SBAM. BAB 16

18.2K 983 16
                                    

Happy reading

~~~~

Mau bagaimanapun, Silvia adalah seorang wanita. Diperlakukan seperti itu oleh seorang pria merupakan hal aneh untuknya, apalagi ini adalah kali pertamanya mendapatkan perlakuan seperti itu.

Di kehidupan sebelumnya, saat ia menjadi Michael ia tak pernah memiliki hubungan dengan siapapun. 28 tahun ia lalui dengan kesendirian karena ia tidak tertarik untuk menikah dan memilih mengurusi perusahaan keluarga yang hampir bangkrut, saat itu.

Perlakuan Xavier membuatnya merasakan hal baru yang tak pernah ia rasakan.

"Nda" Bian mengguncangkan lengan Silvia, dan hal itu berhasil membuat lamunan Silvia buyar.

"Hm, apa sayang? " Tersadar dari lamunannya, Silvia langsung membawa Bian kedalam gendongan nya.

"Ndaa ian lapall" Bian merengek sambil menepuk nepuk perutnya.

Silvia yang melihat itu terkekeh gemas, ia bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur untuk membuat makanan.

Hari ini weekend, Silvia meliburkan semua maid, karena itulah ia harus membuat makanan sendiri.

"ian mau makan apa? " Silvia membuka lemari es dan melihat apa saja bahan dapur yang ada.

"Eumm, apa aja deh" Bian menjawab, Silvia yang mendengar itu mengangguk mengerti, setelah itu ia mendudukkan Bian di kursi.

Silvia mengambil beberapa bahan makanan, ia akan membuat nasi goreng udang untuk sarapan hari ini.

Beberapa saat kemudian, Silvia telah selesai memasak. Ia kemudian menyajikan nasi goreng nya.

"Sudah siap, ayo makan" Silvia berseru, ia menyajikan nasi goreng nya ke piring ian, Ian menatap nasi goreng nya dengan berbinar.

"Suapin ndaa~" Bian menatap silvia dengan mata yang berbinar, Silvia menggeram gemas lalu mencubit pipi tembem Bian.

"Apapun untukmu" Silvia mendudukkan dirinya di kursi samping Bian.

Silvia mengambil piring ian dan mulai menyuapi Bian, Bian menerima suapan nya dengan lahap.

"Enak? " Silvia tersenyum tipis melihat Bian yang makan dengan lahap, Bian mengangguk sambil mengunyah makanannya.

Uhuk uhuk

Bian tersedak, matanya berkaca kaca, Silvia dengan sigap mengambil gelas dan menuangkan air lalu membantu Bian minum.

"Pelan pelan" Silvia bergumam kecil saat melihat Bian yang meminum air dengan rakus.

Setelah nya, Silvia kembali menyuapi Bian.

"Nda" Bian memanggil, Silvia menoleh dan terkejut melihat tangan Bian yang dipenuhi oleh ruam kemerahan.

"Ada apa? Kenapa bisa seperti ini? " Silvia mengambil kedua tangan Bian untuk dilihatnya.

"Gatel nda"Bian menggaruk tangannya, matanya berkaca kaca. Silvia mengambil bian kedalam gendongannya.

" hiks, gatel ndaa" Bian mulai menangis karena frustasi dengan gatalnya.

"Ian alergi udang? " Silvia bertanya, Bian menggeleng.

"Ian tidak tahu, hiks gatel nda~" Silvia kelabakan, ia berdiri dan berjalan cepat keluar dari ruang makan.

Silvia melihat sekitar, untungnya ada beberapa bodyguard yang berjaga.

"Cepat panggil dokter! " Silvia berteriak membuat beberapa bodyguard itu terlonjak kaget.

Silvia meniki tangga untuk pergi ke kamar nya, Saking paniknya, Silvia sampai melupakan fungsi lift.

Setelah sampai di kamarnya, Silvia mendudukkan dirinya di ranjang dan membaringkan bian.

Bian masih menangis, ia menggaruki tangannya yang gatal. Suhu tubuhnya juga naik.

Silvia benar benar tidak tahu jika Bian memiliki alergi.

"Hiks hiks, gatel " Bian masih menggaruki tangannya, Silvia yang melihat itu, menahan tangan bian agar tidak menggaruki tangannya.

"Jangan di garuk terus, nanti tangan ian sakit" Silvia mengusap usap tangan bian dengan lembut, bian masih menangis, hanya saja tangisannya pelan.

Tok tok tok

"Masuk"

"Nyonya, dokternya sudah datang" Seorang bodyguard membuka kamarnya dan memperlihatkan seorang dokter yang berada di belakangnya.

"Ya, tolong periksa bian" Silvia beranjak dari duduknya dan menatap dokter itu.

Dokter itu adalah dokter keluarga Jackson. Dokter Haris.

Dokter Haris mengangguk dan mulai memeriksa Bian, sedangkan Silvia hanya melihat apa yang dilakukan dokter itu kepada Bian.

"Bagaimana? " Melihat dokter Haris telah selesai memeriksa Bian, Silvia pun bertanya.

"Sepertinya alergi tuan muda kambuh, apakah tuan muda baru saja memakan udang? " Dokter Haris bertanya, ia menatap Silvia.

"Hm, baru saja" Silvia mengangguk kecil, ia merasa bersalah karena tak mengetahui hal seperti ini.

"Saya akan memberikan resep obat nya, untung saja tidak ada hal serius. Saya harap hal seperti ini tidak terjadi lagi? " Dokter Haris mulai menulis resep obat dan menyerahkannya padanya, Silvia mengalihkan pandangannya pada bodyguard dan menyerahkan kertas itu padanya.

Bodyguard yang paham apa maksud dari Nyonya nya pun mengangguk mengerti dan pergi.

"Saya pastikan itu tidak akan terulang kembali"Silvia membalas perkataan dokter Haris, Dokter itu mengangguk mengerti dan memberikan senyuman tipis nya.

" jika tidak ada yang di perlukan, saya permisi" Silvia mengangguk menanggapi perkataan dokter Haris, setelah melihat dokter itu keluar, Silvia menutup pintu kamarnya.

Silvia mendudukkan dirinya di samping Bian yang tertidur, ia mengusap puncak kepala Bian.

"Maafkan bunda" Silvia bergumam pelan, ia benar-benar merasa bersalah. Karena kecerobohannya, Bian jadi seperti ini.

"Maaf"

~~~~

Siang hari menjelang, Silvia sibuk berkutat dengan pekerjaannya di ruang kerja nya.

Seharusnya ia libur karena ini adalah hari minggu, tapi karena ia kemarin hanyaenyelesaikan setengah pekerjaannya, jadilah ia mengerjakannya sekarang.

Dor dor dor

Silvia tersentak kaget ketika pintu ruang kerjanya di gedor oleh seseorang, lantas ia berdiri dan berjalan menghampiri pintu.

Ceklek

"Hiks, ndaaa kemana saja hiks ian mencali bunda" sesaat setelah pintu terbuka, Silvia kembali tersentak saat kakinya di peluk oleh buntalan kecil yang tengah menangis.

"Astaga ian, kenapa hm? Apa ian sudah mendingan? " Silvia mengangkat tubuh ian dan menggendongnya.

"Hiks ian mencali bunda, tapi bunda tidak ada hiks" Bian memeluk erat tubuh Silvia, ruam merah di tubuhnya tidak sebanyak tadi tapi sekarang suhu tubuhnya lebih tinggi.

"Badan mu panas" Silvia meletakkan punggung tangannya di dahi ian, Silvia menghela nafas lalu kembali menarik tangannya.

Silvia berbalik dan duduk di kursi nya dengan bian yang berada di pangkuannya.

Ia menepuk nepuk punggung ian untuk meredakan tangisannya.

"Ian sudah minum obat? " Silvia bertanya yang dibalas gelengan oleh bian.

"Minum obat dulu, ya? "Silvia ingin beranjak, tapi bian kembali merengek.

Silvia menghela nafas dan kembali duduk.

Bersambung

Mlkchz
240923

917kata

Suddenly Became A Mother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang