Happy reading
"Yang benar saja" Silvia bergumam kecil.
"Aku Xavier. Simpan nomorku, baby"
"Aku memiliki banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. setelah aku menyelesaikannya, aku pasti akan menghampiri mu"
Tut
"Ck" Silvia berdecak kesal, ia menatap kesal kearah ponselnya.
Silvia kembali menyimpan ponselnya. Ia beranjak turun dari brankar dengan hati-hati, ia tak mau mengambil risiko jika jahitan tusukan di perutkan kembali terbuka.
Ia berjalan menuju kamar mandi dengan tangan kiri yang menyeret tiang infus.
Selang beberapa menit, Silvia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar.
Silvia berjalan menghampiri brankar. Ia mendudukkan dirinya di tepi brankar dan meraih ponselnya.
Silvia menekan nomor Willona dan menelepon nya.
"Halo! Silvia, ada apa?"
"Jemput aku di Rumah sakit"
"Apa! Kenapa kau ada di rumah sakit? Kau minta sopirmu menjemput saja, aku sedikit sibuk pagi ini. Maaf kan aku"
"Oke"
Tut
"Seharusnya tadi aku langsung telepon saja sopirnya" Silvia menggerutu.
Siang menjelang, Silvia saat ini berada di dalam mobil menuju mansion. Awalnya Silvia akan istirahat di rumah sakit seharian ini, tapi ia khawatir kepada Bian.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup memakan waktu, akhirnya Silvia sampai di mansion nya. Ia langsung keluar dari dalam mobil.
Silvia berjalan memasuki Mansion nya. baru saja masuk, ia mendengar tangisan Bian yang menggema.
Ia berjalan menuju sumber suara. setelah menemukan darimana asal suara itu, ternyata itu Bian yang menangis sesegukan di depan pintu lift dengan seorang maid yang mencoba menenangkannya.
Bian yang menyadari keberadaan seseorang pun menoleh, lalu ia berlari dan memeluk erat perut Silvia.
Silvia sedikit meringis, ia mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Bian.
"Nda dali mana aja hiks, ian Cali Cali dali tadi gak ketemuu hiks" Serunya, Silvia menunduk dan mengecup pipi tembam milik Bian.
"Bunda ada sedikit pekerjaan. berhenti menangis. lihat, suhu tubuh ian kembali naik" Silvia berujar, ia mengambil Bian dan menggendongnya.
Bian mengangguk dengan sesegukan, ia memeluk erat leher Silvia dan membenamkan wajahnya di leher Silvia.
Silvia masuk kedalam lift untuk pergi ke lantai atas. Sesampainya di pantai atas, Silvia masuk kedalam kamarnya.
"Ian sudah makan? " Silvia bertanya, ia mengelus punggung Bian dengan lembut.
Bian menggeleng, Silvia menghela nafas lalu mendudukkan dirinya di tepi ranjang.
"Ian makan dulu ya? Bunda suapin deh" Silvia berusaha membujuk Bian, ia mengusap puncak kepala Bian.
Bian mengangguk, Silvia pun menekan tombol di samping ranjang untuk memanggil maid.
Tak lama seorang maid datang, Silvia pun menyuruhnya untuk mengambil makanan dan membawanya ke kamar.
Setelah itu, maid itu pun kembali pergi. Selang beberapa saat, maid itu kembali dengan membawa nampan makanan dan segelas air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Became A Mother [END]
FantasyNamaku Michelle Davies, umurku 28 tahun dan Aku masih melajang. Aku ingat, sangat ingat sebelum Aku berada di sini Aku tengah menikmati udara segar di pinggir danau. Semuanya terjadi terlalu cepat, Aku tergelincir dan tercebur ke dalam danau. Aku...