Baca lebih dulu bisa di Karya Karsa aku, ya. Link di bio atau boleh cari aja katatiwi.
Enjoy!
---
"Kamu baik-baik saja?"
Bumi mengernyitkan dahi menatap gadis yang duduk di halte bis. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Dari caranya berpakaian, gadis itu tampak seperti salah satu mahasiswanya.
"Oh gak apa-apa, pak."
Bumi mengangguk. Lalu mengambil tempat di sebelahnya.
"Mahasiswa disini?"tanyanya basa-basi. Sang gadis mengangguk. Menatap ujung sepatunya yang kotor.
"Kok belum pulang? Nungguin jemputan?"
Sang gadis kembali mengangguk. Membuat Bumi akhirnya mengeluarkan dua buah roti dari dalam tasnya. Mengulurkan salah satu pada sang gadis.
Dikasih tiba-tiba seperti itu membuat gadis itu mengernyitkan dahi. Membuat Bumi menggamit tangannya lantas menaruh roti itu dalam genggamannya.
"Ini roti produksi rumahan. Cuman beda tiga rumah dari tempat saya tinggal. Yang bikin ibu-ibu anak dua. Ditinggal suaminya kawin lagi. Tapi dia lebih memilih jadi single parents."
Cerita itu mengalir begitu saja dari mulut bumi. Ia lalu membuka bungkus roti yang ada dalam genggamannya, mengigitnya setengah sebelum dikunyah dengan pelan. Kepalanya mendongak menatap langit malam.
Gadis disampingnya tetap bergeming, menatap nanar pada bungkus roti lecek ditangannya.
"Dulu waktu masih kuliah, saya suka bawa dan jualin ke temen-temen. Lumayan membantu kalo pada gak sempat sarapan sebelum kelas. Kalo beruntung suka ada yang beli tiga tapi bayarnya empat tanpa minta kembalian. Kalo lagi apes malah yang makan tiga ngakunya dua."selorohnya.
Tiba-tiba sebuah bus berhenti di hadapan mereka. Bumi bangkit berdiri. Meremas bekas bungkus roti yang sudah habis ia lahap untuk dimasukkan dalam kantong celananya.
"Saya duluan. Hati-hati ya pulangnya."
Hingga Bumi menghilang serta bus yang melaju bergabung dengan kendaraan lain, gadis itu masih bergeming. Menatap nanar pada bungkus roti yang berada dalam genggamannya.
---
"Gimana hari ini, sayang?"
Kepalanya menoleh mendengar pertanyaan itu. Ia mengangguk pelan.
"Good."
"Dosen-dosennya menyenangkan?"
"Lumayan."
"Teman-temannya? Ada yang gak kamu suka? Atau ada yang kelihatan mencurigakan?"
"Dad--"ucapnya jengah. Membuat pria yang duduk di kepala meja jadi salah tingkah. Ia berdehem sebelum meneguk kopinya.
Dejayant Gautama diseggol pelan oleh istrinya, Adena. Memperingatkan lewat mata.
"Aku tahu para bodyguard itu masih berkeliaran di sekitar aku. Jangan pikir aku gak tahu apa yang kalian lakuin."ucapnya dingin. Jayant dan Adena lalu saling tatap sebelum menatap pada anak bungsunya dengan lembut. Penuh penyesalan.
"Sweetheart, we just don't want anything bad to happen to you."
"Bad?!"
Adena kembali menyenggol suaminya. Lalu meraih jemari gadis cantik itu dan menggenggamnya lembut.
"Devanka Hara, maaf jika kesannya kami terlalu protektif. Kami melakukan semua ini semata-mata untuk keselamatan kamu, nak."
Vanka tertawa. "Keselamatan aku atau rasa bersalah kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Princess [FIN]
Storie d'amoreApa yang paling penting dari sebuah kehidupan? Apa yang paling bermakna dari sebuah pencapaian? Proses. Unsur. Hara. Tidak ada yang jauh lebih penting dari setiap molekul yang membentuk sebuah proses hingga mampu bergerak menjadi kehidupan. Bergerak...