Mau coba post setiap pagi seperti sebelum-sebelumnya, bisa gak ya?👉👈
Btw, yang mau baca lebih dulu bisa di Karya Karsa aku ya. Link ada di Bio.
Enjoy!
---
Kebingungan menguasai wajah Vanka saat bumi mengulurkannya sebuah sweater yang sangat kebesaran bagi tubuhnya. Tangannya tidak juga terulur membuat Bumi menelengkan kepala.
"Pake ini."
"Kenapa? Kamu keberatan dengan pakaianku?"
Dengan gemas, Bumi menggamit tangan Vanka lalu menjejalkan pakaian tersebut.
"Ini sudah hampir tengah malam."
"Lalu?"
"Kamu mau keliling naik motor, kan?"
Gadis itu mengangguk pelan.
"Terus kenapa pakaiannya begini?"
Wajah Vanka tampak memucat. Ia lalu menunduk menatap kedua kakinya. Tentu saja Bumi akan malu jika mengajaknya. Orang-orang akan menatap aneh pada kaki palsunya.
Seolah paham, Bumi berdecak. Ia mengusap kepala Vanka dengan lembut. Membawa wajah gadis itu mendongak menatapnya.
"Saya gak keberatan sama sekali bawa kamu dengan pakaian seperti ini. Tapi saya keberatan dengan efek setelahnya."
Alis Vanka bertaut, masih tidak mengerti maksud Bumi.
"Kamu bisa masuk angin dan sakit."sebelum Vanka menjawab, Bumi sudah menjawil ujung hidungnya. "Dan ini gak ada hubungannya sama kaki kamu."
Barulah wajah Vanka kembali berwarna. Ia tersenyum sembari menggeleng.
"Gak ada penyakit masuk angin."balasnya ringan.
Namun Bumi lebih keras kepala.
"Pakai atau gak sama sekali?"
Belum pernah Vanka diperlakukan seperti itu sebelumnya. Dan tidak pernah ada yang begitu repot menyuruhnya memakai pakaian yang lebih tertutup.
Pun juga tidak pernah ada yang mengajaknya untuk mengendarai motor ditengah malam.
Jantung Vanka berdebar. Dengan gerakan pelan, ia lalu meloloskan pakaian itu melewati kepala dan memasukkan kedua tangan.
Seperti yang sudah ditebak, pakaian itu sangat kebesaran di tubuh Vanka. Kedua lengannya menghilang. Bagian bawah sweater bahkan lebih panjang dari dress yang ia pakai malam itu.
Bumi menatapnya diam setelah itu. Memandangi kakinya yang terbuka.
"Saya gak punya celana yang bisa kamu pakai. Tapi lumayan."
Wajah Vanka langsung memerah malu. Ia membiarkan Bumi menggenggam tangan kanannya, beranjak keluar dari ruang loker. Berpamitan dengan mengangkat tangan pada beberapa orang yang mereka lalui tanpa berniat mengenalkan Vanka pada siapapun walau mereka menatap padanya ingin tahu.
Ketika sampai di parkiran motor, Bumi membuka bagasi motornya. Mengeluarkan sebuah helm yang kini sudah ditempeli sticker bertuliskan Hara dengan dengan warna biru muda tampak bersinar dibawah cahaya lampu karena warna dasar helm tersebut adalah hitam.
Hati Vanka melambung. Matanya langsung berbinar, ia mendongak menatap pada Bumi yang kini memasangkan benda pelindung keselamatan itu pada kepalanya.
Sadar sedang diperhatikan, Bumi hanya menarik sudut bibirnya. Tidak berniat membalas tatapan sang gadis.
Selanjutnya Bumi menuntun Vanka naik pada jok penumpang terlebih dahulu. Memastikan gadis itu nyaman sebelum ia mengambil jaket yang sedari tadi ia sampirkan di bagian depan motor lantas mengikatnya melingkar di pinggang Vanka. Menarik turun untuk menutupi paha terbuka gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Princess [FIN]
RomansaApa yang paling penting dari sebuah kehidupan? Apa yang paling bermakna dari sebuah pencapaian? Proses. Unsur. Hara. Tidak ada yang jauh lebih penting dari setiap molekul yang membentuk sebuah proses hingga mampu bergerak menjadi kehidupan. Bergerak...