Gasha pulang dari rumah orang tuanya saat hari sudah gelap. Bukannya langsung kembali ke rumah, Gasha malah datang terlebih dahulu ke kontrakan Dista.
Tok...tok...tok...
"Dista... permisi...kamu ada di dalem nggak?" Gasha mencoba untuk mengetuk pintu kontrakan Dista. Siapa tau dia sudah di rumah. Tidak lama kemudian Dista akhirnya keluar dengan muka pucat dan mata sembab.
"Ada apa Ga? Tumben jam segini baru pulang kampus?" Tanya Dista begitu melihat Gasha yang masih membawa tas dan beberapa buku yang menandakan dia baru pulang dari kampus.
"Iyaa, aku mampir dulu ke rumah tadi. Akhirnya aku sama papa udah baikan. Jadi selama ini aku yang salah paham. Makasih banget ya Ta, ini semua berkat kamu yang udah ngeyakinin aku buat coba dengerin penjelasan dari papa."
"Syukurlah, aku ikut seneng dengernya. Semoga kedepannya nggak ada kesalahpahaman lagi kayak gini ya." Ucap Dista sembari tersenyum hangat.
"Eh bentar, jadi lupa kan. Aku kesini tuh mau tanya, seharian ini kamu dimana? Tadi pagi nggak ke rumah, di kampus juga nggak ada. Pas pagi aku samperin ke sini kamu nggak ada. Aku hubungin juga nggak bisa, kamu kemana aja? Aku khawatir tau nggak. Dan kamu kenapa pucet gini, terus matanya sembab? Abis nangis ya?" Dista langsung dibombardir banyak pertanyaan dari Gasha yang memang sudah sangat khawatir dari tadi.
"Ga maafin aku ya, tadi emang nggak bisa ke rumah kamu buat bikin sarapan karena aku nggak enak badan. Aku juga lupa banget nggak hubungin kamu. Terus tadi pagi pas kamu ke sini mungkin pas aku lagi ke dokter, jadi emang aku nggak ada dikontrakan. Terus mataku sembab karena kebanyakan tidur seharian, jadinya kayak gini."
"Kamu sakit apa? Kenapa nggak bilang ke aku coba? Kan aku bisa anterin buat periksa."
"Gapapa cuma masuk angin aja kok. Gara-gara kemarin kehujanan waktu abis ngajar privat. Lagian aku nggak mau ngerepotin kamu Ga, aku masih bisa pergi sendiri."
"Kamu tuh nggak usah sungkan buat minta tolong ke aku. Lagi sakit malah maksain buat pergi sendiri, kalo dijalan ada apa-apa gimana coba? Terus kemarin kan aku udah nawarin kamu buat aku jemput, tapi kamu malah nolak dan berakhir kehujanan. Pliss Ta, kamu jangan selalu nolak bantuan aku. Aku sama sekali nggak merasa direpotin kok."
"Udah Ga, sekarang nyatanya aku gapapa kan. Kamu nggak usah berlebihan gitu deh."
"Apa? Berlebihan kamu bilang? Aku tuh khawatir banget sama kamu Ta. Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Kamu nggak tau seberapa khawatirnya aku ketika nggak dapet kabar dari kamu seharian dan kamu bilang aku berlebihan kayak gini? Terserah kamu Ta, aku capek ngomong sama kamu." Gasha tidak habis pikir dengan tanggapan dari Dista.
"Yaudah, kalo kamu capek mending sekarang kamu pulang aja, istirahat sana. Aku juga mau istirahat. Aku masuk dulu ya Ga. Selamat istirahat." Tanpa menunggu balasan dari Gasha, Dista langsung masuk ke dalam kontrakan.
"Dista tunggu, aku belum kelar ngomongnya." Gasha mencoba menahan Dista tapi terlambat karena Dista sudah menutup pintu.
Dengan lemas, Gasha pun akhirnya pulang ke rumah. Seharian dia khawatir dan kangen sama Dista, namun respon Dista malah seperti ini. Gasha sedikit kesal, tapi dia mana bisa marah sama Dista. Huft gadis satu ini memang sudah di tebak.
================================
Seperti rutinitas di pagi hari biasanya, Dista ke rumah Gasha untuk membangunkan Gasha dan memasakkan sarapan."Ta, kalo masih sakit nggak usah dipaksain buat aktivitas. Kamu istirahat aja ya, biar aku beliin sarapan. Abis itu minum obat."
"Aku gapapa Ga."
"Tapi ini kamu masih pucet banget Ta. Kamu masih kelihatan lemes banget gitu."
"Harus berapa kali aku bilang kalo aku baik-baik aja Gasha. Yang ngerasain sakit atau nggak itu aku sendiri. Dan sekarang aku udah gapapa. Jadi stop khawatir nggak jelas kayak gitu." Haduh, Gasha salah ngomong. Dista keknya marah karena Gasha yang terlalu khawatirin dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You (Park Gunwook x Pharita)✔️
FanficBertemu kamu adalah takdir terindah dalam hidupku Visualisasi Park Gunwook as Gasha Pharita as Dista