Silvia memijat pangkal hidungnya merasa pening. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam dan ia belum menyelesaikan pekerjaannya.
Akibat tidak pergi ke kantor, pekerjaan Silvia menumpuk dan akhirnya Willona membawa pekerjaannya itu ke Mansion.
Silvia menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursinya sambil menutup matanya yang sedikit perih. Kemarin ia tidur malam dan sekarang pun begitu, kantung matanya sekarang bahkan mulai menghitam.
"Sepertinya aku harus berhenti" Silvia bergumam setelah itu menghela nafas lelah. Ia kembali membuka matanya dan melanjutkan sebagian pekerjaannya yang masih belum selesai.
Bian sudah tidur sedari tadi, Silvia bangkit dari duduknya dan beranjak keluar dari ruang kerjanya.
Silvia pergi ke dapur untuk menyeduh kopi, para maid sudah beristirahat, Hanya ada bodyguard yang shift malam itupun di lantai bawah.
Setelah selesai menyeduh kopi, Silvia kembali ke ruang kerja nya dan melanjutkan pekerjaannya ditemani secangkir kopi.
Keesokan paginya, Bian terbangun dari tidurnya. Ia melihat kesekitar kamar, lenggang. Bunda nya tidak ada.
Bian turun dari kasur, Biasanya bundanya berada di kamar mandi. Ia berjalan dengan kaki kecilnya menuju pintu kamar mandi yang tertutup.
"Ndaa, bunda di kamal mandi?" Bian menempelkan telinganya dipintu dan berteriak di sela sela pintu. Lenggang, tak ada balasan.
Bian pun membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak terkunci. Ia masuk dan Bundanya tak ada, wajahnya berubah masam karena bundanya lagi lagi tidak ada.
Bian berjalan menuju wastafel, ia mendorong kursi kecil dan menaikinya agar menggapai wastafel. Ia menyalakan keran dan membasuh wajahnya.
Setelahnya Bian kembali turun dan berjalan keluar dari kamar, tak lupa menutup pintu kamar mandi lagi. Bian berjalan menuju tangga, Bian tidak menggunakan lift karena badannya tidak sampai untuk menekan tombol.
Bian turun dengan hati hati, di pertengahan tangga ia berpapasan dengan Bi iyem yang sedang membawa membawa Pel dan ember berisi air.
"Bi! Bibi liat bunda gak?" Bian mendonggak untuk menatap bibi yang lebih tinggi darinya.
"Enggak den, bibi belum liat nyonya turun. Bibi kira nyonya masih tidur." Bibi membalas. Bian berdecak kesal mengira bundanya pergi tadi malam, seperti biasanya.
"Yaudah den, Bibi mau lanjut bersih bersih. Nanti hati den di tangga nya nanti jatuh." Setelah mengatakan itu Bibi Naik ke atas untuk melakukan pekerjaannya.
Bian mengurungkan niatnya yang akan ke bawah. Ia memilih pergi ke Ruang bermainnya mengingat kemarin baru saja membeli mainan baru.
Ruang bermain Bian berada di lorong ujung dekat dengan ruangan musik dan melewati ruang kerja milik Silvia.
Bian berjalan dengan sesekali menendang nendang angin karena kesal.
Prangg!
Tubuh bian tersentak ketika mendengar suara pecahan barang. Ia berbalik dan berlari ke arah asal suaranya karena penasaran, suara itu berasal dari ruang kerja milik Bundanya.
Bian mengerutkan keningnya, apakan ibundanya ada didalam?
Tanpa menunggu waktu, Bian membuka pintu nya. Matanya membulat ketika melihat ibunya yang tertidur di meja kerjanya dengan di bawah kakinya yang terdapat pecahan cangkir dan kopi yang berceceran.
Bian bergegas menghampiri Silvia yang masih tertidur, mungkin ia tak sengaja menyenggol kopinya dan akhirnya terjatuh.
"Nda?" Bian berdiri di samping Silvia. Ia memiringkan kepalanya dan mengamati wajah tidur bundanya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/345131383-288-k389239.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Became A Mother [END]
FantasyNamaku Michelle Davies, umurku 28 tahun dan Aku masih melajang. Aku ingat, sangat ingat sebelum Aku berada di sini Aku tengah menikmati udara segar di pinggir danau. Semuanya terjadi terlalu cepat, Aku tergelincir dan tercebur ke dalam danau. Aku...