23

624 99 2
                                    

---

Ketukan di pintu membuat kesadaran menyapa Bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketukan di pintu membuat kesadaran menyapa Bumi. Ia membuka mata perlahan sebelum bibirnya tertarik membentuk senyuman. Wajah Vanka terlihat damai dalam tidurnya. Tiga kali ketukan di pintu tidak mengusik lelap sang gadis.

Bumi yakin sekali ia memejamkan mata belum satu jam, tapi ketukan dipintu membuatnya kembali terbangun. Malam tadi adalah malam paling panjang dalam hidupnya. Tidak pernah ada kejadian yang begitu beruntun dalam satu waktu.

Perlahan ia melepaskan pelukan di tubuh Vanka, menarik tangannya pelan agar tidak membangunkan gadis itu. Namun seperti sadar dengan gerakannya, Vanka ikut terbangun.

"Kemana?"bisik gadis itu parau.

Tangan Bumi terangkat menyampirkan rambut yang menutupi wajah si cantik.

"Ada yang ngetuk pintu. Aku harus lihat."balasnya tak kalah pelan. Mendengar jawaban itu membuat Vanka membuka matanya lebih lebar. Ia mendongak. Mendapati Bumi yang menunduk diatasnya, pada saat itulah kesadaran menyapanya dengan penuh.

Mereka masih berpelukan di atas kasur single di sebuah kamar penginapan bernama Vokes. Tempat yang diarahkan oleh Kavi untuk menjadi tempat  persembunyian mereka sementara waktu.

"Sebentar."

Bumi melepaskan pelukannya. Laki-laki itu bangkit dari kasur menuju pintu kamar. Dari lubang intip yang ada di pintu, Bumi berusaha melihat siapa yang berada di baliknya sekarang. Ia menemukan seseorang dengan pakaian serba hitam dan topi baseball yang menutup hampir seluruh wajahnya.

Ia menoleh pada Vanka, menaruh telunjuk di bibir lantas memberikan kode untuk Vanka kembali telentang. Melihat itu, Vanka langsung menarik kain yang dijadikan selimut untuk menutupi selutuh tubuhnya.

Setelah Vanka tidak terlihat, Bumi lalu menghela napas. Membuka pintu tanpa melepaskan pengaitnya. Tanpa kata, laki-laki bertopi itu mengulurkan sebuah paper bag pada Bumi melalui celah pintu lantas segera berlalu dari sana.

Bumi menelengkan kepala dengan bingung. Ketika ia menunduk, sebuah nampan berisi satu buah piring yang diisi dengan pancake yang masih di wrap dan dua kotak jus kemasan berada di lantai. Bumi lalu membuka pintu lebih lebar, membawa nampan itu masuk sebelum kembali menutup pintu dengan rapat.

Dengan nampan dan paper bag yang ada di tangannya, laki-laki itu kembali ke kasur. Menyibak kain yang menutupi wajah Vanka.

"Sarapan."

Mereka lalu menghabiskan sarapan dalam waktu lima belas menit. Mangkok kotor tersebut sudah ditaruh kembali di depan pintu. Kini Bumi menatap Vanka dengan tatapan menuntut, berusaha menelaah isi kepala gadis itu.

Namun sebelum Bumi mengeluarkan suara, Vanka sudah lebih dulu berkata.

"Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi."ucapnya tegas. Mata gadis itu bahkan tampak berbeda dari hari-hari yang biasa Bumi lihat.

Imperfect Princess [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang