Gasha sangat panik begitu melihat Dista pingsan. Sontak dia langsung menggendong Dista menuju ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit. Diperjalanan Gasha terus berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan Dista. Sesampainya di rumah sakit, Dista langsung mendapatkan perawatan dari dokter.
Gasha menunggu diluar dengan gelisah. Ia tidak bisa duduk tenang. Beberapa menit kemudian, dokter yang memeriksa Dista keluar.
"Untuk keluarga dari pasien atas nama Dista Arunika, bisa ikut ke ruangan saya sebentar."
"Baik dok, saya keluarganya."
Gasha pun mengikuti dokter tersebut keruangannya.
"Dok, gimana keadaan Dista? Dia nggak apa-apa kan?" Gasha langsung bertanya kepada dokter begitu dipersilahkan duduk.
"Pasien mengidap penyakit gagal jantung. Namun kondisi sekarang sudah cukup stabil."
"Apa, gagal jantung dok? Apa ada kemungkinan untuk sembuh?" Gasha langsung lemas begitu mendengar penjelasan dari dokter.
"Tentu saja ada jika diberikan penangan yang tepat. Jaga pola hidup dan minum obat teratur bisa membantu proses penyembuhan. Pasien juga tidak boleh terlalu kelelahan. Jika jantung sudah tidak bisa bekerja dengan baik, maka diperlukan tindakan donor jantung. Namun kita juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa resiko penyakit ini adalah kematian."
"Untuk prosedur donor jantung sendiri seperti apa dok?"
"Donor jantung sendiri sebenarnya agak sulit karena kita harus mencari jantung yang cocok untuk pasien dari jantung orang yang baru meninggal. Dan itu harus dilakukan secara cepat karena jika sudah berlalu beberapa jam setelah pendonor meninggal, maka jantung tidak bisa berfungsi lagi. Namun semua itu tentunya bisa diusahakan. Dan untuk sementara ini pasien belum memerlukan donor jantung, tetapi harus check up secara rutin."
"Baik dok, terima kasih banyak atas informasinya. Mohon bantuannya untuk membantu kesembuhan Dista."
"Tentu saja saya akan berusaha semaksimal mungkin."
"Kalo begitu saya permisi dulu dok."
"Baik, silahkan."
Setelah keluar dari ruangan dokter, Gasha berjalan dengan gontai menuju ruang tempat Dista dirawat. Dia benar-benar terpukul dengan fakta ini. Dengan pelan, Gasha membuka pintu. Hatinya semakin sakit ketika melihat gadis yang dicintainya terbaring lemah dengan alat-alat kesehatan melekat ditubuhnya. Air matanya yang berusaha ditahan sejak tadi pun akhirnya pecah juga. Gasha berjalan mendekati Dista kemudian duduk disamping ranjangnya. Gasha meraih tangan Dista dan menggenggamnya lembut kemudian mengecupnya berkali-kali untuk menyalurkan kekuatan agar Dista tetap bisa bertahan. Gasha terus merapalkan doa untuk Dista, hingga akhirnya Gasha pun terlelap tanpa melepaskan genggaman tangannya sedetikpun.
================================
Pagi telah tiba dan Gasha sudah terbangun sedari tadi. Dista masih belum sadarkan diri juga sampai saat ini. Sedangkan Gasha masih menjaga Dista dengan sabar. Gasha terus memperhatikan wajah Dista yang bahkan saat sakit pun masih terlihat sangat cantik dan bersahaja. Tangan Gasha masih senantiasa menggenggam tangan Dista. Namun tidak lama kemudian, Gasha dikejutkan dengan sedikit pergerakan dari tangan Dista. Hingga pada akhirnya perlahan-lahan Dista mulai membuka matanya.
"Dista, syukurlah kamu udah sadar."
Dista yang melihat Gasha langsung berusaha berdiri dan melepas selang infus meskipun dia masih lemah.
"Kamu mau kemana Ta? Gaboleh kemana-mana, kamu masih perlu dapet perawatan." Gasha menahan kedua bahu Dista agar dia tidak pergi. Dista yang kalah tenaga akhirnya terduduk lagi di atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You (Park Gunwook x Pharita)✔️
FanfictionBertemu kamu adalah takdir terindah dalam hidupku Visualisasi Park Gunwook as Gasha Pharita as Dista