Brakk
Pintu terbuka dengan lebar, Silvia mengedarkan pandangannya untuk mencari Bian. Ia melangkah masuk lebih dalam dengan mata yang tak henti memindai setiap sudut ruangan itu hingga matanya terkunci kepada Bian yang terbaring meringkuk di lantai dengan mata terpejam.
"Sialan!" Silvia menggeram tertahan, rahangnya mengeras melihat anaknya terluka karena Keyla.
Tap tap tap
Ia berjalan cepat menghampiri Bian, berjongkok dihadapannya dan dengan hati hati Silvia membawanya kedalam dekapannya.
Silvia kembali menggeram ketika melihat pipi Bian yang membiru dan sudut bibir yang sobek. Silvia beranjak dan pergi dari ruangan itu dengan amarah yang bergejolak.
Disisi lain, Jenifer menghadang Keyla. Ia berdiri dengan angkuh dan menatap remeh Keyla.
"Hey, teman? Lama tak berjumpa?" Jenifer berujar dengan nada tengil nya, ia bersmirk saat melihat raut wajah Keyla yang mentapnya dengan tatapan tajam.
"Lo! Ngapain lo disini?! Ini daerah kekuasaan gue! Berani banget masuk ke kandang singa, bosen idup, lo? " Keyla membalas, ia berjalan menghampiri Jenifer dan menepuk pundaknya.
"Oh ayolah, gw gak akan biarin lo lebih baik dari gw. " ujarnya, Jenifer menepis kasar tangan Keyla yang menepuk pundaknya.
"Najis! Dasar perebut!" Jenifer berbalik hendak pergi, namun Keyla dengan sigap menahannya.
"Gw pastiin Lo gak akan keluar hidup hidup, Jenifer!" Jenifer kembali berbalik yang langsung berhadapan dengan Keyla yang menatapnya remeh.
"Cih! Gw gak berani lawan lo karena Michelle ngincer lo sekarang, lo bakalan habis di tangan dia!" Jennifer mendorong Keyla dengan kasar, sedangkan Keyla mundur beberapa langkah karena dirongan Jenifer.
"Michelle? Dia udah mati, lo halu ya? Kasian banget!" Keyla kembali maju sambil mendecih di hadapan Jenifer.
"Lo liat aja nanti." Ujar Jenifer, ia berjalan berbalik dan meninggalkan Keyla yang menatapnya tajam.
"Liat? Oke Lo liat aja, gue akan rebut semuanya dari lo. "
Silvia menatap banyaknya mayat di depannya, ia menatap Javier yang berdiri di tengah tengah nya dengan memegang dua buah belati yang berlumuran darah.
"Aku sudah menemukan Bian, kau urus sisanya." Silvia berujar dengan ketus, sedangkan Javier menoleh kearah Silbua dan menatapnya datar.
"Apa? Ini masalah mu! Kau juga harus menyelesaikannya!" ia berujar dengan nada sedikit kesal, Silvia memutar bola matanya malas, ia berjalan menuju pintum lewati Javier dengan watados nua.
"Kau juga menikmatinya, bukan? Baiklah baiklah, sisakan wanita itu dan bawa ke hadapanku hidup hidup." Jasvier mendelik namun tak ayal ia mengangguk mengiyakan
Silvia berjalan menuju sebuah mobil, disana ada Willona yang menatap Silvia dengan tatapan garangnya.
"Apa apaan ini?" ia berucap dengan nada cukup tinggi, Silvia mendengus dan menyerahkan Bian padanya.
"Bawa Bian, aku akan menyelesaikan ini terlebih dahulu. Aku akan menjelaskannya nanti" Willona menghembuakan nafasnya pasrah dan mengangguk mengiyakan.
"Jika butuh bantuan panggil aku" ujarnya, Silvia mengangguk mengiyakan.
Willona masuk kedalam mobilnya, dan pergi dari sini dengan membawa Bian.
Silvia berbalik dan kembali masuk kedalam gedung tua itu, mereka bekerja dengan baik. Ini akan cepat selesai.
Didalam, Silvia melihat Ravindra yang menaiki tangga dengan santai sambil menyalakan rokok, Silvia berdecak kesal. Bagaimana tidak kesal? Didepannya ada beberapa orang berbadan besar yang siap membunuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Became A Mother [END]
FantasyNamaku Michelle Davies, umurku 28 tahun dan Aku masih melajang. Aku ingat, sangat ingat sebelum Aku berada di sini Aku tengah menikmati udara segar di pinggir danau. Semuanya terjadi terlalu cepat, Aku tergelincir dan tercebur ke dalam danau. Aku...