berapa kali ia diculik dan hampir menjadi korban penculikan. Banyak sekali modus, entah pemerasan, penarikan kekuasaan di sebuah perusahaan atau apa saja yang berhubungan dengan uang dan kekayaan.

Pikirannya langsung teralihkan ketika ia mendengar tawa renyah dari seorang laki-laki yang tadi tidak hilang dari matanya. Laki-laki itu tampak ramah menanggapi candaan dua orang perempuan yang menunggu pesanan mereka. Tidak membiarkannya fokus dengan gelas dan kopi yang sedang dituang.

Mata Vanka turun dari wajah penuh senyum itu menuju gelas kopi, perlahan pindah menatap lengan yang tidak begitu kekar namun tampak kuat. Beberapa urat muncul di permukaannya. Lengan yang beberapa waktu lalu memeluk pinggangnya posesif.

Bayangan tubuh mereka berdekatan membuat wajah Vanka memerah malu. Lengan yang tidak melepaskannya sedikitpun hingga mereka sampai ditujuan. Vanka tidak mengerti tujuan laki-laki itu tidak menarik tangannya setelah menyelamatkan Vanka yang hampir jatuh. Tapi Vanka juga tak kuasa untuk menarik diri menjauh dari tubuh yang menjulang tinggi di belakangnya.

Tanpa disangka, Bumi tiba-tiba menoleh ke arahnya. Menatap langsung di manik matanya sebelum sebuah senyum dilemparkan lembut. Vanka mendadak salah tingkah, merasa malu karena ketahuan sudah mengamati laki-laki itu sekian lama.

Untung hanya sesaat, karena Bumi kembali sibuk dengan para pelanggan. Melayani di kasir lalu mundur teratur membuatkan minuman pesanan orang-orang.

Hingga berjam-jam kemudian ketika kafe sudah sepi. Papan tanda tutup sudah menggantung dipintu, kursi-kursi sudah dinaikkan ke atas meja dengan posisi terbalik dan beberapa orang sudah pamit pulang.

Dua gelas yang kotor yang ditandaskan seluruh isinya oleh Vanka sudah dicuci bersih. Gadis itu berdiri canggung didepan kafe menunggu Bumi. Tatapannya menunduk menatapi ujung sepatu.

Hari ini dadanya terasa penuh. Padahal ia tidak melakukan banyak hal tapi Vanka menyukai kegiatannya. Ia hanya duduk menunggu Bumi bekerja, sesekali mengobrol ketika laki-laki itu sedang kosong atau bertukar sapa dengan beberapa barista lain.

Tidak ada obrolan berat, tidak ada tuntutan kesempurnaan tapi Vanka merasa seperti hidup kembali.

"Sudah pukul dua belas malam,"ucap Bumi yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Membuat Vanka kaget lalu menoleh cepat. "Mau langsung pulang? Saya antar kamu kemana?"

Imperfect Princess [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang