Malam setelah pulang dari panti asuhan, Gasha sama sekali tidak bisa tidur. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Besok dia akan menyatakan perasaannya kepada Dista. Namun dia takut jika Dista benar-benar tidak datang. Mau sampai kapan lagi dia harus menunggu. Apalagi kemungkinan Dista menolak cintanya juga besar. Gasha harap semuanya bisa berjalan dengan baik besok.
Ternyata jatuh cinta itu begini ya. Gasha rasanya hampir gila terus memikirkan Dista 24/7. Kenapa gadis itu malah menjauh saat Gasha menyadari perasaannya. Padahal Gasha ingin Dista selalu ada disisinya. Semua tentang Dista hanyalah hal-hal positif yang membuat Gasha semakin jatuh cinta setiap harinya.
================================
Keesokan harinya, dari pagi Gasha sudah repot menyusun kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya. Dia juga menyiapkan satu buket bunga dan kalung yang pernah dia belikan untuk Dista. Gasha ingin momen malam ini bisa memperbaiki hubungannya dengan Dista dan yang terpenting adalah Dista bisa mengetahui perasaannya yang sesungguhnya.Jam setengah 7 malam, Gasha sudah sampai di cafe tempat dia janjian dengan Dista. Dengan sabar dia menunggu Dista datang. Sekarang waktu sudah menunjukkan jam 8 malam tapi Dista tidak kunjung datang juga.
Disisi lain, Dista yang masih berada di panti asuhan terlihat gelisah. Dari tadi dia mondar-mandir sambil memikirkan sesuatu sampai membuat Bu Nina heran.
"Kamu tuh kenapa sih nduk? Dari tadi mondar-mandir, ibu pusing lihatnya."
"Bu, Dista boleh minta tolong nggak?"
"Minta tolong apa?"
"Tolong hubungin Gasha, bilang kalo Dista nggak bisa dateng. Jadi dia suruh pulang aja biar nggak nungguin aku."
"Ck...ck...ck... Ibu tuh heran sama kamu. Kalo emang kamu khawatir mbok ya ditemuin aja to nduk. Dari kemarin mas Gasha tuh udah nungguin kamu berjam-jam, masa iya hari ini lagi-lagi kamu nggak mau menemui dia. Apalagi ibu lihat mas Gasha bener-bener pengen ketemu kamu lho nduk. Kemarin aja dia kelihatan sedih banget waktu kamu nggak mau menemui dia." Bu Nina geleng-geleng kepala melihat sikap salah satu anak asuhnya itu. Padahal beliau tau betul bahwa Dista sebenarnya juga ingin menemui Gasha, tapi Dista terus saja mengelak.
"Bu, Dista bener-bener nggak bisa nemuin Gasha sekarang. Jadi tolong banget Bu, bantuin Dista hubungin Gasha ya. Nomernya Dista kirim ke ibu."
"Yasudah ibu bantu. Lagian kenapa nggak kamu hubungin sendiri sih?"
"Gapapa ibu aja, ntar kalo aku hubungin sendiri pasti Gasha ngeyel biar aku dateng."
"Sekali ini aja ibu bantu kamu ya. Kalo ada masalah harus segera diselesaikan. Jangan seperti ini terus."
"Iya Bu, makasih banyak ya."
================================
Waktu menunjukkan jam setengah 9 sekarang. Gasha semakin gelisah. Apakah Dista benar-benar tidak akan datang menemuinya? Sedang berkutat dengan pemikirannya, tiba-tiba ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal."Halo, selamat malam." Sapa Gasha saat mengangkat panggilan tersebut.
"Malam, ini benar nomernya mas Gasha kan? Ini Bu Nina mas."
"Oalah Bu Nina, iya benar ini Gasha Bu. Ada apa ya Bu?"
"Begini mas Gasha, ibu mau menyampaikan pesan dari Dista. Katanya dia nggak bisa datang. Dia minta mas Gasha tidak usah menunggunya dan lebih baik pulang saja." Mendengar hal tersebut membuat Gasha sangat sedih. Ia takut tidak punya kesempatan lagi untuk menemui Dista.
"Bu, Gasha mohon tolong sampaikan ke Dista kalau saya akan tetap menunggu dia sampai datang. Ada hal penting yang harus saya sampaikan ke dia. Saya mohon Bu." Jawab Gasha dengan suara bergetar karena menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You (Park Gunwook x Pharita)✔️
FanficBertemu kamu adalah takdir terindah dalam hidupku Visualisasi Park Gunwook as Gasha Pharita as Dista