10

732 106 7
                                    

Sebelum mulai, aku mau tanya. Gimana ya caranya biar yang baca bisa ngasih komen masukan atau kritik gitu ya? Kayak apa ya yang kurang dari bab atau cerita ini?

---

Hiruk pikuk suara didalam kepalanya mendadak hilang dalam sekejap. Matanya yang bulat dan jernih bersitatap dengan tatapan tajam yang mampu menenggelamkan itu. Selang beberapa detik, ia langsung mengalihkan wajah. Memilih menunduk dan menatap buku elektronik yang terbuka pada tablet di atas meja.

"Sebagai Dosen mungkin saya tidak bisa maksimal dalam menyampaikan materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Tapi sebagai asisten dosen, saya tetap memberikan kesempatan penuh pada rekan-rekan yang ingin diskusi diluar kelas."

Laki-laki yang berbalut kemeja flanel tersebut melemparkan senyum pada kelas. Mengitari pandangan pada seluruh wajah yang menganggukkan kepala padanya.

"Tadi pagi saya dikirimkan beberapa daftar nama oleh ketua jurusan karena menurut beliau saya mungkin akan cocok jadi pendamping karena topik yang akan dibahas relevan dengan penelitian saya sebelumnya."

Ia lalu membacakan satu persatu nama untuk memastikan mahasiswa yang akan ia bimbing dan menanyakan calon topik yang ingin mereka bahas sebagai tugas akhir di semester tersebut.

Hingga sampai pada satu nama, ia terdiam sebentar untuk membuat suaranya tetap biasa.

"Vanka Hara."

Panggilan itu membuat gadis yang sedari tadi menunduk mau tak mau harus mendongak lalu mengangkat tangannya.

"Saya, Pak."

Vanka bisa melihat laki-laki di depan kelas itu menelan ludah sebelum tersenyum kecil. Lalu mengajukan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.

"Sudah ada rencana topik yang mau dibahas?"

Vanka terdiam sesaat. Ia lalu menganggukkan kepala dengan ragu.

"Saya tertarik untuk membahas soal penyajian laporan keuangan Garuda Indonesia, Pak. Yang sempat ramai beberapa tahun yang lalu."

Melenceng jauh dari topik teman-teman kelasnya yang lain karena mereka merencanakan soal hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi makro seperti soal produksi, investasi ataupun pemerintah, Vanka justru mengambil topik yang sangat spesifik.

"Lebih cocok untuk mata kuliah analisis laporan keuangan atau auditing, ya?"

Mendapat respon seperti itu membuat dahi Vanka berkerut. "Bukannya kita boleh membahas apa saja?"

Laki-laki itu langsung tersenyum. Menganggukkan kepala. "Boleh, tentu saja boleh selagi masih relevan dengan topik yang diambil semester ini. Saya hanya agak bingung dengan daftar yang diberikan ketua jurusan karena topik yang kamu pilih agak berbeda dengan yang lainnya."

Alis Vanka langsung terangkat. "Maksudnya seharusnya saya gak masuk dalam daftar itu?"

Kelas mendadak hening. Vanka tahu bahwa ia kelepasan lalu segera meminta maaf.

"Maaf, Pak Bumi."sesalnya. "Jika memang tidak sesuai, nanti saya akan menghadap ketua jurusan untuk mencari dosen pendamping lain."

Bumi tersenyum sembari menggelengkan kepala. Berkata tidak perlu melakukan itu. Lantas selanjutnya dengan mulus, ia kembali menguasai kelas. Menjelaskan beberapa hal sebelum menyudahi karena memang jadwal perkuliahan telah selesai.

---

Tawa Bumi langsung hilang ketika matanya menemukan sosok Vanka yang bersandar dengan kepala menunduk di dinding samping pintu ruang dosen. Langkahnya sontak memelan.

Imperfect Princess [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang