Pagi-pagi Gasha sudah bersiap untuk bekerja hari pertama di kantor papanya. Dulu memang Gasha bersikeras untuk menolak menjadi CEO untuk menggantikan papanya. Namun, sekarang ini Gasha berubah pikiran. Semakin ia dewasa semakin sadar bahwa ia memang seharusnya bertanggung jawab untuk mengelola perusahaan milik papanya itu. Siapa lagi kalau bukan dirinya.
Setelah siap, ia langsung bergegas untuk menemui Dista. Sejak semalam ia sulit tidur karena memikirkan kata-kata yang diucapkan Dista di memory card tersebut. Jujur, ia takut kehilangan wanitanya.
"Dista... Dista...Dista..." Gasha memanggil Dista sembari mengetuk pintu.
"Ada apa Ga? Pagi-pagi banget udah kesini?" Tanya Dista begitu membuka pintu. Tanpa menjawab pertanyaan Dista, Gasha langsung saja memeluk Dista dengan erat sambil menangis. Dista pun bingung dengan perlakuan Gasha yang tiba-tiba.
"Kenapa hey?" Gasha masih tidak menjawab dan terus terisak.
"Sini-sini duduk dulu." Dista menuntun Gasha untuk masuk kedalam.
"Kenapa sayang hm?" Tanya Dista lagi sambil mengusap pipi Gasha, mengusap air mata yang mengalir.
"Aku takut kehilangan kamu, Ta. Kamu harus bertahan ya. Jangan tinggalin aku sendirian."
"Sayang, aku nggak kemana-mana, aku akan selalu disini sama kamu."
"Tapi kenapa kata-kata kamu di memory card itu seakan-akan kamu mau ninggalin aku?"
"Maksud aku nggak gitu Ga. Karena kamu, aku justru lebih semangat buat bertahan. Sampai kapanpun aku nggak akan nyerah dan kalah sama penyakit aku ini. Aku kasih kamu memory card itu biar bisa kita isi bareng-bareng dan bisa jadi kenangan sampai kita tua nanti."
"Ta, kamu bilang misal kamu udah nggak ada, kamu suruh aku hidup bahagia dan temuin pasangan baru, jujur aku nggak bisa Dista. Aku mau kamu jadi yang pertama dan terakhir buat aku. Aku nggak tau gimana jadinya hidup aku kalo kamu bener-bener udah nggak ada. Jadi kamu harus janji jangan tinggalin aku, oke?!"
"Iyaaa aku janji dan semoga takdir Tuhan juga merestui. Udah jangan nangis lagi yaa. Hari ini hari pertama kamu masuk kerja, udah ganteng & rapi masak matanya sembab gini. Sekarang kamu cuci muka gih, aku siapin sarapan buat kamu dulu." Gasha pun mengangguk kemudian bergegas untuk cuci muka.
================================
Hari demi hari pun berlalu. Gasha sekarang menjadi begitu sibuk. Selain bekerja di perusahaan papanya, Gasha juga mengambil semua job nge-band baik di kampus maupun diluar kampus. Jadi ia harus bisa membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Tidak lupa juga Gasha menyisihkan waktunya untuk bertemu Dista. Awalnya memang berat bagi Gasha untuk melakukan rutinitas barunya itu. Namun, lama-kelamaan ia jadi terbiasa. Meskipun begitu, terkadang ia juga merasa stress dengan tekanan pekerjaan. Contohnya seperti hari ini, sehabis kelas ia dikabari bahwa klien yang ia pegang menolak untuk bekerja sama dengan perusahaannya. Gasha pun sedikit galau karena hal tersebut. Ia terduduk lesu di taman fakultas sambil memikirkan strategi agar kliennya itu mau bekerja sama, mengingat kerjasama tersebut cukup krusial bagi perusahaan. Saat sedang berfikir, Gasha dikejutkan dengan minuman dingin yang ditempelkan di pipinya. Ternyata yang menempelkan minuman tersebut adalah Dista.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You (Park Gunwook x Pharita)✔️
FanfictionBertemu kamu adalah takdir terindah dalam hidupku Visualisasi Park Gunwook as Gasha Pharita as Dista