14

813 136 20
                                        

---

"Vanka?!"

Suara berat dan tegas itu membuat Vanka menoleh dengan kaget. Ia hampir saja jatuh jika saja lengan Bumi tidak menangkap pinggangnya. Membawa gadis itu kembali berdiri dengan stabil.

Wajah Vanka langsung memerah. Tangannya tanpa sadar mencengkeram lengan Bumi sangat erat hingga membuat laki-laki ikut gusar.

Keduanya baru saja turun dari motor dan melepaskan helm. Bumi sedang membantu Vanka merapikan rambutnya yang beterbangan ketika seorang laki-laki berpakaian formal dengan setelan jas berwarna serba hitam mendekat lalu menyebut nama Vanka dengan nada yang terdengar tidak bersahabat.

Bumi yang merasa Vanka tampak tak nyaman lalu menggeser tubuhnya. Menutupi hampir seluruh pandangan laki-laki itu pada sang gadis. Lantas mengangguk dengan sopan.

"Maaf, siapa?"tanyanya singkat.

Pria dengan rambut yang jatuh menutupi dahi itu menghela napas panjang. Menilai Bumi dari atas sampai bawah, meneliti seluruh benda yang menempel pada laki-laki itu sebelum kembali menatap matanya.

"Bumi Chandrika?"

Baik Bumi ataupun Vanka tampak kaget mendengar pertanyaan itu. Jika Bumi bingung kenapa laki-laki itu mengenal dirinya, Vanka justru bingung untuk hal yang lebih jauh.

"Aku sudah minta untuk berhenti mengikutiku kemana-mana."ucap Vanka dingin namun tegas. Membuat Bumi mengernyitkan dahi sembari melirik gadis itu.

Laki-laki itu lantas mengusap wajahnya lelah. Menghela napa panjang sebelum kembali mengangkat wajah.

"Kita bicarakan ini nanti. Tempat ini gak aman."

Vanka terdengar mendengus. "Memangnya dimana tempat yang aman? Rumah?"

Pertanyaan sarkas itu membuat Bumi tampak lebih terkejut. Baru kali ini ia mendengar nada seperti itu dari Vanka.

"Devanka--"teguran itu membuat Vanka akhirnya menghela napas kasar. Ia melepaskan pegangan Bumi. Ia memegang bahu sang pria sebelum berjinjit. Mengecup pipi kirinya dengan lembut.

"Terima kasih untuk malam ini. Gak akan aku lupain seumur hidup."

Vanka lalu menjauh. Bergerak mendekat pada si laki-laki yang tidak berkomentar apa-apa itu. Membiarkan Bumi berdiri mematung mencerna apa yang baru saja terjadi.

Langkah kaki Vanka semakin menjauh. Diikuti oleh si laki-laki yang sepertinya memang datang untuk menjemput gadis itu. Karena kini keduanya menuju sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan dengan pintu bagian belakangnya sudah terbuka.

Bumi berlari mendekat. Meraih lengan Vanka untuk menatap wajah gadis itu dari dekat. Ia melirik laki-laki yang menungguinya dengan sabar sebelum mengeluarkan kalimat tanya yang sudah berhasil ia temukan.

"Jadi kamu Devanka Gautama?"

Mata Vanka langsung membola. Begitu juga dengan laki-laki yang berdiri di belakang Vanka.

Seolah sudah dipersiapkan. Tubuh Bumi ditarik oleh dua orang berbadan tegap. Menariknya sangat jauh dari Vanka. Sedang gadis itu sudah didorong masuk mobil diikuti oleh sang laki-laki. Pintu langsung tertutup. Mobil itu langsung melaju cepat diikuti oleh mobil di belakangnya.

Tubuh Bumi yang sudah ditekan ke jalanan langsung dilepaskan. Dibiarkan begitu saja karena dua orang yang tadi memeganginya berlari masuk mobil untuk selanjutnya juga menghilang di jalanan.

Bumi perlahan duduk. Menekuk kedua lututnya ke atas menatapi jalanan yang tidak begitu ramai sebelum tertawa. Awalnya berupa dengusan hingga terdengar makin keras.

Imperfect Princess [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang