Part 4 : Aneh?

975 52 0
                                    

....

"Gak, gak mungkin, gak mungkin gue gak mimpi? Ayah kan udah meninggal. Gue yakin ini mimpi, coba gue liat kalender dulu."

Semakin Mala penasaran semakin juga dia mendapatkan jawaban yang di luar nalar. Ya, dia berada di tahun 2021. Harusnya sekarang dia ada di 2024, dimana hari ini dia akan mengikuti ujian tryout di sekolahnya.

Mala tercengang masih tidak percaya, baginya semua ini tidak mungkin terjadi.

Mala mengelilingi seisi kamarnya, kemudian ia menatap dirinya di kaca. Tidak mungkin bagi manusia bisa kembali ke masalalu, tapi semua ini terjadi juga di kehidupannya.

Sementara itu Rakha terbangun tak percaya menatap dirinya di kaca, ia bukan lagi cowok berotot melainkan cowok kerempeng.

"Gak gak gak! Gue itu rutin olahraga sehabis lulus kenapa malahan kayak gini lagi, lagian ini juga kenapa almamater gue dan buku-buku kuliah gue gak ada? Mana adanya buku SMA lagi, dan yang gue heranin kok bisa kalender gue ada di tahun 2021, berarti gue kelas 11 dong? Ahh gak mungkin...!!" Rakha berteriak berlari keluar dari kamarnya dan mengejutkan Rama.

"Ada apa?" Tanya Rama yang terkejut melihat anaknya berlari tanpa baju.

"Pah, gak mungkin ini pasti salah. Harusnya aku udah kuliah, dan harusnya badan aku udah kotak-kotak gak begini!" Keluh Rakha.

Rama mendadak tertawa mendengar Rakha anaknya itu ngelantur tidak jelas, mana ada Rakha dengan perut kotak-kotak selama ini Rakha itu kerempeng dan tidak suka olahraga berat. Dan lebih parahnya lagi dia bilang kuliah?

"Hahahaa... udah mendingan nih yaa kamu tuh mandi berangkat jangan lupa jemput Mala, kalian satu sekolah kan?"

Rakha kesal dengan Papahnya, bisa-bisanya Rama tertawa dan menyuruhnya berangkat sekolah, Dia tidak habis pikir akan ini semua, mengapa hal seaneh ini bisa terjadi padanya.

Jika memang ini bukan lah mimpi, Rakha akan mengubah semuanya menjadi lebih indah. Dia tidak ingin lagi bersahabat dengan Mala dirinya akan fokus pada tujuannya sekarang.

"Ayo sana mandi, jemput calon menantu Papa jangan lupa yaa?!" Suruh Rama.

"Males!" Tolak Rakha.

Rama mendengar hal asing yang keluar dari mulut Rakha, tidak biasanya dia menolak menjemput Mala, padahal semalam mereka baru saja bermain. "Males? Kamu yakin males jemput Mala? Papah gak percaya kamu ngomong gitu?"

"Gapapa Pah sekali kali nih ya aku boncengin cewek lain, bosen Mala mulu!" Ucapnya santai.

Ya, Rama pikir itu hal wajar untuk anak umur 16 tahun, jadi dirinya tidak begitu memusingkan omongan Rakha.

Kembali lagi kepada Mala yang masih tidak percaya bahwa dirinya dapat melihat keluarganya yang masih utuh. Ayah dan bunda yang sedang duduk di meja makan, pemandangan ini sangat indah sudah 2 tahun lama nya dia tidak melihat pemandangan indah ini. "Ayah?!" Panggil Mala.

Bunda Mala yang bernama Voke terheran dengan sikap anaknya itu biasanya di pagi hari dia akan memanggilnya dan langsung memeluknya terlebih dahulu bukan memeluk Ayahnya tetapi sekarang Mala malah menempel pada Ayahnya.

"Ini kamu kasih makan apa sih bund tadi malem? Kok aneh banget?" Tanya Lian.

Voke hanya tersenyum menahan tawanya.

"Mala, jangan manja gini dong ini Ayah mau makan gimana, Ayah mau kerja noh udah laper banget mau sarapan, mendingan kamu sarapan dulu!" Ocehnya.

Mala pun duduk sambil menatap Ayahnya, ia ingin lebih sering menatap Ayahnya dan bertingkah baik. "Makan dulu La, kasian makananya tau." Suruh Voke.

"Bunda, Mala seneng banget di kasih kesempatan bisa sama Ayah lagi, kan Bunda sama Mala jadi tidak kesepian lagi." Voke dan Lian bergidik merinding karena anaknya ini benar-benar aneh dari bangun tidur sampai sekarang.

"Iya Mala, bunda juga seneng tapi Mala jangan ngomong yang aneh-aneh ya sayang." Suruh Voke pada Mala dan mendapat persetujuannya.

Tiba-tiba terdengar dari belakang suara cowok. "Selamat pagi semuanya..."

"Andryan berisik tau, bisa gak jangan teriak!" Omel Mala pada saudaranya itu. "Biarin!"

"Yah, boleh gak hari ini Adryan bawa mobil Ayah, Andryan kan...

Sebelum kakaknya itu menjelaskan secara detail Mala buru-buru mencegahnya. "Gak, gak boleh. Ayah harus bawa mobil ke kantornya dan lo gak boleh pinjem² mobil Ayah!" Voke, Lian dan Andryan mereka tercengang menatap Mala tak percaya. Sejak kapan Mala peduli dengan Ayahnya?
Mala justru tidak peduli jika Ayahnya berangkat menggunakan kendaraan umum.

"Sakit lo La?" Tanya Andryan kepada Adiknya ini.

"Apaan sih!"

"Yaudah ayo di makan, nanti kalian telat lagi." Suruh Voke.

"Oke bunda, tapi hari ini aku mau di anterin Ayah yaa, please!!" Pinta Mala sedikit merengek.

"Eh bang Malih, lo biasanya juga sama sih Rakha noh dari SMP bosen gue liatnya muka Rakha mulu yang ngejemput lo dan sekarang lo minta di anter Ayah? Kayaknya lo semalem kebentur tembok yaa, aneh bener!"

"Bukan urusan lo lah, lagian lo juga bareng gue harus di anter Ayah, biar ada kenangannya banyak." Voke hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan melihat apa yang terjadi pagi ini.

...

Rakha turun dari motornya dan membuka helm di depan siswi-siswi yang menyukainya. "Ih Rakha ganteng banget,"

"Aku tuh berharap bisa sama Rakha tau gak."

"Sama aku juga..."

"Eh eh tapi itu Arie juga ganteng."

Yaps, setelah Rakha menaruh hemlnya di motor, Arie juga datang dan memakirkan motornya di samping Rakha. Rakha yang melihat Arie di sampingnya langsung mengingat Mala pasalnya Arie di tahun ini belum mengenal dekat sosok Mala.

"Kenapa lo liat-liat?" Tanya Arie heran.

"Gak, gue cuma kaget aja ada lo."

Arie merengutkan wajahnya, terlihat heran kepada Rakha, temannya itu. Yaps Arie dan Rakha berteman mereka tidak bermusuhan sama sekali.

"Aneh lo! Eh tapi tumben banget lo gak sama si anak tomboi itu? Dia gak berangkat?" Tanya Arie pada Rakha.

Bersambung...

Go Back Or Not BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang