SBAM. BAB 15

19.4K 1.1K 14
                                    

Minimal vote 🗿

Happy reading

Malam hari telah tiba, Silvia menutup pintu mobilnya lalu berjalan memasuki mansion dengan Bian yang tertidur di dalam gendongannya.

Ia menidurkan Bian di kamarnya, setelah itu silvia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah beberapa saat, Silvia keluar dengan wajah yang lebih segar.

Ia berjalan menuju ranjang, berbaring di samping bian dan memeluknya.

Pagi telah menjelang, Silvia saat ini telah siap dengan setelan kantor nya. Ia menyemprotkan parfum lalu setelahnya berbalik menghampiri bian yang duduk anteng menunggunya.

Seperti biasa, Silvia menggendong Bian lalu berjalan keluar kamar.

"Nda, ian kapan sekolah? Dion katanya udah mau sekolah." Bian mendongakkan kepalanya untuk menatap Silvia, Silvia balik menatap Bian tak lupa emberikan senyum nya.

"Nanti, ian masih kecil. Kalo udah waktunya, nanti ian akan sekolah kok" Silvia berkata dengan lembut, ia mengusap puncak kepala ian dengan sayang.

"Tapi ian udah besal, ndaa~" Bian berucap dengan bernada, Silvia terkekeh kecil lalu mengacak rambut ian.

"Dengar, Ian masih berumur 3 tahun, mengucapkan r saja,ian belum bisa. apa itu sudah besar? Badanmu saja seperti bayi kurcaci" ucap Silvia, ia menatap ian dengan tatapan mengejeknya.

Bian merenggut tak suka, tanpa sadar menggembungkan pipinya dengan mata yang berkaca kaca.

"Ian bisa ngomong l kok! Ian udah besal ndaaa~" Bian merengek tak suka, Silvia yang melihat itu gemas sendiri.

"Hahaha.. bunda bercanda, sayang" Silvia terkekeh geli, sedangkan ian memalingkan wajah, merajuk ceritanya..

"Oke oke, maafin bunda, tapi soal ian gak bisa ngomong r kan emang bener"

"Iiiih ndaaa" ian memekik kesal, matanya bahkan semakin berkaca kaca.

"Lho? Bener kok" tak berhenti disitu, Silvia semakin menggoda ian, ia tersenyum jahil.

"Huwaa ian bisa ngomong l kok hiks" lantaran kesal ian menangis kencang, Silvia yang melihat itu tergelak lalu kembali tertawa.

~~~~

Silvia melangkahkan kaki jenjangnya memasuki ruangan nya bersama Willona yang mengekor di belakang nya dan bian yang berada di gendongannya.

Silvia mendudukkan bian di sofa, setelah itu duduk di kursi kebesarannya.

"Jadi? "Silvia menatap Willona dengan alis yang terangkat sebelah.

"Uang perusahaan menurun, saya rasa di perusahaan kita ada koruptor" Willona langsung berbicara ke intinya, ia menunjukkan beberapa berkas mengenai detail pemasukan dan pengeluaran perusahaan.

Silvia membaca kertas kertas itu dengan teliti, setelah selesai ia menatap Willona kembali.

"Saya telah menyelidiki hal ini, dan saya telah menemukan beberapa tersangka. "

"Hm, lanjutkan saja." Silvia membalas dan mengembalikan berkas berkas itu kepada Willona.

Willona mengangguk setelah itu keluar dari ruangan Silvia.

Silvia melirik Bian yang tengah berbaring tengkurap di atas sofa sambil menonton yout*be setelah itu kembali fokus dengan pekerjaannya.

~~~~

"Ndaaa~" Silvia mengalihkan fokusnya dari berkas berkas dihadapannya kepada Bian yang kini berdiri disampingnya.

"Kenapa? " Silvia mengangkat Bian dan mendudukkan nya di pangkuannya.

"Lapall" balas Bian merengek, ia menatap Silvia dengan tatapan memohon.

Silvia melihat jam terlebih dahulu, rupanya sudah waktunya istirahat, pantas saja Bian merengek lapar.

"Baiklah" Silvia bangkit dari duduknya dengan menggendong Bian, ia berjalan keluar dari ruangannya.

~~~~

Silvia melangkahkan kakinya memasuki restoran yang tak jauh dari kantor nya sambil menggendong Bian.

Silvia duduk di kursi yang masih kosong dan mendudukkan ian di sebelahnya.

Tak lama, seorang waiters datang, lantas Silvia pun menyebutkan pesanannya, lalu waiters itu pun berlalu.

Sambil menunggu, Silvia menjahili Bian sampai seseorang menginterupsi perhatiannya.

"Hay, boleh aku duduk disini? " Silvia mengalihkan pandangannya dan menatap seorang pria yang cukup familiar dimatanya berdiri di depannya.

Silvia menaikkan alisnya sebelah seakan bertanya "kenapa harus disini? "

"Meja lain penuh" jawabnya singkat, Silvia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran, dan ternyata benar.

"Ya, silahkan" Silvia mengangguk kecil, Pria itu tersenyum tipis dan duduk di kursi yang berada di hadapan Silvia.

"Apakah kamu masih mengingat ku? " tanyanya, pria itu menarik sudut bibirnya saat melihat Silvia mengangguk.

"Ya, kau pria di supermarket tempo hari 'kan? " Silvia berucap santai ia melirik sekilas Bian yang kini menatap pria itu dengan tatapan bingung.

"Namaku Xavier" pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Xavier.

"Namaku Silvia, dan ini anakku, namanya Albian" Silvia balik memperkenalkan dirinya dan menunjuk Bian yang duduk di samping nya.

"Anakmu terlihat imut" ucap Xavier memuji sambil menatap Bian yang malah membulatkan matanya.

"Ian gak imut, Ian tampan, uncle! " Bian meralat pujian dari Xavier, Silvia terkekeh kecil melihat respon dari Bian.

"Tentu, kau imut dan tampan" Xavier mengalah saja, Bian yang mendengar itu hanya mendengus kesal.

"Jadi? Tawaranku masih berlaku" Xavier beralih menatap Silvia.

"Jika aku menolak? " Silvia mengalihkan matanya menghindari tatapan Xavier.

"Aku tidak menerima penolakan"

Tepat setelah Xavier mengucapkan itu, Waiters datang membawa pesanan milik Silvia dan Bian yang otomatis memotong pembicaraan mereka.

Xavier memesan kopi pahit saja, entah kapan ia memesan nya.

Silvia menyuapi Bian makan, sesekali ia juga melahap makanan nya.

Sedangkan Xavier hanya melihat gerak gerik dari dua mahkluk yang berada di depannya.

Setelah beberapa saat, Akhirnya Silvia telah selesai makan, ia mengelap bibirnya dengan tisu.

"Kau tidak memesan makanan? " Silvia menatap Xavier dengan tatapan bertanya nya.

"Dengan melihatmu makan saja sudah membuatku kenyang" Xavier membalas sambil menyunggingkan senyum tipisnya, Silvia yang mendengar itu malah mendelik.

"Kurasa otakmu sedikit miring" Silvia berucap dengan nada julit nya, Sedangkan Xavier sendiri malah terkekeh kecil.

"Sepertinya aku harus pergi, sampai jumpa lagi, honey" Xavier bangkit dari duduknya, ia mengulur kan tangannya untuk mengusak kepala Silvia setelah itu pergi.

Silvia yang di perlakukan seperti itu mendengus, tapi entah kenapa, pipinya terasa sedikit panas.

Bersambung..

Garing ah, maap aja sih, soalnya aku gak bisa bikin cerita romantis 🗿

Ajarin dong puh sepuh

Mlkchz
170823

Suddenly Became A Mother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang