Gimana ya caranya biar banyak yang komen. Aku sekarang lagi seneng banget bacain komen-komen, kemaren aku abis baca ulang 'Suit & Sneakers' dan candu banget bacain komen2 lucu dan misuh sama main character-nya.
Semoga kamu suka,
Enjoy!
---
Vokes ternyata sebuah penginapan yang berada di pinggiran kota. Tidak banyak mobil dan motor yang terparkir di depannya. Salah satu lampu di huruf Vokes bagian depan bahkan mati sehingga yang bisa terbaca hanyalah Voks.
Bumi menoleh pada Vanka yang tampak masih shock atas kejadian yang terjadi dua jam yang lalu. Mata gadis itu masih menyala terang hanya saja jiwanya seperti tertinggal di tempat lain.
"Kamu tahu tempat ini?"
Vanka tampak terkejut tiba-tiba diajak bicara, namun ia menggeleng pelan. Mendongak pada bangunan yang lebih mirip ruko lantai empat dibandingkan penginapan.
"Ayo masuk."ajakan Bumi membuatnya kembali melangkah. Apalagi ketika jemari besar laki-laki itu melingkupi tangan kirinya. Membuat Vanka mau tak mau ikut masuk ke dalam bangunan tersebut walaupun kepalanya masih di penuhi tanda tanya.
Di resepsionis depan, Bumi menunjukkan kunci yang ia miliki membuat wanita dengan wajah tegas itu menatapnya dengan tatapan menyelidik. Ia lalu keluar dari mejanya, mendekat pada mereka sebelum berkata dingin.
"Angkat tangan."
Bumi mengangkat kedua tangannya di udara, lalu membiarkan wanita itu menyentuh setiap sisi tubuhnya sebelum mengedikkan kepala pertanda menyuruhnya bergeser. Lalu ketika berhadapan pada Vanka yang juga telah mengangkat tangan, wanita itu terdiam sesaat. Tatapannya turun sebelum berjongkok di hadapan Vanka. Dengan ibu jari dan telunjuknya, wanita itu mengambil benda hitam yang berada di pergelangan kaki Vanka lalu mengancurkan dengan cara diinjak.
"Clean!"
Bumi dan Vanka lalu diarahkan ke sebuah ruangan tepat di samping resepionis. Tidak besar. Hanya seukuran kamar Bumi di rumahnya, namun cukup bersih dan rapi dengan kasur, meja serta kursi yang ada disana. Ada sebuah televisi kecil yang menggantung di dinding samping kasur dan nakas yang di bawahnya ada sebuah kulkas mini.
Tanpa suara, wanita tadi langsung balik badan. Menggantungkan kunci di bagian belakang pintu lalu keluar dari sana. Ia menoleh sekali lagi pada Vanka sebelum berhenti di Bumi.
"Kunci. Double lock."
Selepas wanita tadi hilang di balik pintu, Bumi langsung mengunci pintu. Memasang double lock seperti arahannya. Lalu menghela napas panjang menatap ke tengah ruangan.
"Ada kamar mandi. Kamu mau mandi dulu?"
Pertanyaan Bumi tidak disahuti oleh Vanka, perempuan itu tampak masih berjibaku dengan pikirannya sendiri. Hingga ketika Bumi berdiri di hadapannya, Vanka tampak kembali terkejut. Mata gadis itu tampak begitu takut hingga membuat jantung Bumi serasa diremas. Apalagi setelah itu tubuhnya kembali bergetar hebat.
Bumi langsung membawa Vanka ke dalam pelukannya, membisikkan kalimat maaf berulang kali.
"I'm sorry, Vanka. Maaf sudah tidak mempercayai keluarga kamu."
Mendengar hal itu membuat Vanka langsung menangis. Justru rasa percaya itu kini terkikis dari dalam dirinya. Keberadaan laki-laki yang tadi muncul sebelum mendorong mereka jatuh dari gedung membuat Vanka mulai mempertanyakan keluarganya sendiri.
"Laki-laki tadi--"ia menarik napas sebelum melanjutkan."--Dekavi Gautama."bisiknya.
Bisikan itu membuat Bumi melepaskan pelukan, ia menatap Vanka tidak percaya. Semakin banyak pertanyaan yang ada dalam kepalanya saat ini. Bumi yakin sekali bahwa Kavi mendorong dirinya dan Vanka untuk bisa lepas dan kembali kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Princess [FIN]
RomanceApa yang paling penting dari sebuah kehidupan? Apa yang paling bermakna dari sebuah pencapaian? Proses. Unsur. Hara. Tidak ada yang jauh lebih penting dari setiap molekul yang membentuk sebuah proses hingga mampu bergerak menjadi kehidupan. Bergerak...